You are on page 1of 195

Kelompok 1

Fasilitator:
Dr. dr. Triawanti, M.Kes.
Anggota Kelompok
• Regina Philyria • Dody Indra Atmaja
• Gita Febriany • Thea Desideria Rambang
• Luth Lolly Rahim A.S. • Hennie Alvionita Jannet
• Dita Ayu Pertiwi • Filman Purwadinata
• Eky Aditya Prastama • Theresia Alvionita
Pemicu 1
Kata Kunci
• Ny. X, 65 tahun • Tahun 2015
• Penglihatan menurun sejak • Awalnya mata kanan, kemudian
nivember 2016 mata kiri mengalami hal yang
• Mata kanan susah digunakan sama
untuk melihat benda/tulisan • Demam (-), Mual (+), Muntah (-)
jauh/dekat dan mata merah • Adanya kotoran mata, tapi tidak
• Mengeluh sakit kepala dan mata gatal
jika melihat matahri dan juga
bila melihat cahaya sepeti
melihat ada lingkaran disekitar
cahaya serta jika air mata keluar,
pasien merasa matanya sakit
Identifikasi Masalah
• Ny. X, 65 tahun. Mengeluh penglihatan mata kanan semakin menurun
sejak november 2016
• Keluhan lainnya; mata merah, sakit kepala, sakit pada saat air mata
keluar, mual tanpa muntag, adanya kotoran mata otapi tidak gatal
• Mata kiri mulai buram
Analisi Masalah
Ny. X, 65
th

Anamnesis

Keluhan Utama RPD RPS R. Keluarga R. Pengobatan

Pemeriksaan

P. Fisik P. Penunjang

Status Status dd
General Oftalmologi - Glaukoma Sudut Terbuka
- Glaukoma Sudut Tertutup
Hipotesis
• Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
oftalmologi, Ny. X, 65 tahun mengalami glaukoma sudut tertutup ODS
(ocule dextra et sinistra)
Pertanyaan Terjaring
1. Jelaskan tentang aspek anatomi mata!
2. Jelaskan tentang aspek histologi mata!
3. Jelaskan tentang aspek fisiologi mata!
4. Jelaskan tentang aspek biokimia mata!
5. Jelaskan tentang galukoma suudut terbuka!
6. Jelaskan tentang glaukoma sudut tertutup!
7. Jelaskan tentang katarak!
8. Jelaskan tentang patofisiologi halo!
9. Jelaskan bagaimana prosedur pemeriksaan fisik pada mata!
10.Jelaskan bagaimana cara pemeriksaan tonometri!
11.Jelaskan tentang interpretasi data pada pemicu!
12.Apa tatalaksana pada pemicu?
FISIOLOGI MATA

U. Sudharmono, Skep
MATA
Struktur Mata:
1. Internal
2. Eksternal
STRUKTUR INTERNAL
• Diameter bola mata : kurang lebih
2,5 cm.
• Terletak pada bagian anterior
orbit.
• Terdiri dari :
1. Lapisan Luar.
2. Lapisan Tengah.
3. Lapisan Dalam.
A. Lapisan Luar
• Merupakan laipsan fibrous yang
menyangga mata, terdiri dari : Sklera dan
Kornea.

• SKLERA
Jaringan padat, berwarna putih.
Menempati 5/6 bagian posterior dinding
bola mata.
Pada orang dewasa atau lansia, deposit
lemak dapat memberikan warna kuning
pada sklera.
 KORNEA
Lapisan padat, avaskuler dan
transparan yang bersambung
dengan sklera.
Menempati 1/6 bagian
anterior dinding bola mata
dengan diameter kira-kira 11
mm.
Lanjutan…
 Kornea lanjutan dari sklera, tetapi
lebih tebal.

 Limbus : Pertemuan kornea


dengan sklera.
• Arkus senilis : Cincin putih pada
pada limbus akibat adanya
degenerasi lemak pada lansia.
Kornea tersusun atas 5 lapisan :

1.Epitelium.
2.Membrana Bowman.
3.Stroma.
4.Membrana Descement.
5.Endotelium.
B. Lapisan Tengah
• Uvea, lapisan kedua dari bola mata,
merupakan lapisan bervaskuler dan
berpigmen.
• Lapisan ini berisi : Koroid, Badan
siliar dan Iris.
• KOROID
Membran coklat tua, terletak antara sklera dan retina.
Bagian terbesar dari lapisan tengah, dilapisi oleh sebagian besar sklera.
Berisi banyak pembuluh darah yang menyuplai nutrien ke retina dan badan
vitreus.
Mencegah refleksi internal cahaya.
• BADAN (KORPUS) SILIARE
Menghubungkan koroid dengan iris.
Pada permukaan dalam korpus siliare
terdapat prosesus siliaris yang
menghasilkan akueos humor melalui
proses dialisis dan sekresi.
Prosesus ini banyak mengandung
pembuluh darah dan serabut saraf.
• IRIS
Perpanjangan korpus siliare ke
anterior dan merupakan bagian
mata yang berwarna serta
menampakkan karakteristik biru,
hijau, hazel, abu-abu atau cokelat.
Pupil→Terletak didepan lensa, di
belakang kornea, dan membentuk
lingkaran terbuka
Saat individu terjaga, ukuran pupil
bervariasi sesuai jumlah cahaya
yang masuk.
Iris membagi secara parsial ruang yang berisi akueous humor antara kornea
dan lensa menjadi 2 bagian yaitu: Kamera Anterior dan Kamera Posterior.
Bagian akar iris melekat pada permukaan badan silier.
Pada titik perlekatan ini iris relatif tipis sehingga dapat robek karena trauma
pada mata.
Fungsi iris: mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata.
C. Lapisan Dalam
• RETINA
Struktur tipis, halus dan bening
tempat serat-serat saraf optik
didistribusikan.
Melapisi bagian dalam 2/3 posterior
dinding bola mata.
Secara eksternal dibatasi oleh
koroid dan sklera.
Secara internal dibatasi
oleh membran hialoidea
dari badan vitreus.
Berisi pembuluh darah
yang menyuplai nutrisi
ke jaringan retina dan
dua kelas fotoreseptor
yang disebut rhod
(batang) dan cones
(kerucut).
 RHOD :
1. Berfungsi mengurangi derajat iluminasi (terang) dan bertanggung jawab
terhadap pandangan perifer.
2. Digunakan apabila intensitas cahaya rendah dan memberikan gambaran
abu-abu.
3. Sangat banyak di bagian depan retina.
4.Mengubah rangsang cahaya menjadi impuls listrik yang berjalan sepanjang
serabut saraf sensoris menuju daerah penglihatan di otak.
 Untuk fungsi ini diperlukan rodopsin (suatu senyawa yang tersusun atas
protein dan pigmen karotena).
 Bila terpapar cahaya, senyawa ini akan pecah dan pigmen diubah menjadi
vitamin A.
Pada keadaan gelap, rodopsin diresintesis dari vitamin A dan protein,
menyebabkan kepekaan rhod meningkat dan disertai adanya pelebaran pupil
(memungkinkan lebih banyak cahaya yang masuk ke dalam mata)
menyebabkan seseorang dapat beradaptasi pada keadaan gelap.
Adaptasi terhadap cahaya terang disebabkan oleh pemecahan rodopsin yang
menyebabkan pengurangan kepekaan rhod disertai dengan pengecilan pupil
yang membatasi banyaknya cahaya yang memasuki mata.
 CONE :
1. Berfungsi meningkatkan derajat iluminasi dan bertanggung jawab terhadap
penglihatan sentral dan penglihatan warna.

 Terdapat kurang lebih 110 – 125 juta rhod dan kurang lebih 6,5 juta cone
pada satu retina.
• FUNDUS OPTIK
Terletak pada bagian posterior
mata.
Didalamnya terdapat diskus optikus
yang merupakan daerah berwarna
putih merah muda-krem pada retina.
Diskus optik kadang-kadang disebut
sebagai titik buta (blind spot) karena
hanya mengandung serabut saraf
tanpa sel-sel fotoreseptor dan tidak
sensitif terhadap sinar.
Pada bagian lateral dan temporal
diskus optik terdapat area kecil,
oval, merah muda kekuningan yang
disebut makula lutea (bintik kuning)
berdiameter 1 mm, merupakan
daerah yang paling jelas untuk
melihat.
Bagian sentral makula yang agak ke
dalam disebut fovea sentralis tempat
terjadi pandangan akut terbesar.
Jika bagian ini rusak, tajam
penglihatan (acuity) berkurang dan
dapat terjadi kebutaan sentral.
MEDIA REFRAKTIF
 Jalannya gelombang cahaya ke retina akan melalui struktur dengan
kepadatan yang bervariasi, meliputi: Kornea, Akueos humor, Lensa dan
Vitreus Humour.

 Setiap struktur menyebabkan gelombang cahaya membias atau refraksi


sampai beberapa derajat. Struktur ini disebut media refraktif mata.
• KORNEA
Lapisan padat dan transparan,
bersambung dengan sklera,
menempati 1/6 bagian anterior mata.
• AKUEOS HUMOR
Cairan jernih yang mengisi ruang anterior dan posterior mata.
Komposisi serupa dengan plasma tetapi memiliki konsentrasi askorbat,
piruvat dan laktat yang lebih tinggi serta protein, urea dan glukosa yang lebih
rendah.
Ruang anterior
mata terbentang
antara kornea
dan iris.
Ruang posterior
terbentang
antara iris dan
lensa.
Akueos humor diproduksi terus
menerus oleh kapiler venosa di
dalam processus silliaris.
Akueos humor keluar dari
kamera posterior melewati pupil
ke dalam kamera anterior dan
cairan ini keluar melewati
bangunan yang disebut
trabekula, yang membuka ke
dalam saluran vena sirkuler
yang disebut kanal schlemn.
Kanal ini mengeluarkan akueos
humor dari mata ke sirkulasi
sistemik, sehingga tekanan
intraokuler tetap dapat
dipertahankan secara konstan.
• LENSA
Struktur sirkuler, lunak dan
bikonveks, avaskular, tidak berwarna
dan hampir transparan sempurna.
Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter
9 mm, terletak di belakang iris, di
depan badan vitreus.
Terdiri atas 65% air dan 35% protein (tertinggi diantara jaringan-jaringan
tubuh) dan sedikit mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya.

Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain.

Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun


tereduksi.
Titik pusat permukaan
anterior dan posteior
disebut polus anterior
dan polus posterior,
dan garis yang
melewati kedua polus
tersebut aksis.
Lensa tetap berada ditempatnya
karena dari depan ditekan oleh
akueos humor, dari belakang ditekan
oleh vitreus humor dan digantung
zonula atau ligamen suspensorium.
Zonula: Membran tipis yang
menutupi permukaan dalam badan
silier, prosesus siliaris dan lensa.
 Permukaan posterior lensa lebih cembung dibandingkan permukaan
anterior dan lensa ini menempati fossa hialoidea badan vitreus.

 Lensa terdiri dari 3 lapisan :


1. Kapsul pada bagian luar, berfungsi mengubah bentuk lensa dan
melindungi substansi lensa dari badan vitreus dan akueos humor.
2. Korteks.
3. Nukleus pada bagian dalam.
Lensa membiaskan sinar yang masuk melalui pupil agar dapat difokuskan
atau jatuh ke retina.

Kurvatura permukaan lensa bervariasi yang memungkinkan individu berfokus


pada objek dekat atau jauh.

Proses perubahan kecembungan lensa untuk mengubah jarak fokus ini


disebut “akomodasi”.
Akomodasi dimungkinkan karena
adanya zonula atau ligamen
suspensorium yang mengelilingi lensa
yang dikendalikan oleh muskulus
siliaris.
Bila muskulus siliaris berkontraksi,
ligamen suspensorium mengalami
relaksasi dan menambah
kelengkungan lensa.
 Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau sarf di lensa.

 Sifat fisik lensa bervariasi, bergantung pada umur:


1. Pada fetus, lensa hampir sferis dan agak lunak.
2. Pada dewasa permukaan anterior kurang cembung dibanding posterior
dan substansi lensa menjadi lebih keras.
3. Pada umur 40-an lensa bertambah besar dan lebih pipih, berwarna
kekuningan dan menjadi lebih keras. Perubahan ini bertanggung jawab
pada terjadinya presbiopia.
• BADAN VITREUS
Berisi zat gelatinosa yang
memenuhi ruang vitreus, ruang
antara lensa dan retina.
Bagian depannya berbentuk corong
untuk ditempati oleh lensa dan
dikelilingi oleh membran hialoidea.
Apabila membran hialoidea pecah karena trauma atau operasi maka badan
vitreus akan keluar. Bila badan vitreus keluar, maka bola mata akan
mengerut.

Badan gelatinosa mengisi 4/5 bagian dari volume bola mata dan menjalarkan
sinar serta memberikan bentuk pada mata posterior.
Berisi 99% air dan 1% komponen kolagen dan asam hialuronat yang
memberikan bentuk dan konsistensi mirip jel pada vitreus karena
kemampuannya mengikat banyak air.

Tidak mengandung pembuluh darah, tetapi mendapatkan nutrisi dari jaringan


di sekitarnya.

Menjadi lebih cair dengan bertambahnya umur dan juga dapat terjadi
pengerutan.
STRUKTUR EKSTERNAL
• ORBITA
Struktur tulang yang mengelilingi mata dan memberikan proteksi paling besar
pada mata terutama untuk segmen posterior.
Digambarkan sebagai piramid
berdinding empat yang
berkonvergensi ke arah
belakang.
Dinding medial orbita kiri dan
kanan terletak paralel dan
dipisahkan oleh hidung.
Volume orbita dewasa kira-kira
30 cc dan bola mata hanya
menempati sekitar 1/5 bagian
ruangannya. Lemak dan otot
menempati bagian terbesarnya.
Satu lapis fasia yang dikenal
dengan kapsula tenon mengelilingi
bola mata dari kornea sampai
segmen posterior dan memisahkan
mata dari lemak orbita.
Orbita berhubungan dengan sinus
frontalis di atas, sinus maksiliaris di
bawah serta sinus etmoidalis dan
sfenoidalis di medial.
• KONJUNGTIVA
Membran mukosa tipis dan
transparan yang melapisi bagian
posterior kelopak mata dan melipat
ke bola mata untuk melapisi bagian
anterior bola mata sampai limbus
tempat konjungtiva berbatasan
dengan kornea.
Konjungtiva palpebra: terbentang pada permukaan posterior masing-masing
kelopak mata.
Konjungtiva bulbi: Konjungtiva yang terletak di anterior sklera.
Konjungtiva palpebra lebih tebal daripada konjungtiva bulbi.
Tempat bertemunya kedua konjungtiva ini disebut fornix/sakus konjungtiva.
Konjungtiva memberikan proteksi pada sklera dan pelumasan pada bola
mata yang dilakukan oleh kelenjar mukosa dan serosa.
Secara normal pembuluh darah pada konjungtiva mengalami konstriksi dan
sulit dilihat. Dilatasi pembuluh-pembuluh darah dapat terjadi oleh berbagai
keadaan.
• KELOPAK MATA
Susunan kulit yang halus,
tipis dan mudah digerakkan.
Pada saat menutup
melindungi mata dari
masuknya benda asing,
melindungi cahaya selama
tidur dan membantu
pergerakan air mata untuk
menjaga kelembapan
kornea.
• BULU MATA
Rambut tipis yang terbentuk dari 2
atau 3 baris rambut ireguler pada
batas kelopak mata.
Bulu mata atas lebih panjang dan
lebih banyak dari yang dibawah dan
melengkung ke atas, bulu mata
bawah melengkung ke bawah.
Bulu mata sangat sensitif terhadap sentuhan dan melindungi bola mata dari
debu atau partikel kecil.
• ALIS MATA
Lipatan kulit yang menebal pada
bagian atas orbita yang ditutupi
rambut berbentuk garis.
Melindungi mata dari perspirasi
(keringat) dahi dan menangkap
partikel organik dan anorganik.
• APARATUS LAKRIMALIS
Terdiri atas glandula lakrimalis
dengan duktus-duktusnya, kanalikuli
lakrimal, sakus lakrimalis dan duktus
nasolakrimalis.
Air mata diproduksi oleh kelenjar
lakrimal yang terletak pada bagian
temporal atas masing-masing orbit.
Terdapat 8-12 duktus lakrimalis
yang mengalirkan air mata ke
bagian atas dan lateral forniks
konjungtiva.
Dari forniks superior air mata
mengalir ke dalam lacrimal lake
pada kantus bawah, kemudian
punctum (yang terdapat pada
masing-masing kantus), kanalikuli
lakrimalis, ke dalam sakus lakrimalis
dan kemudian masuk hidung melalui
duktus nasolakrimalis.
Air mata terdiri dari 98% air, 1,5% NaCl (memberikan rasa asin pada air
mata) dan lisozim (mempunyai efek anti bakteri).

Fungsi air mata adalah mencuci dan membasahi permukaan kornea.


Saat kornea menjadi kering, kedipan mata dan kelopak mata membawa
selapis cairan lakrimal ke seluruh mata.

Sekresi dari kelenjar lakrimal utama dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan
menyebabkan airmata mengalir berlimpah melewati tepian palpebra.
• OTOT
Terdapat 7 otot voluter dari orbit, 6 diantaranya dapat memutar bola mata
pada beberapa perintah dan mengoordinasi pergerakan mata.
4 dari otot-otot ekstraokuler tersebut
adalah otot rektus (lurus).
2 otot ekstraokuler yang lain adalah
otot oblik.
Kontraksi otot ekstraokuler akan
memutar mata dan otot-otot rektus
akan mengembalikan ke posisi
semula, saat mata bergerak secara
temporal.
Otot–otot oblik mempunyai
aksi terbesar saat mata
bergerak secara nasal (menuju
hidung).

Otot-otot rektus lateral dan


inferior oblik mengontrol
pergerakan mata ke atas.

Adduksi mata dikontrol oleh


otot rektus medial dan inferior.
Otot oblik superior mengontrol
pergerakan mata kebawah.
Otot-otot ini tidak bekerja secara bebas tetapi berhubungan dengan otot yang
menimbulkan pergerakan ke arah yang berlawanan.
Pergerakan mata yang halus digerakkan oleh kontraksi dan relaksasi otot-
otot yang berhubungan satu sama lain.
Otot orbit ke-7 adalah levator
palpebra, bekerja mengelevasi
kelopak mata atas.
Otot ini tidak masuk ke dalam bola
mata sehingga tidak bisa
menggerakkan bola mata.
• SARAF
Otot ekstraokuler dipersarafi oleh
kranial okulomotoris (N.III),
trokhlearis (N.IV) dan abdusen
(N.VI).
Saraf mata (N.II) adalah saraf
penglihatan yang menghubungkan
diskus optikus ke otak.
Bagian oftalmikus dari trigeminal (N.V) menginervasi bagian sensori dari
refleks berkedip, refleks ini terangsang jika kornea disentuh.
Nervus fasialis (N.VII) mempersarafi kelenjar lakrimal dan otot-otot yang
terlibat dalam penutupan kelopak mata.
• PEMBULUH
Arteri oftalmikus (cabang
arteri karotis interna) adalah
arteri utama yang menyuplai
struktur di dalam orbit.
Arteri sentral retina adalah satu dari yang paling kecil tetapi merupakan
cabang paling penting dari artei oftalmikus karena bertanggung jawab
menyuplai darah ke retina.

Arteri siliaris menyuplai sklera, koroid, badan siliaris dan iris.

Drainase vena melalui dua vena oftalmikus.


Matius 6:22-23
Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh
tubuhmu, jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi
jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya
kegelapan itu.
TERIMA KASIH
Histologi Mata
Oculus Oculi accessorius
• Bulbus Oculi (isi & pembungkus) • Supercilium (bulu mata)
• Nervus opticus • Palpebrae & conjunctiva
• Musculi extrinsic bulbi
• Apparatus lacrimalis
Isi Bulbus Oculi
Humor aqueous
• Diproduksi oleh corpus ciliaris
• Mengisi COA dan COP
• Klinis : Tekanan intraoculer naik  Glaukoma
Lensa cristallina
• Transparan, biconvex elastis
• Dibungkus capsula lentis
• Klinis : Lensa keruh  Katarak
Humor vitreus
• Massa gelatinous, transparan yang mengisi ruang lensa - retina
• Fungsi : menjaga retina ditempatnya & memberi sandaran lensa
Pembungkus Bulbus Oculi
Tunica Neurosa
Tunica Fibrosa
• Cornea
• Sclera
Tunica Vasculosa (Uvea)
• Choroidea
• Corpus ciliaris
• Iris
• Retina
Cornea
• 1/6 bagian anterior
• Fungsi : media refraksi, proteksi
• Avaskular  transparan
• Free nerve ending (dr N.I)  sangat sensitif
• Dilapisi epitel kornea berlapis gepeng
• Terdiri dari lapisan epithelium, lamina limitans
Anterior (Bowman’s), stroma kornea, lamina
Limitans posterior, dan epitel posterior/endothelium kornea
Sclera
• 5/6 bagian posterior
• Serabut kolagen dan elastis  non transparan
• Ditembus musculi extrinsik dan n. opticus (pada lamina cribrosa)
• Fungsi : Menyesuaikan diri terhadap tekanan dari dalam bulbus oculi
Choroidea
• Terletak diantara sclera dengan retina
• Berpigmen, banyak pembuluh darah
• Fungsi : nutrisi retina, corpus ciliaris, iris
Corpus ciliare Iris
Terdiri atas • Struktur berpigmen
• Processus ciliaris  • Membagi ruang cornea – lensa
Memproduksi humor aquoues - Camera oculi anterior (COA)
• M.ciliaris : Proses akomodasi - Camera oculi posterior (COP)
Retina
• Pars iridis : posterior iris
• Pars ciliaris
• Pars optica : di bulbus oculi posterior, sel sensoris [+]
• Pars optica :
- Dapat dilihat melalui funduscopi
- Terdapat : Discus opticus (Blind spot)
- Tempat keluar N. opticus & a. centralis retina
Retina (2)
• Terdiri dari 10 lapisan, yaitu: 7. Lapisan pleksiform dalam
1. Lapisan pigmen retina  8. Lapisan sel ganglion
melanin 9. Lapisan serat saraf optik
2. Lapisan fotoreseptor (sel 10. Membran limitans dalam
kerucut & batang)
3. Membran limitans luar
4. Lapisan nukleus luar
5. Lapisan pleksiform luar
6. Lapisan nukleus luar
Retina (3)
Terdiri dari 10 lapisan, yaitu:
1. Lapisan pigmen retina 
melanin
2. Lapisan fotoreseptor (sel
kerucut & batang)
3. Membran limitans luar
4. Lapisan nukleus luar
5. Lapisan pleksiform luar
6. Lapisan nukleus luar
7. Lapisan pleksiform
dalam
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat saraf optik
10. Membran limitans dalam
Oculi accessorius
Oculi accessorius meliputi :
• Supercilium (eye brow)
• Palpebrae - Conjunctiva
• Musculi extrinsik bulbi
• Apparatus lacrimalis
Palpebrae
• Palpebrae Superior et inferior • Struktur Palpebrae (anterior-
membatasi fissura palpebralis posterior)
yang berakhir pada anguli oculi 1. Kulit
lateralis et medialis
2. Subkutan
• Limbus anterior palpebrae : cilia
(bulu mata) 3. Musculi oculi
4. Tarsus superior et inferior
5. Conjunctiva
Conjunctiva
Palpebrae conjunctiva
• Melapisi dinding dalam palpebraefornix conjunctiva
• Sangat vascular
• Muara gld. lacrimalis, gld. sudorifera , gld. cebacea
Ocular (bulbar) conjunctiva
• Dari fornix conjunctiva  permukaan anterior mata  limbus cornea
• Transparan
Apparatus lacrimalis
Glandula lacrimalis et ductus lacrimalis
• Terletak di atas angulus palpebrae lateralis
Punctata lacrimalis
• Medial permukaan dalam palpebrae superior et inferior
Canalis lacrimalis
Saccus lacrimalis
Ductus nasolacrimalis
Fungsi : membasahi & nutrisi permukaan anterior bola mata
Fisiologi Mata
Kelenjar Lakrimalis
Retina
Persarafan pada mata
Daftar Pustaka
Martini., Nath. Fundamentals of Anatomy and Physiology, 9th Ed.
[ebook]
Guyton, Arthur C., Hall, John E. Textbook of Medical Physiology, 11th
Ed. [ebook]
American Academy of Ofthalmology (AAO) Cataract and Anterior
Segment Panel, Hoskins Center for Quality Eye Care. Cataract in the
Adult eye. San Franscisco; AAO; 2010
Harper RA, et al. Vaughan & Asbury’s General Opthalmology. Edisi 18.
Philadelphia: McGraw-Hill; 2011
Fisiologi Mata
Fisiologi Mata
• Pendahuluan
Mata merupakan suatu struktur sferif berisi cairan yang mempunyai
fungsi sebagai indera penglihat. Mata terletak di dalam tulang orbita
serta dilindungi oleh sejumlah struktur yaitu kelopak mata/palpebra,
alis mata. Konjungtiva, dan alat-alat lakrimal(Aparatus
lakrimalis).organ ini sering digambarkan berbentuk seperti bola,
namun pada kenyatannya mata berbentuk lonjong.
STRUKTUR & FUNGSI
Mata memiliki struktur sebagai berikut:
Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna
putih dan relatif kuat.
Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan
bagian luar sklera.
Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan
pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu
memfokuskan cahaya.
Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang
kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk
ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
 Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus
dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
 Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola
mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
Struktur ini tersusun dalam 10 lapisan dan mengandung sel batang dan sel
kerucut, yang merupakan receptor penglihatan dan 4 jenis neuron:sel
bipolar, sel ganglion, sel horizontal dan sel amakrin.
 Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari
retina ke otak.
 Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan
kornea (mengisi segmen anterior mata), dihasilkan oleh prosesus siliaris.
Humor aqueus memiliki peranan penting, yaitu sebagai nutrisi dan juga
berfungsi untuk mengeluarkan sisa metabolismenya, selain itu berfungsi
untuk menjaga bentuk bola mata dan mempertahankan TIO agar tetap
berada dalam batas normal (10 – 24 mmHg).
 Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di
depan retina (mengisi segmen posterior mata).

Gambar:aliran humor
aqueus
OTOT, SARAF & PEMBULUH DARAH
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh
saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung
berbagai saraf lainnya.
#Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak
# Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
# Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang
otot pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata
kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis.
Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
STRUKTUR PELINDUNG

Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak


secara bebas ke segala arah.
Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus,
jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan
mata tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa masuk.
# Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot,
saraf, pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan
mengalirkan air mata.
# Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata.
Kelopak mata secara refleks segera menutup untuk melindungi mata
dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang. Ketika
berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh
permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata
mempertahankan kelembaban permukaan mata.Tanpa kelembaban
tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus
cahaya. Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva)
yang juga membungkus permukaan mata.

# Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung


kelopak mata dan berfungsi membantu melindungi mata dengan
bertindak sebagai barrier (penghalang). Kelenjar kecil di ujung
kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah
penguapan air mata.
# Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri
dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer. Lapisan air
mata, yang membasahi mata padaa umumnya berstruktur
kompleks yang terdiri dari 3 lapisan, yaitu:

1. Lapisan terluar adalah lapisan berminyak yang diproduksi


sebagian besar oleh kelenjar meibomi sebasea kelopak mata.
Kelenjar Meibom menghasilkan substansi pelumas berminyak
untuk menghambat penguapan dan kelenjar ini bermuara
pada tepi palpebra.
2. Lapisan tengah, merupakan lapisan air dan terbanyak. Di
produksi oleh kelenjar lakrimalis utama dan kelenjar lakrimalis
tambahan.
3. Lapisan paling dalam adalah lapisan musin yang diproduksi
oleh sel golet yang tersebar diseluruh konjungtiva.
Lapisan air mata barfungsi :
• Melapisi permukaan kornea sehingga menjadi rata dan merupakan
media refraksi yang baik
• Mencegah kerusakan epitel kornea dan konjungtiva
• Mencegah tumbuhnya mikroorganisme
• Mencegah dehidrasi kornea
Proses keluarnya air mata
Pegeluaran air mata dapat pula dibantu dengan adanya kedipan
kelopak mata secara spontan yang berulang-ulang.
Air mata mengalir ke medial ke dalam lubang-lubang pungta tepi
kelopak dan mengalir melalui kanalikuli ke dalam kantong lakrimalis
dan kemudian melalui duktus nasolakrimalis menuju ke hidung.
Mekanisme penglihatan

Mata merupakan indera penglihatan yang di bentuk untuk menerima


rangsangan berkas-berkas cahaya dari retina, yang diperantarai oleh
serabut-serabut N. Opticus. Nervus ini akan mengaktifkan rangsangan
ini ke pusat penglihatan pada otak, untuk di tafsirkan.
Sumber cahaya

Masuk ke mata melalui retina

Melalui pupil yang lebarnya di atur oleh iris

Dibiaskan oleh lensa

Terbentuk bayangan di retina
(nyata, terbalik, diperkecil)

sel-sel batang&kerucut meneruskan sinyal cahaya melalui N. opticus

Otak membalikkan bayangan yang terlihat di retina

Objek akan tampak sesuai bentuk aslinya
Akomodasi
Kemampuan menyesuaikan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat
maupun jauh dapat difokuskan di retina. Kekuatan lensa bergantung
pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris.
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan
menarik lensa sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan
refraksi minimal. Ketika berkontraksi, garis tengah otot ini berkurang
dan tegangan di ligamentum suspensorium mengendur. Sewaktu
lensa kurang mendapat tarikan dari ligamentum suspensorium, lensa
mengambil bentuk yang lebih sferis (bulat) karena elastisitas
inherennya. Semakin besar kelengkungan lensa (karena semakin
bulat), semakin besar kekuatannya, sehingga berkas cahaya lebih
dibelokkan.
Daftar Pustaka
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2.
Jakarta : EGC, 2001.
Ganong, William F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta :
EGC, 2003.
http://www.medicastore.com/
http://www.acuvue.co.id/acuvue_life/physiology_of_the_eye.html
BIOKIMIA
Jaringan Selaput Mata
Jalur Metabolik di Jaringan Mata
• Glikolisis (menghasilkan energi)
Aerob glucose dikonversi jadi pyruvate di cytosol pyruvate masuk ke
Mitochondria  oksidasi jadi acetyl CoA the C -atom dioksidasi CO2 lewat TCA
cycle.
• HMP SHUNT (Tidak menghasilkan energi, tapi NADPH)
Oksidatif dan Non Oksidatif
• Jalur Poliol (Poliol Pathway) (terjadi di berbagai jaringan, terutama mata)
Efeknya : bila pada orang DM  menghasilkan AGEs  Katarak diabetic
Akumulasi sorbitol di dalam lensa –>Keruh
• TCA Cycle
Jalur metabolic untuk CH, Lipid,Protein.
AEROB
ANAEROB
Reaksi di Poliol Pathway
Kornea
• Struktur: kolagen tipe 1 dan 5 , glikosaminoglikan
• Metabolisme: Mata tersusun atas jaringan hidup,
diperoleh melalui metabolisme.
• Proses : Glikolisis dan HMP SHUNT (85%)
• Aktivitas metabolism kornea paling tinggi di mata
• Radikal : disulfida yang berasal dari oksidasi
protein sulfidril sebagai akibat dari peroksidasi
lemak rantai sedang (6 rantai karbon), aldehid
aktif yang bereaksi, dengan komponen jaringan
lainnya.
• yang aktivitasnya paling tinggi
adalah Glutathione reductase.
Dengan merubah GSH menjadi
GSSG / glutation teroksidasi, ikatan
disulfida yang terbentuk tadi dapat
tereduksi. Adapun GSSG dapat
dibentuk kembali menjadi 2GSH
melalui proses auto oksidasi
menggunakan NADPH.
• Kebutuhan NADPH yang berperan
penting dalam aktivitas enzim ini
disuplai melaluijalur heksosa
monofosfat (HMP shunt / jalur
pentosa fosfat) tadi.

Pada mata, antioksidan lainnya adalah Askorbat,


Super Oksida Dismutase, dan
Katalase.
Lensa
• Struktur: air dan protein larut air, 95%nya atas
kristalin alpha, beta, gama, albuminoid,enzim,
dan protein membran.
• Lensa tidak punya suplai darah
• Lensa juga diselubungi sel epitel yang
metabolismenya sangat aktif dan membelah
memanjang membentuk serat. Di membran
epitel ini juga terdapat pompa Na+K+ATPase
yang aktif mentransport Na+ keluar dan K+
ke dalam.
• Selama maturasinya, semakin ke dalam, si
inti, mitokondria, dan organel – organel lain
akan hilang sehingga nantinya akan menjadi
transparan
• Metabolisme glukosa 85% dari glikolisis, 10% jalur pentosa fosfat, dan 3% siklus
krebs dari sel di bagian perifer lensa.
• Sangat peka terhadap singlet oksigen (oksigen yang kehilangan 1 pasang
elektron)
• Epitel lensa mudah rusak bila terkena peroksida / H2O2  kerusakan DNA
dan abnormalitas transpor ion, terutama pompa Na+K+ATPase.  H2O2
bereaksi dengan ion logam besi / hem  reaksi Fenton  kerusakan retina
maupun lensa  kebutaan

• Cataract Senilis : Perubahan struktur arsitektural,


kerusakan protein mulai dari ujung C 
berhubungan dengan usia  deaminasi (pelepasan
ujung amino), dan rasemisasi (perubahan konfigurasi
Katarak ? asam amino dari bentuk L ke D) residu asparil.
• Cataract Diabetika : peningkatan osmolaritas
lensa  peningkatan act aldolase reductase dan jaur
poliol  penumpukan sorbitol.
Aqueous Humor
• Bagian eksterior kornea dibasahi oleh air mata, sedangkan bagian
interiornya, dalam hal ini lensa, oleh aqueous dan vitreous humor.
• Sifat: iso osmotik, disekresi korpus siliaris.
• Struktur: garam, albumin, globulin, glukosa seperti gelatin
• Fungsi: memberikan nutrisi, menyingkirkan produk buangan dari
kornea dan lensa,memelihara bentuk mata (pliable).
• Kelainan terkait: Glaukoma, erat kaitannya dengan diabetes mellitus
dapat menurunkan suplai makanan ke lensa / suplai NADPH.
Vitreous Humor
• Struktur: air (99%) + kolagen tipe 2 + asam hialuronat + sel perifer
(hialosit) +garam inorganik + glukosa + vitamin C seperti gel jernih /
putih telur 80% bola mata.
• Fungsi: membuat bentuk sferis bola mata, mendukung retina agar
tetap pada tempatnya.
• Radikal: OH radikal  depolimerisasi (pemisahan / pemecahan.
polimer = penggabungan)
• Asam hialuronat  hilangnya viskositas
Sklera
• Struktur: kolagen tipe 1 (94%) dan tipe 3 (6%) + elastin.
Koroid
• Fungsi: Banyak pembuluh darah suplai nutrien dan oksigen, menyingkirkan
produk buangan.
• Melanin mencegah adanya refleksi internal dalam mata agar pandangan
tidak blur.
Retina
• Struktur: fotoreseptor (sel batang dan kerucut), di sini terdapat mitokondria.
• Metabolisme: Glikolisis anaerobic. Glukosapiruvat laktat, berlangsung di
sitosol, menghasilkan energi.
• Retina membutuhkan energi dalam
jumlah yang besar untuk transmisi
neuron dan sintesis /recycle molekul yang
terlibat dalam proses melihat / visus.
Kalau saja ada iskemi meskipun kecil,
akan terjadi kerusakan visus yang
ireversibel.
• Uptake O2 meningkat  ROS mnngkat
• Ada DHA di segmen photoreseptor
terpapar cahaya  induksi lipid
peroksidase merusak protein di retina
• Rodopsin  inisiasi Siglet O2
DAFTAR PUSTAKA
• Marks B.Dawn, Allan D. Marks, Colleen M. Smith. 2012. Biokimia
Kedokteran Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta : EGC
• Handayani,Septi. 2017. Bahan Ajar Kuliah : Biochemistry Of The Eye.
Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
Glaukoma Primer Sudut
Terbuka
Definisi
• Glaukoma sudut terbuka primer, sering disebut juga sebagai
glaukoma kronis,
• bersifat progresif, yang umumnya merupakan penyakit mata yang
menyerang orang
• dewasa, bilateral, dengan karakteristik :
• - Peningkatan TIO > 21 mmHg
• - Kerusakan nervi optici glaukomatosa
• - Sudut COA terbuka
• - Kehilangan lapang pandang yang progresif
• - Tidak adanya tanda-tanda glaukoma sekunder atau neuropati
nonglaukomatosa
• Glaukoma sudut terbuka sekunder dimana glaukoma tidak
didapatkan kelainan
• pada pangkal iris serta kornea perifer melainkan terhambatnya aliran
humor aquos dijalinan trabekuler
Faktor Resiko
Patogenesis
Gejala Klinis
• Menahun, sukar untuk menemui gejala dini karena jalan penyakit yang
• sangat pelan-pelan (a silent disease)
• · Hampir selalu penderita datang berobat dalam keadaan penyakit yang
sudah
• berat.
• 19
• · Hampir selalu bilateral,sering satu mata terkena terlebih dahulu dan
• keadaannya sering lebih berat dari mata yang satu lagi.
• · Injeksi siliar umumnya tidak terlihat.
• · Refleks pupil agak lamban.
• · Tekanan bola mata meninggi.
• · COA mungkin normal dan pada gonioskopi terdapat sudut terbuka.
• · Lapangan pandangan mengecil atau menghilang.
• · Atropi nervus optikus dan terdapat cupping.
Diagnosis
Pemeriksaan umum :
• Anamnesis mengetahui riwayat pasien mulai dari keluhan, riwayat
keluarga, riwayat penyakit terdahulu, apakah ada alergi pada
pengobatan ataupun ada intoleransi pengobatan.
• Pemeriksaan mata :
• Glaukoma sudut terbuka primer ditegakkan apabila ditemukan :
• kelainan -kelainan glaukomatosa pada diskus optikus dan lapang
pandang disertai peningkatan tekanan intraokular, sudut kamera
anterior terbuka dan tampak normal, dan tidakterdapat sebab lain
yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular.
Pemeriksaan Penunjang
• Tajam penglihatan
• Tonometri
• - Digital
• - Tonometer Schiotz
• - Tonometer Aplanasi Goldmann
• Gonioskopi
• Lapang pandang (perimetry)
• Oftalmoskopi
• Tonografi
• Tes Provokasi
Penatalaksanan
• Prinsip dari pengobatan glaukoma yaitu untuk mengurangi produksi
humor akueus dan meningkatkan sekresi dari humor akueus sehingga
dapat menurunkan tekanan intraokuler. Pengobatan glaucoma sudut
terbuka diberikan secara teratur dan pembedahan hanya dilakukan
bila pengobatan tidak mencapai hasil memuaskan.
• Pembedahan
Prognosis
• Tanpa pengobatan, glaukoma dapat mengakibatkan kebutaan total.
Apabila obat tetes anti glaukoma dapat mengontrol tekanan
intraokular pada mata yang belum mengalami kerusakan
glaukomatosa luas, prognosis akan baik.
• Apabila proses penyakit terdeteksi dini sebagian besar pasien
glaukoma dapat ditangani dengan baik.
Glaukoma Sudut Tertutup
Pendahuluan
• Glaukoma sudut tetutup merupakan peningkatan Tekanan Intara
Okuler (TIO) yang disebabkan tertutupnya sudut aliran keluar humor
akuos.
• Glaukoma sudut tertutup primer mengenai 1 dari 1000 orang yang
berusia lebih dari 40 tahun, perempuan lebih sering terkena
dibandingkan dengan laki-laki.
Pendahuluan (2)
• Glaukoma sudut tertutup terjadi pada mata yang memiliki
kecendrungan anatomis, tanpa kelainan lain. Peningkatan tekanan
intraokular terjadi karena sumbatan aliran keluar aqueous akibat
adanya oklusi jalinan trabekular oleh iris perifer.
• Kelainan ini dapat dianggap sebagai suatu kedaruratan oftalmologik
atau dapat tetap asimtomatik sampai timbul penurunan penglihatan.
Klasifikasi
• Glaukoma sudut tertutup akut
• Glaukoma sudut tertutup subakut
• Glaukoma suudut tertutup kronik
• Iris plateu
Glaukoma sudut tertutup akut
• Iris bombe
• Penyempitan anatomik pada bilik mata depan (terutama
hipermetrop)
• Searangan akut pembesaran lensa
• Obat-obatan dengan efek antikolinergik atau simpatomimetik
(atropine sebagai obat praoperasi, antidepresan, bronkodilator
inhalasi, dekongestan hidung atau tokolitik)
Faktor risiko
• Hipermetrop (terdapat penyempitan coa)
• Usia lanjut (pembesaran lensa kristalina)
Gejala objektif Gejala Subjektif
• Palpebra : Bengkak • Nyeri hebat
• Konjungtiva bulbi : Hiperemia kongestif, • Kemerahan (injeksi siliaris)
kemosis dengan injeksi silier, injeksi
konjungtiva, injeksi episklera • Pengelihatan kabur
• Kornea : keruh, insensitif karena tekanan • Melihat halo
pada saraf kornea
• Bilik mata depan : Dangkal • Mual-muntah
• Iris : gambaran coklat bergaris tak nyata
karena edema, berwarna kelabu.
• Pupil : Melebar, lonjong, miring agak
vertikal, kadang-kadang didapatkan
midriasis yang total, warnanya kehijauan,
refleks cahaya lamban atau tidak ada
samasekali¹
Pemeriksaan
• Funduskopi
Papil saraf optik menunjukkan penggaungan dan atrofi
• Tonometri
TIO lebih tinggi daripada stadium nonkongestif
• Tonografi
Menunjukkan outflow yang baik. Tetapi bila sudah ada
perlengketan antara iris dan trabekula (goniosinekhia, sinekhia
anterior posterior), maka aliran menjadi terganggu.
• Onioskopi
Pada saat TIO tinggi, sudut bilik mata depan tertutup, sedang
pada saat TIO normal, sudutnya sempit.
• Tes Provokasi
Dilakukan pada keadaan yang meragukan.
Tes yang dilakukan :
Tes kamar gelap, tes midriasis, tes membaca, tes bersujud (prone
test)
Penatalaksanaan
• Medikamentosa inisial
• Iridektomi perifer (tindakan bedah inisial)
• Melindungi mata sebelahnya dari kemungkinan terkena serangan
akut
• Menangani sekuele jangka panjang akibat serangan serta jenis
tindakan yang dilakukan.
Medikamentosa
1. Miotikum
• Untuk mengecilkan pupil, sehingga iris lepas dari lekatannya di
trabekula dan sudutnya menjadi terbuka.
• Pilokarpin 2-4% 1 tetes tiap 30 menit-1 jam pada mata yang
mengalami serangan dan 3 x 1 tetes pada mata sebelahnya.
2. Penghambat karbonik anhidrase
• Mengurangi produksi humor akuos
• diamox, glaupax, glaukon, dsb.

3. Obat Hiperosmotik
• Glycerin 50 % 3 x 100 - 150 cc (sesuai dengan berat badan)
oral/hari.

4. Obat pengurang rasa sakit


• Suntikan morfin 10-15 mg. Morfin juga dapat mengecilkan pupil.
Operasi
• Turunkan TIO
• Bila tinggi glaukoma maligna, prolaps bulbus okuli dan
perdarahan.
 Iridektomi perifer
akut, tdk ada sinekhia posterior, profilaksis mata sehat, TIO
<21 mmHg tonografi C = 0,13 atau lebih
 Operasi filtrasi (Iridenkleisis, trepanasi, sklerotomi,
trabekulektomi)
TIO setelah medikamentosa > 21 mmHg / <21 mmHg disertai
hasil tonografi C = lebih kecil dari 0,13
Komplikasi
Apabila terapi ditunda, iris perifer dapat melekat ke anyaman
trabekular (sinekia anterior) sehingga menimbulkan oklusi sudut bilik
mata depan ireversibel yang memerlukan tindakan bedah
memperbaikinya. Sering terjadi kerusakan nervus optikus.
Glaukoma sudut tertutup subakut
• Peningkatan TIO singkat dan rekuren
• penutupan sudut membaik secara spontan, akumulasi kerusakan COA
 pembentukan sinekia anterior perifer.
• Bisa menjadi akut
• Kunci diagnosa  riwayat
• Iridotomi perifer dengan laser.
Gejala Subjektif Gejala Objektif
• Sakit kepala sebelah pada mata • Injeksi silier ringan
yang sakit (timbul pada waktu sore
hari karena pupil dilatasi sehingga • Edema kornea ringan
iris menebal dan menempel pada • TIO meningkat
trabekulum  out flow terhambat)
• Penglihatan sedikit menurun
• Melihat pelangi di sekitar lampu
(hallo)
• Mata merah
Glaukoma sudut tertutup kronik
• Glaukoma primer tertutupnya trabekulum oleh iris perifer secara
perlahan.
• Faktor predisposisi anatomi  COA sempit
• Klinisnya asimptomatis mirip glaukoma sudut terbuka primer.
• Glaukoma dpt berkembang dari subakut atau dari glaukoma sudut
tertutup primer yang tdk diobati, pengobatan tdk adekuat atau
setelah iridektomi perifer/trabekulektomi (Glaukoma residual)
Pemeriksaan fisik
• Peningkatan TIO
• Sudut coa yang sempit
• Sinekia anterior (dengan tingkatan yang bervariasi)
• Kelainan diskus optikus dan lapangan pandang
Penatalaksanaan
• medikamentosa sebelum terapi iridektomi perifer maupun setelahnya
• trabekulektomi bila TIO > 21 mmHg setelah tindakan Iridektomi
perifer dan medikamentosa.
• Tindakan bedah kombinasi trabekulektomi dan katarak bila ada
indikasi keduanya
Iris Plateau
• Jarang dijumpai
• kedalaman COA sentral normal, tetapi sudut bilik mata depannya
sangat sempit karena posisi processus ciliares terlalu anterior.
• jarang mengalami blokade pupil, tetapi dilatasi akan menyebabkan
merapatnya iris perifer, sehingga menutup sudut (pendesakan sudut),
sekalipun telah dilakukan iridektomi perifer.
• Pengidap kelainan ini mengalami glaukoma sudut tertutup akut pada
usia muda, dan sering mengalami kekambuhan setelah tindakan
iridektomi laser perifer atau iridektomi bedah.
• Diperlukan terapi miotik jangka panjang atau iridoplasti dengan laser
Daftar Pustaka
1. Dwindra M. Glaukoma. Files of DrsMed. FK-UNRI. 2009
2. Hariada LH. et al. Refarat glaukoma Sudut Tertutup. Last updated
2017. Available from https://id.scribd.com/doc/111444780/Referat-
Glaukoma-Sudut-Tertutup
3. Glaukoma sudut tertutup. Last updated 2017. Available from
https://www.scribd.com/doc/49388493/Glaukoma-Sudut-Tertutup
4. Glaukoma. Last updated 2017. Available from
http://repository.unand.ac.id.com
Katarak
Definisi
Menurut Corwin (2001), katarak adalah penurunan progresif
kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu,
dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi apabila protein-
protein lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami
koagulasi.
Katarak
Etiologi
Umumnya adalah usia lanjut (katarak senil), tetapi dapat terjadi secara
kongenital akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin, genetik, dan
gangguan perkembangan.
Dapat juga terjadi karena traumatik, terapi kortikosteroid metabolik,
dan kelainan sistemik atau metabolik, seperti diabetes mellitus,
galaktosemia, dan distrofi miotonik. Rokok dan konsumsi alkohol
meningkatkan resiko katarak.
Katarak
Jenis- jenis katarak menurut Vaughan, Dale:
1. Katarak Senilis
2. Katarak anak-anak (kongenital dan didapat)
3. Katarak Traumatik
4. Katarak Komplikata
5. Katarak akibat penyakit sistemik
6. Katarak Toksik
7. Katarak Ikutan
Tipe katarak senilis
1. Katarak Nuklear
2. Katarak Kortikal
3. Katarak Posterior Subkapsular
Katarak
Patofisiologi
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya
dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina.
Katarak
Patofisiologi
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan
tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.
Katarak
Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah :
1. Silau
2. Diplopia monokular atau polypia
3. Halo
4. Distorsi
5. Penurunan tajam penglihatan
6. Sensitivitas kontras
7. Myopic shift
Katarak
Penatalaksanaan → Pembedahan
Komplikasi → Glaukoma, uveitis
Daftar Pustaka
American Academy of Ofthalmology (AAO) Cataract and Anterior
Segment Panel, Hoskins Center for Quality Eye Care. Cataract in the
Adult eye. San Franscisco; AAO; 2010
Harper RA, et al. Vaughan & Asbury’s General Opthalmology. Edisi 18.
Philadelphia: McGraw-Hill; 2011
Patofisiologi Halo
“TONOMETRI”
DEFINISI

Pemeriksaan tekanan bola mata


yang dilakukan dengan
menggunakan tonometer
TEKNIK PEMERIKSAAN

TONOMETRI
SCHIOTZ

TONOMETRI
GOLDMANN

TONOMETRI
DIGITAL
TONOMETRI SCHIOTZ

Pengukuran tekanan bola mata dinilai


secara tidak langsung yaitu dengan teknik
melihat daya tekan alat pada kornea karena itu
dinamakan juga tonometri indentasi Schiotz.

Bila suatu beban tertentu memberikan kecekungan


pada kornea maka akan terlihat perubahan pada skala
Schiotz.
Makin rendah tekanan bola mata makin mudah bola
mata ditekan, yang pada skala akan menunjukan angka
lebih besar.
TEKNIK PEMERIKSAAN :

1. Pasien di instruksikan untuk rileks dan berbaring terlentang


2. Melakukan anestesi topikal atau dengan pantokain 0,5%
3. Kalibrasi tonometer pada plat yang tersedia lalu bersihkan tonometer tip
dengan kapas alkohol dan keringkan diudara.
4. Kelopak mata pasien dibuka dengan jari telunjuk dan ibu jari, jangan
sampai bola mata tertekan.
5. Letakkan tonometer Schiotz di atas permukaan kornea pasien tanpa
menekannya
6. Mata pasien yang tidak diperiksa diistruksikan untuk melihat ke satu titik
pada langit-langit kamar periksa
7. Baca nilai tekanan skala busur Schiotz yang berantara 0-15. Apabila
dengan beban 5.5 gram (beban standar) terbaca < 3 maka ditambahkan
beban 7.5 gram atau 10 gram.
8. Skala yang terbaca kemudian dikonversi dalam milimeter Hg
menggunakan diagram konversi yang telah tersedia
TONOMETRI GOLDMANN

Alat ini merupakan alat yang paling tepat untuk


mengukur tekanan bola mata dan tidak dipengaruhi
oleh faktor kekakuan sklera.
Alat ini mengukur tekanan bola mata dengan
memberikan tekanan yang akan mendatarkan
permukaan kornea dalam ukuran tertentu.
TEKNIK PEMERIKSAAN :

1. Instrumen yang menghadap ke kornea dibersihkan


dengan antiseptik
2. Pasien dalam posisi duduk, lalu mata melihat ke
depan
3. Setelah didapatkan posisi yang tepat (sentral), tombol
pengukuran ditekan
4. Pameriksa membaca hasil pemeriksaan pada print
out
TONOMETRI DIGITAL

Dasar pemeriksaan ini adalah dengan merasakan


reaksi lenturan bola mata (balotement).
Yang dilakukan adalah menekan atau melakukan
indentasi sklera dan merasakan daya membulat
kembali sklera pada saat jari dilepaskan tekanannya.

Tekanan yang baik dilakukan pada sklera


dengan mata tertutup dan tidak pada kornea.
Dengan cara ini pemeriksaan sangat subjektif
dan memerlukan pengalaman yang banyak.
TEKNIK PEMERIKSAAN :

1. Penderita dan pemeriksa duduk berhadapan


2. Pasien diminta untuk menutup mata dan melihat
kebawah
3. Pasien diminta untuk mendorong pipinya dengan
menggunakan lidah dari dalam
4. Lakukan palpasi dengan kedua jari telunjuk pada
palpebra superior sampai dirasakan tekanan bola
mata
5. Interpretasi hasil pemeriksaan dituliskan dengan N
(normal), N+ (meningkat), N – (menurun)
TERIMA KASIH...

You might also like