You are on page 1of 18

RUANG LINGKUP INVESTIGASI

Oleh:
Sri Wahyuningsih Yulianti, SH.MH
PENGERTIAN INVESTIGASI
Investigasi adalah upaya penelitian,
penyelidikan, penyidikan,
pengusutan,pencarian, pemeriksaan dan
pengumpulan data, informasi dan temuan
lainnya untuk mengetahui atau membuktikan
kebenaran dan atau kesalahan sebuah fakta
yang kemudian menyajikan kesimpulan atas
rangkaian temuan dan susunan kejadian dalam
berita acara.
TAHAPAN INVESTIGASI
PETUNJUK AWAL

Penyusunan
INDIKASI Investigasi Hipotesa
Awal Pengecekan
Tindak
Pidana
Penelusuran
Kajian Literatur Dokumen/informasi

Pengorganisasian data Analisa Kasus

PELAPORAN ADVOKASI
TAHAP INVESTIGASI SECARA UMUM
• Secara Umum Tahap Investigasi sebagai berikut :
1. Petunjuk awal yaitu adanya informasi awal dari
siapapun yang memberikan keterangan
tentang adanya indikasi pelanggaran hukum atau
tindakpidana
2. Investigasi Awal yaitu upaya pengecekan terhadap
petunjuk atau informasi awal yang telah diperoleh
untuk mengetahui apakah telah terjadi
penyelewengan atau tidak.
3. Menyusun Hipotesa yaitu menyusun hipotesa
berdasarkan investigasi pendahuluan dalam bentuk
sebagai berikut :
– Profil dan modus operandi yang menjelaskan
5W + 1 H (who,what,where,when,why and how)
– Sekema kasus atau flow chart yang
menyangkut pihak-pihak yang terlibat dalam
kasus tindak pidana dengan maksud untuk
memudahkan pemahaman.
– Perencanaan pembuktian untuk membuktikan
adanya tindak pidana atau pelanggaran hukum
– Kesaksian dalam wawancara anonim
– Dokumen atau surat-surat penting sebagai
barang bukti
– Keterangan tersangka
– Barang bukti
– Keterangan ahli
Lanjutan tahap Investigasi
4. Kajian literatur dan wawancara dengan pakar yaitu pendalaman
wawancara literatur dan pendalaman para ahli untuk memperluas
pemahaman dan menguji hipotesa
5. Penelusuran Dokumen dan Informasi Kunci yaitu pengumpulan
dokumen-dokumen dan penggalian informasi dari informen atau
orang kunci yang berkaitan dengan adanya kasus pidana sebagai
referensi untuk lebih mendapatkan pemahaman profil dan
kronologis kasus.
6. Pengorganisasian dan analisis data adalah sebagai berikut :
– Pengorganisasian data adalah mengklarifikasi semua dokumen atau
data yang diperoleh berkaitan dengan kasus tersebut.
– Analisa kasus adalah kegiatan melakukan perbandingan, pemeriksaan
bukti tertulis dan rekonsiliasi serta perhitungan kembali untuk
membandingkan semua informasi dari informen atau orang kunci
dengan tujuan untuk menemukan secara rinci unsur-unsur
penyelewengan atau kasus dan modus operanding dari pihak-pihak
yang terlibat.
Lanjutan Investigasi
7 Pelaporan adalah penyusunan berita acara / laporan
tentang dugaan adanya tindak pidana maupun
pelanggaran secara lengap. Adapun
susunan laporan sebagai berikut :
– Latar belakang (data umum)
– Profil kasus atau posisi kasus
– Kronologis kasus
– Pihak-pihak yang terlibat
– Indikasi penyimpangan atau penyelewengan
– Kerugian yang terjadi
– Tuntutan terhadap tidnakan pidana atau perdata
8. Advokasi Kasus
Kendala Investigasi
1. Waktu (time)
• Analis kekurangan sumberdaya waktu, sehingga hanya melakukan
sebagian kegiatan investigasi. Biasanya waktu berhubungan dengan
masalah biaya.
2. Biaya (Cost)
• Seringkali biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan lamanya waktu
untuk kegiatan investigasi sehingga manajemen akan memberikan batas
biaya.
3. Ilmu Pengetahuan
• Manajer sistem informasi cenderung menyuruh analis junior yang belum
memiliki keahlian teknik atau pengetahuan yang cukup. Sehingga akan
berdampak dari hasil investigasi yang mendalam, matang atau lengkap.
4. Politik
• Manajemen atau pihak tertentu mungkin menyebarkan isu-isu yang
tujuannya untuk menghambat kegiatan investigasi.
5. Intervensi
• Campur tangan adalah terdapat pihak-pihak yang berusaha campur
tangan atau mengatur dalam kegiatan investigasi sehingga akan
mengganggu atau menimbulkan kekacauan.
• INVESTIGASI OLAH TKP
• Dilaksanakan Oleh Penyidik Reserse Kriminal
bersama Unsur BantuanTeknis terdiri atas
Labkrim, Tim Identifikasi, Dokter Forensik .

• Tindakan-tindakan investigasi olah TKP:


1. Pengamatan Umum ( general observation)
a. Jalan masuk/keluar si pelaku
b. Kejanggalan-kejanggalan di TKP dan sekitar
c. Keadaan cuaca pada waktu kejadian
d. Alat /barang yang digunakan/ditinggal di TKP
e. Tanda-tanda bekas perlawanan,kekerasan,
pengereman, kebararan dll sesuai kasusnya
• Hasil dari pengamatan umum dimaksudkan untuk
dapat memperkirakan modus operandi, motif, waktu
kejadian, tersangka, korban, saksi selanjutnya akan
menentukan langkah-langkah (skala prioritas
tindakan) yang harus didahulukan.

2. Pemotretan dan Pembuatan Sketsa


a.Maksud Tujuan Pemotretan:
1) Mengabadikan situasi TKP (kondisi korban,barang
bukti) saat diketemukan;
2) Memberi gambaran nyata situasi dan kondisi TKP
3) Membantu dan melengkapi kekurangan olah TKP
termasuk pencatatan dan pembuatan sketsa
b. Obyek Pemotretan
TKP secara keseluruhan dari berbagai sudut sesuai
teknik pemotretan kriminal secara detail/close-up
c. Catatan Penjelasan Pemotretan memuat:
1) Hari, tanggal, bulan, tahun, jam pemotretan;
2) Merek, tipe kamera, lensa, film spek alat kamera;
3) Speed kamera, diafragma;
4) Sumber cahaya;
5) Filter yang digunakan;
6) Jarak kamera terhadap obyek pemotretan lengkap
dengan sketsa kasar letak kamera dan obyeknya
7) Tinggi kamera;
8) Identitas petugas: nama,pangkat,NRP,kesatuan
b. Maksud dan Tujuan Pembuatan Sketsa:
1) Menggambarkan TKP seteliti mungkin;
2) Sebagai bahan untuk mengadakan Rekonstruksi
c. Cara Pembuatan Sketsa untuk Lampiran BAP
1) Menggunakan kertas berukuran (kertas milimeter);
2) Menentukann arah mata angin (kompas) U/S
3) Dibuat dengan skala;
4) Tiap obyek diberi tanda dengan huruf balok
dijelaskan dalam keterangan gambar
5) Mengukur jarak benda bergerak dengan hubungkan
dua titik pada benda tak bergerak sebagai patokan
6) Otentikasi Sketsa dcantumkan identitas pembuat,
waktu dan tempat kejadian, tentang peristiwa apa
Investigasi Penanganan Korban, Saksi dan Pelaku
• Penanganan Korban Mati:
1. Pemotretan mayat menurut letak dan posisinya,
tanda-tanda yang mencurigakan
2. Meneliti dan mengamankan barang bukti yang ada
dipakaian korban, meneliti tanda penyebab mati
3. Meminta bantuan dokter/ahli forensik memeriksa
jangka waktu/lama kematian (kaku mayat, lebam
mayat, pembusukan),cara kematian (mode/ manner
of death), sebab kematian (cause of death),berbagai
kemungkinan ada perubahan posisi mayat saat
ditemukan dan diperiksa;
4. Memberikan tanda garis pada posisi mayat sebelum
dikirim ke RS untuk dibuatkan Visum et Repertum
Penanganan Saksi
• Mengumpulkan keterangan dari saksi
1. Melakukan interview/wawancara terhadap saksi
yang diduga melihat,mendengar, mengetahui
tentang kejadian/peristiwanya
2. Dari hasil interview/wawancara dapat digolongkan
saksi yang terlibat bersama pelaku saksi mahkota,
saksi fakta, saksi korban;
3. Melakukan pemeriksaan singkat kepada saksi untuk
mendapat keterangan dan petunjuk
4. Melakukan pemeriksaan terhadap saksi korban,
keadaan korban, penampilan korban, sikap korban,
diantar ke RS untuk dibuatkan Visum et Repertum
Penanganan Pelaku

1. Meneliti dan mengamankan bukti-bukti yang


terdapat pada pelaku dan melekat pada pakaian;
2. Pemeriksaan singkat untuk memperoleh
keterangan pelaku keterkaitannya dengan peristiwa
dan keterlibatan orang lain;
3. Pada kasus tindak pidana tertentu seperti delik
susila (indikasi deviasi seksual) diperlukan segera
pemeriksaan ke dokter ahli untuk minta visum et
repertum kondisi pelaku;
4. Perlu bantuan pemeriksaan psikiatri forensik
terhadap kejiwaan pelaku tindak pidana yang ada
indikasi gangguan jiwa pada saat melakukan tindak
pidana.
Investigasi Bukti Permulaan
• Bukti-bukti yang berhubungan dengan tindak pidana
yang dapat ditemukan dengan tata cara pengamanan
sesuai dengan teknik identifikasi, dapat berupa :
• Darah, rambut, air seni, sperma, tulang, potongan
tubuh, muntahan, sisa racun, abu, puing-puing,
selongsong peluru, mesiu, benda-benda yang patut
diduga berkaitan erat dengan tindak pidana alat yang
telah digunakan seperti sajam, senpi, dll.
• Setiap selesai melakukan tindakan investigasi,
dilengkapi dengan Lampiran Berita Acara Investigasi
INVESTIGASI BARANG BUKTI
1. Benda yang patut diduga telah digunakan sebagai
alat, sarana prasarana untuk melakukan tindak
pidana;
2. Benda yang dipergunakan untuk mempersiapkan
tindak pidana;
3. Benda yang dibuat khusus untuk melakukan tindak
pidana;
4. Benda yang ada hubungan langsung ataupun tidak
langsung yang terkait dengan tindak pidana;
5. Benda yang patut diduga sebagai hasil dari tindak
pidana yang telah dilakukan tersangka/terdakwa.

You might also like