Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
ARIANTO KADIR, S.P
Diberikan Sebagai Bahan Ajar Pada Kompetensi
Keahlian ATPH
SMK Gotong Royong Telaga Gorontalo
TANAMAN SEHAT / SAKIT
2. Vegetasi alami
Bila iklim sesuai, persebaran hama mengikuti
persebaran vegetasi sebagai makanannya
3. Rintangan geografi
Walaupun iklim dan vegetasi sesuai, persebaran
hama terhalang oleh faktor geografi seperti lautan
PENYEBAB TIMBULNYA HAMA (Pimentel, 1982)
1. Pertanaman monokultur
2. Masuknya tanaman baru
3. Masuknya spesies hama baru
4. Perbedaan iklim
5. Akibat pemuliaan tanaman
6. Adanya keragaman genetik
7. Jarak tanam
8. Kesinambungan penanaman
9. Unsur hara
10. Masa tanam yang sesuai dengan perkembangan
hama
11. Hubungan hama-tanaman
12. Penggunaan pestisida
Tanda-tanda tanaman terserang hama yang tampak
dari luar pada tanaman adalah:
1. Terjadi perubahan warna pada organ
tanaman, seperti daun dan batang menguning
atau coklat
2. Tanaman layu sebagai akibat sel-sel dan jaringan
tanaman dirusak hama, bahkan tanaman
tersebut dapat mati
3. Tanaman kerdil karena fungsi jaringan
terganggu sehingga tidak dapat menyalurkan
makanan dengan baik
2. PENYAKIT
Penyebaran Penyakit timbul karena :
1. Penyebaran yang lebih luas penyakit-penyakit yang
sudah lama ada
Keterangan gambar:
A. : ulat grayak/ulat tentara, tipe alat mulut
menggigit – menguyah
B. : kepik, tipe alat mulut menusuk –menghisap
C. : thrips, tipe alat meraup-menghisap
D. : tungau, tipe alat mulut menghisap
B. IDENTIFIKASI PENYAKIT
1. Penyakit tumbuhan dapat diklasifikasikan
dalam berbagai cara, diantaranya:
a) Berdasarkan gejala, yang pada dasarnya
dikelompokkan dalam tiga hal garis besar; 1.
nekrose, 2. hipoplasia dan 3. hipertropi.
b) Bagian tanaman yang terserang seperti seed
root (busuk biji), kemel smut (jamur api pada
bulir), seadling beight (Hawar semai)
c) Macam tanaman yang diserang, seperti
cereal disease (penyakit serealia), corn
disease (penyakit jagung)
d) Kerusakan yang ditimbulkan beberapa
penyakit hanya menyebabkan kerusakan yang
tidak berarti pada tumbuhan, tetapi jenis lainya
mungkin dapat segera membunuh tumbuhan.
•
c) Pengendalian Hayati atau Biologi : Pengendalian
hayati atau biologi pada dasarnya adalah
pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk
mengendalikan populasi hama yang merugikan
Dilihat dari fungsinya, musuh alami dikelompokkan
menjadi parasitoid, predator dan patogen.
1. Parasitoid atau Parasit : Parasit adalah
binatang yang hidup di atas atau di dalam
binatang lain yang lebih besar yang merupakan
inangnya.
2. Predator : Predator adalah organisme yang
hidup bebas dengan memakan atau memangsa
binatang lainnya. Predator adalah binatang
yang tergolong pemakan daging (karnivora) dan
pemakan segala (omnivora).
Beberapa jenis predator yang dapat digunakan adalah:
1. Predator hama tikus : Predator hama tikus antara
lain ular sawah, burung hantu, kucing, elang, dan
anjing.
2. Predator hama ulat : Predator hama ulat adalah
burung pemakan ulat, diantaranya burung poksya,
burung murai, dan lain-lain.
3. Predator hama serangga : Predator hama serangga
diantaranya:
4. dari jenis reptil: katak sawah, katak pohon,
cecak dan kadal
5. dari jenis serangga: laba-laba, belalang sembah,
capung, beberapa jenis kumbang dan kepik
3. Patogen : Patogen adalah mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit pada hama. Patogen yang dapat
menyerang serangga hama adalah bakteri, virus dan
cendawan
Beberapa contoh patogen yang sudah diteliti dan terbukti
dapat dimanfaatkan dalam pengendalian hama adalah
sebagai berikut:
1) Bakteri :Bakteri Bacillus thuringiensis merupakan salah
satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada
serangga secara umum, termasuk serangga dari Ordo
Lepidoptera, Hymenoptera, Diptera dan Coleoptera.
Bakteri ini telah terbukti efektif untuk pengendalian ulat
kubis (Plutella xylostella), ulat tanaman kedelai (Heliothis
sp.), ulat tanaman jagung (Spodoptera litura).
2) Virus : Virus yang telah diteliti dan dapat dimanfaatkan
untuk pengendalian hama adalah virus Baculovirus
oryctes yang dapat menyerang kumbang kelapa Oryctes
rhinoceros.
3) Cendawan : Cendawan yang telah teruji dapat
menyebabkan penyakit pada hama adalah cendawan
Metarrhizium anosipliae yang merupakan patogen bagi
larva kumbang kelapa Oryctes rhinoceros.
4) Pengendalian Secara Kimia : Pengendalian kimiawi adalah
pengendalian OPT dengan menggunakan pestisida.
Pestisida adalah bahan kimia untuk mengendalikan OPT.
Pestisida atau bahan kimia yang digunakan antara lain :
Insektisida: bahan kimia yang digunakan
untuk mengendalikan hama serangga.
1. Acarisida: untuk mengendalikan tungau.
2. Nematisida: untuk mengendalikan nematoda
3. Herbisida: untuk mengendalikan gulma.
4. Ovisida: untuk memberantas telur serangga.
5. Larvasida: untuk memberantas larva serangga.
6. Rodentisida: untuk mengendalikan tikus.
7. Algasida: untuk mengendalikan algae.
8. Molluscida: untuk mengendalikan siput.
9. Bakterisida: untuk mengendalikan bakteri.
10. Virusida: untuk mengendalikan virus.
Dalam pengendalian hama secara bijaksana, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan agar pemakaian pestisida efektif, efisien,
optimal dan maksimal, yaitu:
1. Jenis pestisida yang digunakan harus tepat dan sesuai dengan
jenis organisme pengganggu yang akan dikendalikan
sehingga alat dan bahan yang digunakan untuk pengendalian
disesuaikan.
2. Dosis dan konsentrasi pestisida yang akan digunakan harus
tepat. Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram
yang digunakan untuk mengendalikan hama/penyakit tiap
satuan luas tertentu.
Ada 3 (tiga) macam konsentrasi dalam hal penggunaan pestisida,
yaitu:
1. Konsentrasi bahan aktif yaitu persentase bahan aktif suatu
pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
2. Konsentrasi formulasi yaitu banyaknya pestisida dalam cc
atau gram setiap liter air.
3. Konsentrasi larutan (konsentrasi pestisida dalam larutan)
yaitu persentase kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.
• Cara pemakaian pestisida harus tepat,
bagaimana ia diaplikasikan pada sasaran, baik
tanaman, tanah/lahan, benih/bibit, misalnya
apakah dengan disemprot, disuntik atau dihembus.
• Waktu pemakaian pestisida harus tepat, ditinjau
dari umur atau stadia pertumbuhan dan
perkembangan organisme penganggu, umur
tanaman (benih, bibit, tanaman dewasa), keadaan
cuaca (angin, suhu udara, kelembaban, curah
hujan), atau waktu aplikasi pagi hari, siang, sore,
dalam keadaan panas atau hujan, dan sebagainya.