You are on page 1of 19

VISUM et REVERTUM

VeR
VeR
Oleh:
Sri Wahyuningsih Yulianti, SH.MH
Landasan Hukum VER menurut KUHAP
• KUHAP yang memberi dasar hukum bahwa pada tahap
penyidikan penyidik dapat meminta keterangan ahli.
• Pasal 1 butir 28 KUHAP : Keterangan ahli adalah keterangan
yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.
• Keterangan ahli bisa diberikan secara lisan dan tertulis. Hal
ini meliputi pula keterangan ahli yang diberikan oleh dokter
pada visum et repertum yang dibuatnya atas pemeriksaan
barang bukti, adalah sebagai berikut :
• a) Pasal 7 KUHAP mengenai tindakan yang menjadi wewenang Penyidik,
khususnya dalam hal mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam
pemeriksaan perkara.
• b) Pasal 120 KUHAP. Pada ayat (1) pasal ini disebutkan : “Dalam hal
penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau
orang yang memiliki keahlian khusus.”
• c) Pasal 133 KUHAP pada ayat (1) dinyatakan : “Dalam hal
penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya
• Pasal 133 ayat (2) KUHAP menyebutkan : “Permintaan
keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
• Pasal 179 ayat (1) KUHAP disebutkan : “Setiap orang yang
diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman
atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan
ahli demi keadilan.
• Pasal 186 KUHAP :Keterangan ahli ialah apa yang seorang
ahli nyatakan di sidang pengadilan.
PENGERTIAN VISUM et REVERTUM

Pasal 187 huruf c KUHAP : surat keterangan dari


seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang
diminta secara resmi dari padanya;
Visum et Repertum
Adalah istilah yang dikenal dalam Ilmu Kedokteran Forensik,
biasanya dikenal dengan nama “Visum” Vbahasa Latin, bentuk
tunggalnya adalah “Visa ”. Dipandang dari arti etimologi atau
tata bahasa, kata “ visum ” atau “ visa” berarti tanda melihat atau
melihat yang artinya penandatanganan dari barang bukti tentang
segala sesuatu hal yang ditemukan, disetujui, dan disahkan,
berarti apa yang dilihat dan diketemukan
, sedangkan “ Repertum ” berarti melaporkan
Menurut Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350
(Ordonantie 22 Mei 1937)
• Pengertian Visum et repertum ( visa reperta van
genesskundigen)
• adalah laporan tertulis untuk kepentingan peradilan (pro
yustisia) atas permintaan yang berwenang, yang dibuat
oleh dokter, terhadap segala sesuatu yang dilihat dan
ditemukan pada pemeriksaan barang
bukti, berdasarkan sumpah pada waktu menerima jabatan
serta berdasarkan pengetahuannya yang sebaik-baiknya.
• Menurut Abdul Mun’im Idris memberikan pengertian visum
et repertum sebagai berikut : “Suatu laporan tertulis dari
dokter yang telah disumpah tentang apa yang dilihat dan
ditemukan pada barang bukti yang diperiksanya serta
memuat pula kesimpulan dari pemeriksaan tersebut guna
kepentingan peradilan.”
Menurut Tjan Han Tjong, visum et repertum merupakan
suatu hal yang penting dalam pembuktian karena
menggantikan sepenuhnya corpus delicti (tanda bukti).
Seperti diketahui dalam suatu perkara pidana yang
menyangkut perusakan tubuh dan kesehatan serta
membinasakan nyawa manusia, maka tubuh si korban
merupakan corpus delicti (tanda bukti).

Dari pengertian visum et repertum tersebut di atas, dapat


disimpulkan bahwa visum et repertum adalah
keterangan dokter tentang apa yang dilihat dan
ditemukan dalam melakukan pemeriksaan barang bukti
guna kepentingan peradilan. Jadi dalam hal ini visum et
repertum merupakan kesaksian tertulis dalam proses
peradilan.
Pengertian Visum et Repertum
• Menurut R. Atang Ranoemihardja, pengertian yang
terkandung dalam visum et repertum ialah yang “dilihat”
dan “ditemukan”, jadi visum et repertum adalah suatu
keterangan dokter tentang apa yang dilihat dan
diketemukan dalam melakukan terhadap orang luka atau
mayat, dan merupakan kesaksian tertulis.
• Menurut R. Soeparmono, pengertian harafiah visum et
repertum berasal dari kata-kata “visual” yaitu melihat dan
“repertum” yaitu melaporkan. Sehingga visum et repertum
merupakan suatu laporan tertulis dari ahli dokter yang
dibuat berdasarkan sumpah, perihal apa yang dilihat dan
diketemukan atas bukti hidup, mayat atau fisik ataupun
barang bukti lain, kemudian dilakukan pemeriksaan
berdasarkan pengetahuan yang sebaik-baiknya
Tujuan dibuat Visum et Repertum
• Berkaitan dengan Pasal 184 ayat (1) huruf c jo
Pasal 187 huruf c  sebagai alat bukti surat
“sesuatu hal” atau “sesuatu keadaan”.
• Tujuan visum et repertum untuk memberikan
kepada hakim suatu kenyataan akan fakta-fakta
dari bukti-bukti yang ada pada korban atas
semua keadaan sebagaimana tertuang dalam
bagian pemberitaan VeR , kesimpulan atas
dasar hubungan sebab akibat, agar hakim dapat
mengambil putusan dengan tepat dengan dasar
kenyataan atau fakta-fakta tersebut, sehingga
dapat menjadi pendukung keyakinan hakim.
Jenis Visum et Repertum
• Sebagai suatu hasil pemeriksaan dokter
terhadap barang bukti yang
diperuntukkan kepentingan peradilan,
visum et repertum digolongkan menurut
obyek yang diperiksa sebagai berikut :
1. Visum et repertum untuk orang hidup
2. Visum et repertum untuk orang mati
(jenazah) bedah mayat (outopsi)
3. Visum et repertum Tempat Kejadian Perkara
(TKP).
4. Visum et repertum penggalian jenazah.
5. Visum et repertum psikiatri
6. Visum et repertum barang bukti
Visum et repertum untuk orang hidup
• Ada tiga jenis :
• 1). Visum et repertum biasa. Visum et repertum ini
diberikan kepada pihak peminta (penyidik) untuk
korban yang tidak memerlukan perawatan lebih lanjut.
• 2). Visum et repertum sementara. Visum et repertum
sementara diberikan apabila korban memerlukan
perawatan lebih lanjut karena belum dapat membuat
diagnosis dan derajat lukanya. Apabila sembuh
dibuatkan visum et repertum lanjutan.
• 3). Visum et repertum lanjutan . Dalam hal ini korban
tidak memerlukan perawatan lebih lanjut karena sudah
sembuh, pindah dirawat dokter lain, atau meninggal
dunia. .
Visum et repertum untuk orang mati (jenazah)
• Jenazah yang akan dimintakan visum et repertumnya harus
diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap
mayat tersebut diberi label yang memuat identitas mayat, dilak
dengan diberi cap jabatan, diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian
tubuh lainnya. Pada surat permintaan visum et repertum harus jelas
tertulis jenis pemeriksaan yang diminta (Pasal133 ayat 3 KUHAP).
• Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi :
1. Pemeriksaan luar jenazah yang berupa tindakan yang tidak merusak
keutuhan jaringan jenazah secara teliti dan sistematik.
2. Pemeriksaan bedah jenazah, pemeriksaan menyeluruh dengan
membuka rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. Kadang
dilakukan pemeriksaan penunjang
yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologi, toksikologi,
serologi, dan sebagainya.
• Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab, jenis luka atau kelainan,
jenis kekerasan penyebabnya, sebab dan mekanisme kematian, serta
saat kematian seperti tersebut di atas.
FORMAT SUSUNAN VER
• 1. Pada sudut kiri atas dituliskan “PRO YUSTISIA”,
artinya bahwa isi visum et repertum hanya untuk
kepentingan peradilan.
• 2. Di tengah atas dituliskan Jenis visum et repertum
serta nomor visum et repertum tersebut.
• 3. Bagian Pendahuluan, merupakan pendahuluan yang
berisikan : a. Identitas Peminta visum et repertum. b.
Identitas Surat Permintaan Visum et Repertum. c. Saat
penerimaan Surat Permintaan Visum et Repertum. d.
Identitas Dokter pembuat visum et repertum. e. Identitas
korban/barang bukti yang dimintakan visum et repertum.
f. Keterangan kejadian sebagaimana tercantum di
dalam Surat Permintaan Visum et Repertum. .
• Lanjutan FORMAT SUSUNAN VER:

• 4.Bagian Pemberitaan, merupakan hasil pemeriksaan


dokter terhadap apa yang dilihat dan ditemukan pada
barang bukti keterangan yang merupakan pengganti
barang bukti .
• 5. Bagian Kesimpulan, merupakan kesimpulan dokter
atas analisa yang dilakukan terhadap hasil
pemeriksaan barang bukti pendapat subyektif dari
dokter pemeriksa.
• 6. Bagian Penutup, merupakan pernyataan dari
dokter bahwa visum et repertum ini dibuat atas dasar
sumpah dan janji pada waktu menerima jabatan.
• 7. Di sebelah kanan bawah diberikan Nama dan
Tanda Tangan serta Cap dinas dokter pemeriksa
Prosedur, permintaan, penerimaan dan
penyerahan Visum et Repertum
• Pihak yang berhak meminta VeR:
• Penyidik, sesuai dengan Pasal I butir 1 KUHAP,
• Di wilayah sendiri, kecuali ada permintaan khusus dari
luar wilayah Pemda Tk II.
• Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang
telah lewat waktu (kadaluwarsa).
• Pada mayat harus diberi label,sesuai Pasal 133 ayat (3).
• Syarat pembuat VeR:
• Harus seorang dokter forensik/dokter ahli lainnya (dokter
gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut)
• - Di wilayah sendiri
• - Memiliki SIP
• - Kesehatan baik
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak
berwenang meminta dokter untuk membuat VeR
korban hidup, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh
dititip melalui korban atau keluarganya. Juga tidak
boleh melalui jasa pos.
3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk
rahasia jabatan Dokter.
4. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter.
5. Ada identitas korban.
6. Ada identitas pemintanya.
7. Mencantumkan tanggal permintaan.
8. Korban diantar oleh Penyidik Polri atau Jaksa.
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang
meminta dokter untuk membuat VeR jenazah, yaitu:

1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.


2. Harus sedini mungkin.
3. Tidak bisa permintaannya hanya untuk
pemeriksaan luar.
4. Ada keterangan terjadinya kejahatan.
5. Memberikan label dan segel pada salah
satu ibu jari kaki.
6. Ada identitas pemintanya.
7. Mencantumkan tanggal permintaan.
8. Korban diantar oleh Penyidik Polri.
Hal-hal yang harus dilakukan saat menerima
permintaan VeR :
• Harus mencatat hari,tanggal dan jam penerimaan
surat permintaan.
• Harus mencatat nama petugas yang mengantar
korban.
• Batas waktu bagi dokter untuk menyerahkan hasil
VeR kepada penyidik selama 20 hari. Bila belum
selesai, batas waktunya menjadi 40 hari dan atas
persetujuan penuntut umum.
• Lampiran visum :
• Fotografi forensic
• Identitas, kelainan-kelainan pada gambar tersebut
• Penjelasan istilah kedokteran
• Hasil pemeriksaan lab forensik (toksikologi, patologi,
sitologi, mikrobiologi dll)
Perbedaan Visum et Repertum dengan catatan
medis lainnya (rekam medis/ medical report)
• Catatan medis adalah catatan tentang
seluruh hasil pemeriksaan medis beserta
tindakan pengobatan atau perawatan yang
dilakukan oleh dokter. Catatan medis
disimpan oleh dokter atau institusi (RS) dan
bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kecuali
dengan izin dari pasien atau atas
kesepakatan sebelumnya misalnya untuk
keperluan asuransi. Catatan medis ini
berkaitan dengan rahasia kedokteran
dengan sanksi hukum seperti yang terdapat
dalam Pasal 322 KUHP.
• Sedangkan Visum et Repertum dibuat berdasarkan Undang-
Undang yaitu Pasal 120,133,179,187 huruf c KUHAP , dan
dokter pembuat dilindungi dari ancaman membuka rahasia
jabatan meskipun VeR dibuat dan dibuka tanpa izin pasien,
asalkan ada permintaan dari penyidik dan digunakan untuk
kepentingan peradilan.
• Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik,
dapat dikenakan sanki pidana menurut Pasal 216 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau
permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh
pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat
berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk
mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula
barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi
atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua
minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

You might also like