You are on page 1of 29

Hukum Antar Tata Hukum:

Kuliah Pengantar

Yu Un Oppusunggu
Bidang Studi Hukum Internasional
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Depok, 1 Juni 2009
Tim Pengajar
1. Prof. Dr. Zulfa Djoko Basuki
2. Fatmah Jatim, SH, LLM
3. Lita Arijati, SH, LLM
4. Tiurma M. P. Allagan, SH, MH
5. Yu Un Oppusunggu, SH, LLM

© Yu Un Oppusunggu 2
Bahan Bacaan
1. Sudargo Gautama, Hukum
Antargolongan: Suatu Pengantar,
Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1993, h.
1-46.
2. Sudargo Gautama, Pengantar Hukum
Perdata Internasional Indonesia, Jakarta:
Binacipta dan Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Kehakiman, 1987,
h. 1-24.

© Yu Un Oppusunggu 3
Pembahasan Hari ini
• Latar Belakang
• Pengertian HATAH (Intern & Ekstern)
• Keanekaragaman Sistem Hukum di
Indonesia
• Pasal 131 & 163 IS
• Pasal 16-18 AB

© Yu Un Oppusunggu 4
Latar Belakang
1. Indonesia adalah bekas daerah jajahan Belanda,
dikenal dengan nama Nederlands Indie (Hindia
Belanda)
2. Politik Hukum Penjajah:
i. pembagian kawula Hindia Belanda ke dalam golongan-golongan
rakyat; dan
ii. asas konkordansi & keberlakuan sistem-sistem hukum bagi
golongan-golongan rakyat yang berbeda.
3. Hidupnya Hukum Adat di sepanjang Nusantara,
sebagaimana dinyatakan oleh van Vollenhoven
terdapat 19 daerah hukum adat.
4. Kemerdekaan Indonesia
5. Cita-cita pembentukan Sistem Hukum Nasional
© Yu Un Oppusunggu 5
Ragam Peristilahan
Belanda • Conflictenrecht
• Collisierecht
• Intergentiel Recht
• Interrechtsordenrecht
Inggris • Conflict of Laws
• Private International Law
• International Private law
• Marginal Law
• Interlegal Law
Perancis • Conflits des Lois
• Conflits des statuts
Jerman • Grenzrecht
Indonesia • Hukum Perselisihan
• Hukum Collisie
• Hukum Perdata Internasional
• Hukum Antar Tata Hukum

© Yu Un Oppusunggu 6
Hukum Antar Tata Hukum: Definisi
• HATAH Intern:
– Gautama: “Keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang
menunjukkan stelsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah
yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-
peristiwa antara warga(-warga) negara dalam satu negara,
memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-
kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan-kuasa-waktu, tempat
pribadi dan soal-soal.”

• HATAH Ekstern (HPI):


– Gautama: “Keseluruhan peraturan dan keputusan-hukum yang
menunjukkan stelsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah
yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-
peristiwa antara warga(-warga) negara pada satu waktu tertentu
memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-
kaidah hukum dari dua atau lebih negara, yang berbeda dalam
lingkungan-lingkungan-kuasa-tempat, (pribadi-) dan soal-soal.”

© Yu Un Oppusunggu 7
HATAH: Penguraian definisi (1)
1. Terdapat 2 atau lebih stelsel hukum yang
bertemu.
2. Pertemuan stesel-stelsel hukum tersebut
ditandai oleh adanya titik-titik pertalian.
3. HATAH menentukan stelsel hukum yang
berlaku.
4. HATAH Intern tidak memiliki unsur asing,
HATAH Ekstern memiliki unsur asing.

© Yu Un Oppusunggu 8
HATAH: Penguraian definisi (2)
1. Stelsel-stelsel hukum yang bertemu memiliki
kedudukan yang sama satu terhadap lainnya.
2. Keberlakuan stelsel hukum A, bukan karena
stelsel(-stelsel) hukum lainnya bersifat inferior,
tetapi karena stelsel hukum A-lah stelsel
hukum yang tepat untuk diberlakukan.
3. HATAH Ekstern adalah hukum perdata
nasional!

© Yu Un Oppusunggu 9
Hukum Antar Tata Hukum:
Skematika

HATAH

Intern Ekstern/HPI
Hukum Antar Waktu Hukum Antar Tempat Hukum Antar Golongan
(HAW) (HAT) (HAG)

© Yu Un Oppusunggu 10
Hukum Antar Waktu
• Gautama: Hukum Antar Waktu adalah
keseluruhan peraturan dan keputusan hukum
yang menunjukkan hukum manakah yang
berlaku atau apakah yang merupakan hukum,
jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa
antara warga (-warga) negara dalam satu
negara dan satu tempat, memperlihatkan titik-
titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-
kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan-
lingkungan kuasa-waktu dan soal-soal (naar
tijdelijke en zakelijke werking verschillende
rechtsstelsels of normen).

© Yu Un Oppusunggu 11
Skema HAW

W W
TT
P P
S S

W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu)
T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat)
P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi)
S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)

© Yu Un Oppusunggu 12
Hukum Antar Tempat
• Gautama: keseluruhan peraturan dan keputusan
hukum yang menunjukkan stelsel-hukum
manakah yang berlaku atau apakah yang
merupakan hukum, jika hubungan-hubungan
dan peristiwa-peristiwa antara warga (-warga)
negara dalam satu negara dan satu waktu
tertentu, memperlihatkan titik-titik-pertalian
dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum
yang berbeda dalam lingkungan-lingkungan
kuasa-tempat dan soal-soal (naar plaatselijke en
zakelijke werking verschillende rechtsstelsels of
normen).

© Yu Un Oppusunggu 13
Skema HAT

WW
T T
P P
S S

W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu)
T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat)
P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi)
S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)

© Yu Un Oppusunggu 14
Hukum Antar Golongan
• Gautama: Hukum Antar Golongan adalah keseluruhan
peraturan- dan keputusan hukum yang menunjukkan
stelsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah
yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan
peristiwa-peristiwa antara warga (-warga) negara dalam
satu negara, satu tempat dan satu waktu tertentu,
memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel
dan kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam
lingkungan-lingkungan kuasa-pribadi dan- soal-soal
(naar personele en zakelijke werking verschillende
rechtsstelsels en rechtnormen).

© Yu Un Oppusunggu 15
Skema HAG

W W
T T
P P
S S

W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu)
T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat)
P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi)
S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)

© Yu Un Oppusunggu 16
Skema HPI
W W
T T
P P
S S
Negara X Negara Y

W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu)
T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat)
P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi)
S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)

© Yu Un Oppusunggu 17
Pasal 131:1 Indische Staatsregeling
• Het burgerlijk- en handelsrecht en het strafrecht, zoomede de
burgerlijke rechtsverordering en de strafvordering worden,
onverminderd de bij of krachtens deze wet aan anderen toegekende
strafwetgevende bevoegdheid, geregeld bij ordonnantie. De regeling
geschiedt hetzij voor alle of eenige bevolkingsgroepen of
onderdeelen daarvan of gebiedsdeelen gezamenlijk, hetzij voor een
of meer dier groepen of deelen afzonderlijk.

• Hukum-hukum perdata, dagang dan pidana, begitu pula hukum


acara perdata dan pidana, diatur dengan “undang-undang”
(ordonansi), dengan tidak mengurangi wewenang yang diberikan
oleh atau berdasarkan undang-undang kepada pembentuk
perundang-undangan pidana. Pengaturan ini dilakukan, baik untuk
seluruh golongan penduduk atau beberapa golongan dari penduduk
itu ataupun sebagian dari golongan itu, ataupun baik untuk bagian-
bagian dari daerah secara bersama maupun untuk satu atau
beberapa golongan atau bagian dari golongan itu secara khusus.

© Yu Un Oppusunggu 18
Pasal 131:2 Indische Staatsregeling
• In de ordonnanties regelende het burgerlijk- en handelsrecht worden:
a. voor de Europeanen de in Nederland geldende wetten gevold. van welke wetten
echter mag worden afgeweken zoowel wegens de bijzondere toestanden in Ned-
Indië, als om hen met een of meer der overige bevolkingsgroepen of onderdeelen
daarvan aan dezelfde voorschriften te kunnen onderwerpen;
b. de Inlanders, de Vreemde Oosterlingen en de onderdeelen, waarnit deze beide
groepen der bevolking bestaan, voorzoorverre de bij hen gebleken maatschappelijke
behoeften dit eischen, hetzij aan de voor Europeanen geldende bepalingen, voor
zooveel noodig gewijzigd, hetzij met de Europeanen aan gemeenschappelijke
voorschriften onderworpen, terwijl overing

• Dalam ordonansi-ordonansi yang mengatur hukum perdata dan dagang ini:


a. untuk golongan Eropa berlaku (dianut) undang-undang yang berlaku di Negeri
Belanda, dan penyimpangan dari itu hanya dapat dilakukan dengan mengingat baik
yang khusus berlaku menurut keadaan di Indonesia, maupun demi kepentingan
mereka ditundukkan kepada peraturan perundang-undangan menurut ketentuan
yang sama bagi satu atau beberapa golongan penduduk lainnya;
b. untuk orang-orang Indonesia, golongan Timur Asing atau bagian-bagian dari
golongan-golongan itu, yang merupakan dua golongan dari penduduk, sepanjang
kebutuhan masyarakat menghendaki, diberlakukan baik ketentuan perundang-
undangan yang sama dengan golongan Eropa, sedangkan untuk hal-hal lain yang
belum diatur di situ, bagi mereka berlaku peraturan hukum yang bertalian dengan
agama dan adat-kebiasaan mereka, yang hanya dapat menyimpang dari itu, apabila
ternyata kepentingan umum atau kebutuhan masyarakat menghendakinya.

© Yu Un Oppusunggu 19
Asas Konkordansi atau
Concordantie-beginsel
• Dasar hukum: Pasal 131:2 (a) IS
• “… de in Nederland geldende wetten gevold….”
• “… berlaku (dianut) undang-undang yang berlaku di Negeri
Belanda ….”
• Asas Konkordansi untuk memberlakukan
Hukum di Belanda bagi Golongan Rakyat
Eropa (Europeanen).
• Perkecualian untuk Asas Konkordansi:
1. hukum khusus yang menyesuaikan keperluan hukum
golongan Eropa dengan keadaan khusus di Indonesia;
dan
2. hukum yang berlaku bagi beberapa golongan rakyat secara
bersama-sama (gemmenschappelijk recht).

© Yu Un Oppusunggu 20
Pasal 131:4 Indische Staatsregeling
• Inlanders en Vreemde Oosterlingen zijn bevoegd om, voor zooverre
zij niet reeds met de Europeanen aan gemeenchappelijke
voorschriften zijn onderworpen, zich in het algemeen of voor eene
bepaalde rechtshandeling te onderwerpen aan niet op hen
toepasselijke voorschriften van het burgerlijk en handelsrecht der
Europeanen. Deze onderwerping en hare gevolgen worden bij
ordonnanie geregeld.

• Orang-orang Indonesia dan golongan Timur Asing, sepanjang


mereka belum ditundukkan kepada peraturan yang sama bagi
golongan Eropa, berhak untuk menundukkan diri secara
keseluruhan atau sebahagian, untuk melakukan perbuatan hukum
tertentu, kepada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam hukum
perdata dan hukum dagang untuk golongan Eropa yang sebetulnya
tidak berlaku bagi mereka itu. Penundukkan diri kepada hukum
Eropa ini beserta akibat-akibat hukumnya diatur dengan ordonansi.

© Yu Un Oppusunggu 21
Pasal 163:2 Indische Staatsregeling

• Ketentuan-ketentuan untuk golongan Eropa


berlaku bagi:
1. semua orang Belanda;
2. semua orang yang tidak termasuk dalam no. 1 yang
berasal dari Eropa;
3. semua orang Jepang dan selanjutnya semua pendatang
dari luar negeri yang tidak termasuk dalam no. 1 dan no. 2
yang di negeri-asalnya berlaku bagi mereka hukum
keluarga yang pada dasarnya mempunyai asas-asas
hukum yang sama dengan hukum keluarga Belanda;
4. Anak-anak yang sah atau yang diakui sah berdasarkan
undang-undang di Indonesia beserta keturunan-keturunan
dari orang-orang seperti yang disebutkan dalam no. 2 dan
no. 3.

© Yu Un Oppusunggu 22
Golongan-golongan Rakyat
(bevolkingsgroepen) di Hindia
Belanda berdasarkan 163 IS
1. Golongan Eropa (Europeanen)
a) Orang Belanda;
b) Semua orang yang berasal dari Eropa; keturunan orang Eropa;
c) Orang Jepang;
d) Semua orang, yang di negara asalnya, tunduk pada hukum keluarga yang
pada intinya sama dengan dengan hukum Belanda, seperti Orang Thailand
dan Turki; dan
e) Keturunan sah atau diakui sebagai keturunan sah dari orang-orang di atas.

2. Golongan Timur Asing (Vreemde Oosterlingen)


a) Timur Asing Tionghoa
b) Timur Asing Non Tionghoa

3. Golongan Pribumi/Bumiputera (Inlanders)


Dikecualikan dari golongan ini, orang pribumi/bumiputera yang telah
dipersamakan dan masuk sebagai golongan Eropa melalui lembaga Persamaa
Hak (Gelijkstelling). © Yu Un Oppusunggu 23
Golongan-golongan Rakyat
(bevolkingsgroepen) & Golongan-
golongan Hukum (rechtsgroepen)
menurut 131 IS
1. Golongan Eropa
 Hukum Belanda sebagaimana yang berlaku di Belanda  concordantiebeginsel;
 Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat.
2. Golongan Timur Asing
1. Timur Asing Tionghoa
 Sejak 1 Mei 1919 Hukum Eropa: Burgelijke Wetboek (dengan pengecualian tentang syarat-
syarat sebelum perkawinan & Catatan Sipil), Wetboek van Koophandel, pengaturan tentang
adopsi & kongsi.
 Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat.
2. Timur Asing Non Tionghoa
 Hukum Adat
 Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat.
 Golongan Pribumi/Bumiputera
 Hukum Adat ;
 Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat.

© Yu Un Oppusunggu 24
Pasal 16 Algemeene Bepalingen
van Wetgeving voor Indonesië
• De wettelijke bepalingen betreffende den staat en den bevoegdheid
der personen blijven verbindend voor Nederlandse Onderdanen,
wanneer zijn zich buiten ‘s lands bevinden. Evenwel zijn zij bij
vestiging in Nederland of in eene andere Nederlandsche kolonie,
zoolang zij aldaar hunne woonplaats hebben, ten aanzien van het
genoemde gedeelte van het burgerlijk recht onderworpen aan de ter
plaatse geldende wet.

• Ketentuan-ketentuan dalam undang-undang mengenai status dan


wewenang seseorang tetap berlaku bagi kawula negara Belanda,
apabila ia berada di luar negeri. Akan tetapi apabila ia menetap di
Negeri Belanda atau di salah satu daerah koloni Belanda, selama ia
mempunyai tempat tinggal di situ berlakulah mengenai bagian
tersebut dan hukum perdata yang berlaku di sana.

• Lex Originis atau Statuta Personal.

© Yu Un Oppusunggu 25
Pasal 17 Algemeene Bepalingen
van Wetgeving voor Indonesië
• Ten opzigte van onroerende goederen
geldt de wet van het land of de plaats,
alwaar die goederen gelegen zijn.
• Terhadap barang-barang yang tidak-
bergerak berlakulah undang-undang dari
negeri atau tempat di mana barang-
barang itu berada.
• Lex rei sitae atau Statuta Realis.

© Yu Un Oppusunggu 26
Pasal 18 Algemeene Bepalingen
van Wetgeving voor Indonesië
• De vorm van elke handeling wordt beoordeeld naar de wetten van
het land of de plaats, alwaar die handeling is verrigt.
• Bij de toepassing van dit en ban het voorgaande art. moet steeds
worden acht gegeven op het verschil, hetwelk de wetgeving
daarstelt tusschen Europeanen en Indonesiërs

• Bentuk tiap tindakan hukum akan diputus oleh pengadilan menurut


perundang-undangan dari negeri atau tempat, di mana tindakan
hukum itu dilakukan.
• Untuk menerapkan pasal ini dan pasal di muka, harus diperhatikan
perbedaan yang diadakan oleh perundang-undangan antara orang-
orang Eropa dan orang-orang Indonesia.

• Locus regit actum atau Statua Mixta.

© Yu Un Oppusunggu 27
Pembahasan Minggu Depan
• Titik-titik Pertalian

© Yu Un Oppusunggu 28
End of Slides

© Yu Un Oppusunggu 29

You might also like