Professional Documents
Culture Documents
Hukum waris diatur dalam buku kedua Bab XII pasal 830-
1130 BW, adalah hukum yang mengatur peralihan harta kekayaan
yang di tinggalkan seseorang yang meninggal dunia serta akibat-
akibatnya bagi ahli waris.
SYARAT PEWARISAN :
1. Ada pewaris yang meninggal dunia / diduga telah meninggal
dunia;
2. Ada harta warisan;
3. Ada ahli waris.
MENURUT B.W PENDUDUK INDONESIA TERBAGI
MENJADI 3 GOLONGAN
Mewaris karena diri sendiri (Uit Eigen Hoofde) seperti yang diatur dalam pasal
480 BW, ialah bahwa anak dari seseorang yang telah dinyatakan tidak patut
menerima warisan (onwaardig) ataupun anak dari orang yang menolak warisan
berhak untuk menerima warisan karena dirinya sendiri.
A +I :
Contoh
A meninggal dunia. B dinyatakan tidak patut menerima warisan (onwaardig),
maka C dan D menerima warisan karena diri sendiri (uit eigen hoofde).
B
(onwaardig)
C D
Contoh II :
A+
D E F G
MEWARIS KARENA TESTAMENTAIR
Pengertian Testament :
Pasal 875 KUHPerdata → suatu akta yang memuat
tentang apa yang dikehendaki terhadap harta
setelah ia meninggal dunia dan dapat dicabut
kembali Pernyataan sepihak.
Unsur-unsur testament :
a. Akta
b.Pernyataan kehendak
c. Apa yang akan terjadi setelah ia meninggal
terhadap harta
d.Dapat dicabut kembali
Syarat-syarat membuat testament :
1. Dewasa → 18 tahun (cakap bertindak).
2. Akal sehat.
3. Tidak dapat pengampuan.
4. Tidak ada unsur paksaan, kekhilafan,
kekeliruan.
5. Isi harus jelas.
Isi dari testament adalah :
a. Erfstelling → pasal 954 KUHPerdata
Testamentair erfgenaam
b. Legaat (berhubungan dengan harta) → pasal 957
KUHPerdata
Legetaris
c. Codicil (tidak berhubungan dengan harta)
Pencabutan suatu testament :
a. Secara tegas, jika dibuat surat wasiat baru
yang isinya mengenai pencabutan surat wasiat
b. Secara diam-diam, dibuat testament baru yang
memuat pesan-pesan yang bertentangan
dengan testament lama.
TIMBULNYA WARIS TESTAMENTAIR
Pengertian wasiat dapat diketahui dari pasal 875 BW, yang menyatakan bahwa,
“Surat wasiat ialah sesuatu yang memuat pernyataan seseorang tentang apa yang
dikehendaki atau terjadi setelah ia meninggal dunia dan yang olehnya dapat dicabut
kembali”.
Dari pengertian ini maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa ciri-ciri surat
wasiat adalah :
1.Merupakan perbuatan sepihak yang dapat dicabut kembali.
2.Merupakan kehendak terakhir dan mempunyai kekuatan hukum setelah pewaris
meninggal dunia.
Dengan melihat ciri pokok dari testamen/surat wasiat tersebut maka terdapat
suatu larangan untuk membuat wasiat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara
bersama-sama untuk menguntungkan satu dengan yang lainnya maupun untuk
kepentingan pihak ketiga dalam suatu akta (930 BW).
JENIS-JENIS SURAT
WASIAT
Surat wasiat olografis, oleh Burgerlijk Wetboek di atur dalam pasal 931
dan seterusnya.
Dalam ketentuannya, surat wasiat ini seluruhnya harus ditulis dan
ditanda tangani oleh si pewaris dan kemudian disimpan oleh Notaris, pada waktu
menyimpan haruslah dihadiri oleh dua orang saksi.
Sewaktu menyerahkan kepada Notaris tersebut, mungkin terjadi bahwa
surat wasiat tersebut sudah dimasukkan dalam sampul dan disegel. Jika denikian
maka pada sampul, si peninggal warisan dan saksi mencatat bahwa itu
merupakan surat wasiatnya dan harus ditanda tanganinya.
Oleh Notaris dibuatkan sebuah akta tersendiri dan ditandatangani oleh
si peninggal warisan, saksi dan juga Notaris. Namun apabila surat wasiat tersebut
diserahan kepada Notaris tidak dalam keadaan disegel/tidak ditutup yang berarti
terbuka, maka akta penerimaan (akta van bewaargeving) tadi oleh Notaris ditulis
pada surat wasiat itu sendiri di bawah tulisan si peninggal warisan. Kemudian
akta tersebut ditanda tangani oleh Notaris saksi-saksi dan si peninggal warisan.
Sewaktu menyerahkan surat wasiat tersebut kepada Notaris mungkin
pula si peninggal warisan tidak dapat mendatanginya sendiri, jika terjadi
demikian maka oleh Notaris harus mencatat sebabnya hal ini menurut
ketentuan pasal 932 ayat 2 BW.
Kekuatan dari testamen olografis menurut pasal 933 BW adalah sama
dengan testamen/surat wasiat tak rahasia dan pembuatannya dianggap pada
tanggal sesuai dengan akta penerimaan Notaris, dengan demikian tanggal 1 yang
ditulis oleh si peninggal warisan tidak dianggap tidak ada.
Oleh ayat 2 dari pasal 933 BW, dinyatakan bahwa terbuktinya hal bahwa
terstamen/surat wasiat tersebut sampai dibuktikan sebalik nya.
Sesuai dengan maksudnya, bahwa surat wasiat adalah merupakan
kemauan terakhir dari seseorang, maka dalam hal ini testamen/surat wasiat
olografis dapat diminta kembali, jika terjadi bahwa surat wasiat tersebut diminta
kembali maka oleh notaris dibuat suatu akta autentik yang menyatakan
permintaannya kembali. Dengan dimintanya kembali surat wasiat olografis, maka
dianggap bahwa surat wasiat tersebut ditarik kembali (herroepen).
Testamen/surat wasiat olografis yang diserahkan kepada Notaris dalam
keadaan disampul yang disegel, maka Notaris tidak berhak untuk membukanya,
jika si peninggal warisan itu meninggal duniamaka oleh Notaris diserahkan
kepada Weeskamer (Balai Harta Peninggalan) untuk dibuka dan diperlakukan
sebagaimana surat wasiat, sehingga diperlukan suatu proses verbal, setelah dibuka
maka surat wasiat tersebut diserahkan kembali kepada Notaris.
SURAT WASIAT TAK RAHASIA (Openbaar Testament)
Mengenai surat wasiat tak rahasia ini, diatur dalam pasal-pasal 938 dan
seterusnya. Menurut pasal 938 menentukan bahwa surat wasiat ini harus dibuat
dihadapan Notaris dan dihadiri oleh dua orang saksi. Setelah itu maka si
peninggal warisan menyatakan kehendaknya kepada Notaris, kemudian Notaris
menulisnya dengan kata-kata yang terang, setelah hal ini sesuai dengan kehendak
si peninggal warisan, maka oleh notaris dibuatkan akta yang harus ditanda
tangani oleh Notaris, si peninggal warisan, maka oleh Notaris, si peninggal
warisan dan saksi-saksi.
SURAT WASIAT RAHASIA
(GEHEIM)
Dari ketentuan yang ada dalam pasal 968 BW, dapat kita lihat bahwa Ujud
Barang Legaat dapat berupa barang tertentu, dan juga dapat pula berupa sekumpulan
barang tertentu ataupun sejumlah barang tertentu.
Penyerahan barang legaat, haruslah diserahkan pula segala kelengkapan
barang tersebut, jadi misalnya yang diberukan tersebut sebuah pabrik, maka yang
diserahkan sebagai barang legaat adalah bangunan beserta mesin dan kelengkapan
pabrik tersebut (963 BW).
Kepada si legataris, jika yang diserahkan adalah jenis barang tertentu maka
tidaklah perlu yang diserahkan itu merupakan barang yang terbaik, akan tetapi tidak
boleh yang diserahkan itu merupakan barang yang terjelek, hal ini adalah sesuai
dengan ketentuan dari pasal 969 BW.
Untuk yang diserahkan adlah berupa hasil dari barang tertentu, tidak
disebutkan kata-kata ‘memetik hasil’ atau ‘memakai’ (vrucht gebruik atau gebruik),
maka hal ini berarti bahwa barang tersebut masih ada ditangan ahli waris, dan ahli waris
ini berkewajiban untuk menyerahkan/memberi hasil kepada legataris saja.
Namun akan lain apabila disebutkan hak memetik hasil (recht van vrucht
gebriuk) atau hak memakan (recht V. Gebruik), maka di sini harus diartikan bahwa
barangnnya harus diserahkan kepada legataris.
FIDEI COMMIS
Fidei Commis De Residuo, yang diatur dalam pasal 989 sampai dengan 991
BW, adalah merupakan kekecualian dari larangan adanya fidei commis. Tentang fidei
commis de residuo ini adalah berarti bahwa seorang ahli waris diberi hak untuk memakai,
menjual ataupun bahkan menghabiskan barang warisan tersebut dengan beban sisanya
diserahkan kepada pihak lain.
Dari ketentuan pasal 990 BW, Fidei Commis De Residuo ini masih diperlukan
kewajiban untuk mengadakan perincian barang-barang (boedelschriving).
PENARIKAN KEMBALI SURAT WASIAT
Jikalau terjadi, suatu harta warisan yang diberikan kepada ahli waris
tidak dapat dilaksanakan terhadap salah seorang dari mereka, maka bagiannya
yang tidak dapat diberikan tadi dibagi dan ditambahkan kepada yang lain.
Misalnya, harta warisan diberikan secara bersama-sama diberikan
kepada V, W dan X, kemudian untuk si W tak dapat dilaksanakan, maka bagian W
dibagi dan ditambahkan kepada V dan X, namun pemberian bersama ini tidak
ada/dianggap tidak ada jika telah ditetapkan berapa bagiannya, misalnya ¾, ½ atau
¼ dan sebagainya.
Tentang Aanwas ini diatur dalam pasal 1002 BW, “dalam hal bilamana
dengan surat wasiat diangkat beberapa ahli waris atau dihibahkan kepada beberapa
orang bersama-sama dan terhadap seseorang atau lebih di antara mereka itu tidak
dapat dilaksanakan, maka hal ini dapat mengakibatkan bertambahnya warisan atau
hibah bagi mereka masing-masing”.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa aanwas ini tidak akan terjadi kecuali
adanya perwarisan bersama-sama (gezamelijk). Tentang gezamelijk ini aturannya
dapat kita jumpai pada pasal 1002 ayat 2, “tiap pengangkatan waris atau hibah
dengan surat wasiat satu-satunya dan bagi mereka (beberapa orang) tidak disebutkan
bagiannya mereka masing-masing yang tertentu harus dianggap ditetapkan bagi
mereka bersama-sama”.
Seandainya salah satu dari mereka itu menolak warisan atau dinyatakan
tidak patut atau tidak cakap, maka hal ini berarti akan menambah bagian dari kawan
wasiatnya tadi.
Misalnya :
“saya berikan kepada Andi dan Yunus sebuah rumah, yang terletak di Jl.
Kol. Isdiman 12 Yogyakarta”. Namun ternyata Andi menolak warisan, maka berarti
bagian Yunus bertambah, terjadilah aanwas.
OVERSPELL
Di antara orang yang melakukan perzinahan (overspel) yang mana
hal itu sudah dibuktikan dengan keputusan Hakim menurut pasal 909 BW
tidak diperbolehkan saling memberi hibah wasiat.
Dengan adanya sikap menerima dengan syarat ini ialah bahwa harta
pribadinya tidak bercampur dengan harta warisan, dengan demikian utang-utang si
peninggal warisan tidak akan dilunasi secara pribadi oleh ahli waris tersebut.
Jika terjadi beberapa orang ahli waris menerima dengan syarat dan seorang
menerima tanpa syarat maka akan menjadikan keadaan dimana semua ahli waris
dianggap menerima dengan syarat, hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 1050 BW.
Syarat, yang dimaksud dengan syarat ini ialah bahwa harus ada perincian
barang-barang yang merupakan harta warisan. Cara untuk memerinci ini tidak
ditentukan oleh BW, ahli waris dapat melakukan dengan akta bawah tangan atau
juga dengan akta Notaris.
Pasal 1031 BW menyatakan bahwa seseorang kehilangan hak untuk
menerima tanpa syarat apabila :
Iktikad (te kwader trouw) ia tidak menyebutkan beberapa barang warisan
dalam inventaris.
Apabila ia menggelapkan dalam arti luas sebagaimana dimaksud dalam
KUHP barang warisan.
Jika seseorang kehilangan haknya untuk menyatakan sikap menerima
dengan syarat, maka ia dianggap menerima tanpa syarat.
Akibat dari sikap menerima dengan syarat ini ialah bahwa : hartanya
tidak bercampur dengan harta warisan hingga hal yang menyangkut dengan
utang-utang si peninggal warisan hanya dibayar sampai nilai harta warisan.
MENOLAK HARTA WARISAN
106
Namun disamping itu ada beberapa hal yang merupakan pemberian
pewaris akan tetapi tidak perlu untuk dimasukkan kembali, yang oleh pasal 1097
BW ditentukan antara lain :
1.Biaya nafkah dan biaya pendidikan ahli waris.
2.Biaya belajar guna perdagangan, kerajinan tangan, kebudayaan dan perusahaan.
3.Biaya perkawinan dan pakaian yang perlu untuk hidup setelah perkawinan.
4.Biaya untuk membayar upah kepada orang yang menggantikan ahli waris untuk
wajib militer.
YANG WAJIB MELAKUKAN INBRENG
112
PELAKSANA TESTAMENT
113
Tentang siapa-siapa yang tidak dapat menjadi Pelaksana
Testament, oleh pasal 1006 BW ditentukan sebagai berikut :
1.Wanita yang bersuami kecuali dengan bantuan suaminya.
2.Orang yang belum dewasa.
3.Orang yang ada di bawah pengampunan.
4.Orang-orang yang menurut hukum dianggap tidak cakap bertindak.
Perlu diingat bahwa pasal di atas tidak menyebutkan bahwa mereka
itu tidak dapat ditunjuk, pasal di atas hanya menyatakan bahwa orang-orang
tersebut tidak dapat menjadi pelaksana, jadi orang tersebut dapat saja
ditunjuk selaku pelaksana testament.
114
LINGKUP KERJA TESTAMENT
115
PENGURUS HARTA PENINGGALAN
116
PEMBAYARAN UTANG PENINGGAL
HARTA PENINGGAL
117
CARA PEMBAGIAN HARTA PENINGGALAN
122