You are on page 1of 18

GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH

Pembimbing : dr. Victor Eliezer, Sp.KJ

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR BAGIAN KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
Anggota Kelompok
1. Feggi Maidandy
2. Gabriella Mariza
3. Tri Wibowo
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
 Seseorang dikatakan menderita gangguan kecemasan apabila
kecemasan ini mengganggu aktivitas.
 Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di AS terdapat
40 juta orang mengalami gangguan kecemsan pada usia 18 tahun sampai
pada usia lanjut.
 Revisi edisi keempat Diagnostic and Statistical Mnual of Mental
Disorder (DSM-IV-TR) mendefinisikan gangguan ansietas menyeluruh
sebagai ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan mengenai beberapa
peristiwa atau aktivitas hampr sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan
Revisi edisi keempat Diagnostic and Statistical Mnual of Mental
Disorder (DSM-IV-TR) mendefinisikan gangguan ansietas menyeluruh
sebagai ansietas dan kekhawatiran yang berlebihan mengenai beberapa
peristiwa atau aktivitas hampir sepanjang hari selama sedikitnya 6 bulan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gangguan cemas menyeluruh adalah suatu keadaan
ketakutan atau kecemasan yang berlebihan dan menetap
sekurang kurangnya selama 6 bulan mengenai sejumlah
kejadian atau aktivitas disertai oleh berbagai gejala somatik
yang menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial,
pekerjaan, dan fungsi - fungsi lainnya.
2.2 Epidemiologi
 Di Indonesia prevalensinya secara pasti belum diketahui,
namun diperkirakan 2% -5%
 3 % di masyarakat dan 5% seumur hidup
 lebih sering dijumpai pada wanita dengan rasio 2 : 1
2.3 Etiologi

Belum diketahui secara pasti, namun diduga dua faktor


yang berperan terjadi di dalam gangguan ini yaitu, faktor
biologik dan psikososial.
2.4 Gambaran Klinis

Gejala utama dari ganguan ansietas menyeluruh adalah


rasa cemas, ketegangan motorik, hiperaktivitas otonomik, dan
kewaspadaan kognitif
2.4 Gambaran Klinis
Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar
2. Otot tegang/kaku/pegal
3. Tidak bisa diam
4. Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas otonomik 1. Nafas pendek/terasa berat
2. Jantung berdebar-debar
3. Telapak tangan basah/dingin
4. Mulut kering
5. Kepala pusing/rasa melayang
6. Mual, mencret, perut tak enak
7. Muka panas/ badan menggigil
8. Buang air kecil lebih sering
Kewaspadaan berlebihan dan 1. Perasaan jadi peka/mudah ngilu
penangkapan berkurang 2. Mudah terkejut/kaget
3. Sulit konsentrasi pikiran
4. Sukar tidur
5. Mudah tersinggung
2.5 Diagnosis2,9
Kriteria Diagnositik DSM-IV-TR Kriteria Diagnosis PPDGJ-III
 Ansietas dan kekhawatiran berlebihan  Penderita harus menunjukkan anxietas
(perkiraan yang menakutkan), terjadi sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari selama setidaknya 6 hampir setiap hari untuk beberapa
bulan, mengenai sejumlah kejadian atau inggu sampai beberapa bulan, yang
aktivitas (seperti bekerja atau tidak terbatas atau hanya menonjol
bersekolah) pada keadaan situasi khusus tertentu
saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”)
 Orang tersebut merasa sulit Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup
mengendalikan kekhawatirannya. unsur-unsur berikut:
a. Kecemasan (khawatir akan nasib
buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit
kepala, gemetaran, tidak dapat santai)
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa
ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak napas, keluhan lambung,
pusing kepala, mulut kering, dsb)
2.5 Diagnosis2,9
Kriteria Diagnositik DSM-IV-TR Kriteria Diagnosis PPDGJ-III
 Perhatikan: hanya satu gejala  Pada anak-anak sering terlihat adanya
pada anak-anak. kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
a. Gelisah atau merasa (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik
terperangkap atau terpojok. berulang yang menonjol.
b. Mudah merasa lelah.
c. Sulit berkonsentrasi atau
pikiran menjadi kosong.
d. Mudah marah.
e. Otot tegang.
f. Gangguan tidur (sulit tertidur
atau tetap tidur, atau tidur yang
gelisah dan tidak puas)
 Ansietas, kekhawatiran, atau gejala  Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya
fisik menyebabkan distres yang sementara (untuk beberapa hari), khususnya
secara klinis bermakna atau depresi, tidak mebatalkan diagnosis utama
hendaya sosial, pekerjaan, atau area Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal
penting fungsi lainnya. tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap
dari episode depresif (F32.-), gangguan
anxietas fobik (F40.-), gangguan panik
(F41.0), atau gangguan obsesif kompulsif
(F42.-).
2.5 Diagnosis2,9
Kriteria Diagnositik DSM-IV-TR
 Fokus dari ansietas dan kekhawatiran
tidak terbatas hanya pada gambaran
gangguan axis I, mis. Ansietas atau
cemas bukan karena mengalami
serangan panik (seperti pada gangguan
panik), merasa malu berada di
keramaian (sseperti pada fobia sosial),
merasa kotor (seperti pada gangguan
obsesif kompulsif), jauh dari rumah
atau kerabat dekat (seperti pada
gangguan ansietas perpisahan),
bertambah berat badan (seperti pada
anoreksia nervosa), mengalami keluhan
fisik berganda (seperti pada gangguan
somatisasi), atau mengalami penyakit
serius (seperti pada hipokondriasis),
juga ansietas dan kekhawatiran tidak
hanya terjadi selama gangguan stress
pasca trauma.
2.5 Diagnosis2,9
Kriteria Diagnositik DSM-IV-TR Kriteria Diagnosis PPDGJ-III
 Gangguan tidak disebabkan oleh efek
fisiologis langsung dari suatu zat (mis.
Penyalahgunaan obat, obat-obatan) atau
keadaan medis umum (mis.
Hipertiroidisme) dan tidak terjadi hanya
selama gangguan mood, gangguan
psikotik, atau gangguan perkembangan
pervasif.
2.6 Diagnosis Banding2,5

 Diagnosis banding gangguan ansietas menyeluruh


mencakup semua gangguan medis yang dapat menyebabkan
ansietas.
 Pemeriksaan medis harus mencakup uji kimia darah standar,
elektrokardiogram, dan uji fungsi tiroid.
 Klinis harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein,
penyalahgunaan stimulan, putus alkohol, dan putus obat
sedatif hipnotik atau ansiolitik.
 Pemeriksaan status mental dan anamnesis harus menggali
kemungkinan diagnostik gangguan panik, fobia dan
gangguan obsesif kompulsif.
2.7 Terapi2,10

Terapi yang paling efektif untuk gangguan ansietas


menyeluruh adalah terapi yang menggabungkan pendekatan
psikoterapeutik, farmakoterapi, dan suportif.

 Farmakoterapi
Tiga obat utama yang harus dipertimbangkan untuk terapi
gangguan ansietas menyeluruh adalah buspiron,
benzodiazepin, dan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
(SSRI). Obat lain yang dapat berguna adalah obat trisiklik
(imipramin), antihistamin, dan antagonis β-adrenergik
(propanolol).
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1 Diazepam Diazepin Tab 2-5 mg 10-30 mg/h
Lovium Tab 2-5 mg
Stesolid Tab 2-5 mg
Amp 10 mg/2cc

2 Chlordiazepoxide Cetabrium Drf 5-10 mg 15-30 mg/h


Arsitran Tab 5 mg
Tensinyl Cap 5 mg
3 Lorazepam Ativan Tab 0,5 – 1 – 2 mg 2-3 x 1 mg/h
Renaquil Tab 1 mg

4 Clobazam Frisium Tab 10 mg 2 – 3 x 1mg/h


5 Alprazolam Xanax Tab 0,25-0,5 mg 0,75 – 1,50 mg/h
Alganax Tab 0,25-0,5 mg

6 Sulpiride Dogmatil Cap 50 mg 100 – 200 mg/h


7 Buspirone Buspar Tab 10 mg 15-30 mg/h
8 Hydroxyzine Iterax Caplet 25 mg 3 x 25 mg/h
2.8 Prognosis

Prognosis gangguan ini sulit diprediksi. Meskipun


demikian,Terdapatnya beberapa peristiwa hidup yang negatif
sangat meningkatkan terhadap gangguan tersebut untuk
timbul. Dimana dapat dikatakan bahwa gangguan ansietas
menyeluruh adalah suatu keadaan kronis yang mungkin akan
menetap seumur hidup
2.9 Kesimpulan

Gangguan kecemasan menyeluruh adalah


kecemasannya terjadi kronis secara terus-menerus mencakup
situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan
finansial) serta memiliki gambaran klinis yang bervariasi

Diagnosis gangguan cemas menyeluruh ditegakkan jika


penderita menunjukkan ansietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu
sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada situasi khusus tertentu saja (“mengambang”).
DAFTAR PUSTAKA

 Maria, Josetta. Cemas Normal atau Tidak Normal. Program Studi Psikologi. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
 Kaplan, H., Sadock, Benjamin. Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis Psikiatri: Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta: Bina RupaAksara. 1997.
 Sadock B.J, Sadock V.A Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC; 2010. hal 259 – 263
 Wibisono S. Simposium Anxietas Konsep Diagnosis dan Terapi Mutakhir. Jakarta; 1990
 American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders. Fourth Edition.
 Adiwena, Nuklear.Anxietas. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia. 2007.
 Eldido. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan Penanganannya. 15 Juni 2014.
 Tomb, D. A. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. 2000. Hal. 96-1105.
 Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III Jakarta:Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. 2001. Hal. 74
 Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis obat Psikotropika ed. Ketiga. Jakarta:
Bagian IlmuKedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. 2007. Hal. 36-41

You might also like