You are on page 1of 98

Anatomi

Penjelasan
Pemahaman mengenai anatomi telinga dengan baik terlebih dahulu, akan sangat
membantu memahami masalah gangguan pendengaran. Telinga memiliki tiga
bagian: telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

Telinga Luar
Daun telinga – mengumpulkan dan menyalurkan bunyi ke liang telinga
Liang telinga (saluran telinga luar) – mengarahkan bunyi ke telinga

Telinga Tengah
Gendang telinga (membran timpani) – mengubah bunyi menjadi getaran
Tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus dan stapes) – rangkaian ketiga tulang
kecil ini (osikula) menghantar getaran ke telinga dalam

Telinga Dalam
• Telinga dalam (koklea/rumah siput) – berisi cairan dan sel "rambut" yang sangat
peka. Struktur yang berupa rambut halus ini bergetar ketika dirangsang
oleh getaran bunyi
• Sistem vestibular – berisi sel yang mengendalikan keseimbangan
• Saraf auditori – menghubungkan koklea/rumah siput ke otak
Histologi Telinga
Telinga
Pendahuluan
• Telinga
– Organ
pendengaran dan
keseimbangan
– Anatomis
• Telinga luar
• Telinga tengah
• Telinga dalam
– Histologis
• Struktur yang
rumit dan halus
• mengandung
bagian tulang
dan membran
– Terletak di Pars
Petrosus Tulang
Timpani
Pendahuluan
Telinga
• Gelombang suara yang
diterima oleh telinga
luar
– di ubah menjadi
getaran mekanis oleh
membran timpani
– Getaran ini kemudian
di perkuat oleh
tulang-tulang padat di
ruang telinga tengah
(tympanic cavity) →
diteruskan ke telinga
dalam
– Diterima oleh koklea
– Rangsang sensorik
diteruskan ke otak
oleh saraf akustik
(N.VIII)
Telinga Luar
• Terdiri atas
– Daun telinga
(auricula)
– Liang telinga
luar (meatus
akustikus
eksternus)
– Gendang
telinga
(membran
timpani)
Daun Telinga
(Aurikula/Pinna)
• Struktur
– permukaan luar
ditutupi kulit tipis
– subkutis
mengandung
sedikit otot lurik
• Rudimenter pada
manusia
– tulang rawan
elastis
• fungsi
– menangkap
gelombang suara
Liang Telinga Luar
• Saluran penghubung
– daun telinga -
gendang telinga
• Struktur
– kulit tipis
• folikel rambut,
kelenjar sebasea,
kelenjar serumen
– tulang rawan elastis
• serumen
– sekret: lilin, coklat,
pahit
– fungsi: pelindung
Membran Timpani
• Pembatas liang
telinga luar - ruang
timpani (telinga
tengah)
• struktur
– epidermis tipis (luar)
– epitel selapis gepeng
atau kuboid (dalam)
– serat kolagen
• fungsi
– menerima
gelombang suara
dan merubahnya
menjadi energi
mekanik
• Diteruskan ke
tulang
pendengaran pada
telinga tengah
Telinga Tengah
• Karakteristik
– Ruang berisi
udara
• struktur
histologik
– epitel gepeng/kuboid
– lamina propria tipis
menyatu dengan
periosteum
Telinga Tengah
• 3 jenis tulang
kompak (ossicles)
– Malleus
• melekat pada
membran timpani
• digantung ke atap
– Incus
• berhubungan
dengan maleus
• digantung ke atap
– Stapedius
• melekat pada
tingkap oval
(fenestra ovale)
Telinga Tengah
• 2 jenis otot
– m. tensor timpani
(insersi di gagang
maleus)
– m. stapedius (insersi
di leher stapedius)
– redam suara
frekuensi tinggi
• tingkap oval (fenestra/
foramen ovale)
– membran tipis
– berhubungan dgn
stapedius
Telinga Tengah
– Rongga timpani -
ruang perilimf (skala
vestibuli)
– meneruskan getaran
mekanik ke cairan
perilimf
• tingkap bundar
(fenestra rotundum)
– membran elastis
– ruang perilimf-
rongga timpani
(skala timpani)
– jaga keseimbangan
tekanan
Telinga Tengah
• Tuba auditiva Eustachius
– rongga timpani-
nasofaring
– epitelnya variasi
• bertingkat-selapis
silindris bersilia bersel
goblet
– tulang rawan elastis
– membuka pada waktu
menelan, bersin,
– menyeimbangkan
tekanan udara di
kedua sisi membran
timpani
Telinga Dalam
• Di pars petrosum tulang
temporal
• terdiri atas
– labirin tulang
(oseosa)
• cairan perilimf
– labirin
membranasea
• cairan endolimf
Telinga dalam
LABIRIN TULANG
• Terdiri atas
– vestibulum
– kanalis
semisirkularis
tulang
– koklea
• berisi cairan
perilimf
• di dalamnya
terdapat labirin
membranasea
Telinga dalam
VESTIBULUM
• Bagian tengah labirin
tulang
• muara ke 3 kanalis
semisirkularis tulang
• berhubungan dengan
– tingkap oval (fenestra
ovale) dan tingkap
bundar (fenestra
rotundum)
– koklea tulang
Telinga dalam
Kanalis Semisirkularis Tulang
• 3 buah
– anterior
– posterior
– lateral
• pelebaran
(ampula)
• muara ke
vestibulum
• krus kommune
(bag tak berampula
posterior-anterior)
Telinga Dalam
KOKLEA TULANG
• Tabung berpilin
(rumah siput)
• kerucut, dua tiga
perempat putaran
• modiolus (sumbu)
• lamina spiralis
– tonjolan tulang
dari modiolus
– pembuluh darah,
ganglion spiralis
Telinga Dalam
Labirin Membranasea
• Terletak di dalam
labirin tulang
• di gantung jaringan
ikat ke labirin tulang
• berisi cairan endolimf
• susunan
– kanalis semisirkularis
membranasea
– Utrikulus dan sakulus
– duktus endolimfatikus
Telinga Dalam
Labirin Membranasea
• Susunan
– sakus
endolimfatikus
– duktus reuniens
– duktus koklearis
• badan akhir saraf
sensorik
– organ corti (koklea)
– krista ampularis
(kanalis
semisirkularis)
– makula utrikuli &
sakuli (utrikulus &
sakulus)
Ekskresi Cairan Endolimf
• Ductus Endolymphaticus
dan Saccus
endolymphaticus
– Bagian pangkal
• Epitel selapis
gepeng
– Dekat dan pada
saccus
lymphaticus
• Epitel selapis
silindris dengan
mikrovili
– Absorpsi
cairan
endolimf
Ekskresi Cairan Endolimf
•dan Perilimf
Cairan
Perilymph
– Jaringan
perilimfatik
– LCS
• Ductus
Perilymphaticus
– Ruang perilimf
dengan ruang
subarachnoid
ORGAN VESTIBULAR
(KESEIMBANGAN)
VESTIBULUM
• Utrikulus
• Sakulus
• Kanalis
semisirkularis
--- ampula
Utrikulus dan sakulus

• Menerima endolimf
dari duktus koklearis
• Struktur histologik
– jaringan ikat (luar)
– epitel selapis gepeng-
kuboid (dalam)
– Makula
• Respon :
- Static equilibrium
- Linear acceleration
Makula

• sakulus : di dinding
(percepatan vertikal)
• utrikulus: di dasar
(percepatan
horizontal)
• sel rambut tipe 1 dan
2
• sel penyokong
(sustentakular)
• membran otolit
Makula
• Struktur
histologik
– Sel rambut
• kerucut (tipe
1) atau silindris
(tipe 2) dengan
inti bulat
• apikal terdapat
stereosilia dan
kinosilia
• basal terdapat
serat saraf
aferen/eferen
Makula
• Struktur
histologik
– Sel
sustentakular
• silindris tinggi
• melekat di
lamina basal
• di apikal
terdapat
granula
sekretorius
dan mikrovili
Makula
• Membran otolitik
– lapisan gelatin
– 22 mikrometer
– mengandung
badan-badan kristal
kecil
(otokonia/otolit)
• kalsium karbonat
• protein
– melingkupi
• mikrovili sel
sustentakular
• stereosilia dan
kinosilia sel rambut
Kanalis Semisirkularis
Membranasea
• Pelebaran (ampula)
• Krista ampularis
– Organ sensorik
keseimbangan - -- angular
acceleration /
angular rotation
-Dynamic equilibrium
– sel rambut dan sel
sustentakular serupa
dengan makula
– kupula serupa dengan
membran otolit tanpa
otokonia
– Rotasi kepala yang cepat
..... endolimf bergerak----
rangsang sel rambut ----
seraf saraf
Krista ampularis
ORGAN PENDENGARAN
Koklea
• Koklea tulang
berjalan spiral
dengan dua-tiga
perempat putaran
• modiolus
• lamina spiralis
• membran basilaris
• ligamentum spiralis
• membran
vestibularis
(Reissner)
Koklea
• Ruang-ruang di
dalam koklea
– skala vestibularis
(perilimf)
– skala
media/duktus
koklearis
(endolimf)
– skala timpani
(perilimf)
• skala vestibularis ---
foramen ovale
• skala timpani -----
foramen rotundum
• helikotrema
Koklea
• duktus
koklearis (skala
media)
berakhir buntu
di sekum
kupulare dekat
helikotrema.
• Ganglion
spiralis
• limbus spiralis
Duktus koklearis (skala
media)
• Epitel
bervariasi
• stria vaskularis
– pembuluh
darah
– sekresi
endolimf
• organ Corti
(reseptor
pendengaran)
Organ Corti
• Terdiri atas sel rambut
dan sel penyokong
• sel-selnya
– sel tiang dalam dan
luar
• terowongan
dalam (Corti)
– sel falangs luar &
dalam
• Terowongan
Nuel
– sel rambut luar &
dalam
– sel batas
– sel Hansen
– sel Claudius
– sel Boetcher
Organ Corti
• Membran tektorial
– pita gelatinosa
– menyandar ke
stereosilia sel
rambut
• ganglion spiralis
– bipolar
– akson bermielin
bersatu
membentuk N.
Akustikus
– dendrit menuju
ke organ Corti
NO 3 a. Fisiologi Pendengaran ?
(Dian Triyeni Asi)
TELINGA
Sumber :

1. dr. Donna Novina Kahanjak. Bahan Ajar Kuliah, Modul Indra tahun 2015-2016. 19 februari
2016. Fakultas Kedokteran UPR.

2. Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia. Ed.6. Jakarta. EGC:2011.


3b. Fisiologi Keseimbangan
Mira Aprilia
Sumber : Soepardi, EA. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Ed 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2012.
Fisiologi Keseimbangan
 Keseimbangan adalah suatu keadaan yang menunjukkan
konsentrasi cairan dalam tubuh atau posisi tubuh dalam
suatu ruangan.
 Keseimbangan dalam tubuh kita di atur oleh sel-sel rambut
didalam cairan pada daerah vestibular dan kanalis
semisirkularis telinga dalam.
 Aparatus vestibular merupakan organ yang mendeteksi
sensasi keseimbangan.
 Alat ini terdiri atas suatu sistem tabung tulang dan ruangan-
ruangan yang terletak dalam bagian petrosus dari tulang
temporal yang disebut labirin tulang dan dalam labirin
tulang ada sistem membran dan ruangan yang disebut
labirin membranosa.
Fisiologi Keseimbangan
 Aparatus vestibularis ini memberikan informasi yang penting untuk sensasi
keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan-gerakan kepala dengan
gerakan-gerakan mata dan postur tubuh.
 Aparatus vestibular terdiri dari dua set struktur yang terletak didalam
tulang temporalis di dekat koklea yaitu kanalis semisirkularis dan organ
otolit ( utrikulus dan sakulus).
 Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala.
Semua aparatus vestibularis mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh
perilimfe.
 Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi angular atau
rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar,
berjungkir balik atau memutar kepala.
 Tiap-tiap telinga memiliki tiga kanalis smisirkularis, sel-sel rambut disetiap
kanalis semisirkularis terletak di atas suatu bubungan yang terletak
diampula.
• Kanalis semisirkularis, sakulus dan utrikulus
• Kanalis semisirkularis berperan pada gerakan
kepala berputar  gerakan endolimfe dalam
kanalis semisirkularis yang merangsang sel-sel
rambut
• Cupula bergerak jika ada gerakan dari endolimfe
• Awal rotasi :
– Endolimfe tidak ikut berputar, karena sifat
kelembaman massa (benda yang diam akan tetap
diam, dan benda yang bergerak akan bergerak ke arah
yang sama, kecuali benda tersebut mendapat gaya dari
luar yang menyebabkan perubahan)
– Endolimfe ikut berputar, mendorong krista ampularis
– Arus endolimfe berlawanan dengan arah rotasi
• Saat rotasi:
– Arah endolimf dan rotasi searah
• Ketika rotasi dihentikan :
– Endolimf masih berputar
– Cupula melentur ke arah berlawanan → sel-sel rambut
menghentikan impuls
4.Gangguan Keseimbangan
• Sistem Keseimbangan manusia bergantung kepada
telinga dalam, mata, otot dan sendi untuk
menyampaikan informasi tentang pergerakan dan
orientasi tubuh di dalam ruang. Jika telinga dalam atau
elemen sistem keseimbangan lainnya rusak, dapat
menyebabkan vertigo, pusing, ketidakseimbangan dan
gejala lainnya.
• Gangguan keseimbangan adalah gangguan yang
menyebabkan seseorang merasa goyah, pusing,
pening, atau memiliki sensasi gerakan, berputar atau
mengambang. Efek berputar dikenal sebagai vertigo.
No 5
Tuli Mendadak
Definisi
Beberapa definisi tuli mendadak :
• Tuli sennsorineural yang timbul tiba-tiba tanpa
penyebab jelas
• Tuli sensorineural ≥ 30 dB , minimal 3
frekuensi berturut-turut pada audiometric,
dan berlangsung < 3 hari.
Etiologi

• virus dan menular


• Autoimun
• labirin membran pecah/traumatis
• pembuluh darah
• Neurologis
• neoplastik
Patogenesis
• Infeksi virus
• Penyebab vaskuler
• Ruptur membran labirin
• Penyakit autoimun pada telinga dalam
Tatalaksana
Total bed rest istirahat baik fisik dan mental selama 2
minggu untuk menghilangkan atau mengurangi stress
yang besar pengaruhnya pada keadaan kegagalan
neovaskular.

Vasodilator yang cukup kuat misalnya komplamin injeksi


• 3xd1200 mg (4 ampul) selama 3 hari
• 3×900 mg (3 ampul) selama 3 hari
• 3×600 mg (2 ampul) selama 3 hari
• 3×300 mg (1 ampul) selama 3 hari
Tatalaksana
Disertai dengan pemberian tablet peroral
komplamin 3×2 tablet peroral/hari
• Prednison 4×10 mg (2 tablet),tappering off tiap 3
hari (hati –hati pada penderita DM)
• Vitamin C 500 mg 1×1 tablet/hari
• Neurobion 3×1 tablet /hari
• Diit rendah garam dan rendah kolesterol
• Inhalasi oksigen 4×15 menit (2 liter/menit), obat
antivirus sesuai dengan virus penyebab
• Hiperbarik oksigen terapi (HB)
Sumber : Jurnal Tuli Mendadak BAgian Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas RS RD M
Djamil Padang 2011 diakses dari :
https://medicineline.wordpress.com/2011/11
/04/tuli-mendadak/ pada tanggal 22 Februari
2016
Tuli Konduktif
Tuli Konduktif atau Conductive Hearing Loss (CHL)
adalah jenis ketulian yang tidak dapat mendengar suara
berfrekuensi rendah. Misalnya tidak dapat mendengar
huruf U dari kata susu sehingga penderita mendengarnya
ss. Biasanya gangguan ini “reversible” karena
kelainannya terdapat di telinga luar dan telinga
tengah(Purnawan Junadi,dkk. 1997, hal. 238).
Tuli kondusif adalah kerusakan pada bagian telinga luar
dan tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang
akan masuk ke dalam telinga.
Etiologi
No. Penyebab Patofisiologi

1. Sumbatan Serumen Sekresi dari kelenjar serumen dan


sebasea bercampur sehingga
Menyumbat Liang telinga.
2. Benda Asing Biasanya dimasukan sendiri

3. Malformasi Daun Telinga Bunyi tidak mencapai membran timpani


pada daun telinga yang atresia atau
agenesis
4. Infeksi/Neoplasma Oklusi telinga luar oleh sisa
debris/eksudat
5. Eksostosis Jinak, Halus, Penonjolan datar didalam
saluran tulang, sering disebabkan oleh
kebiasaan berenang
Tanda dan Gejala
• 1.riwayat keluarnya carian dari telinga atau riwayat infeksi telinga
sebelumnya.
• 2.Perasaan seperti ada cairan dalam telinga dan seolah-olah bergerak
dengan perubahan posisi kepala.
• 3.Dapat disertai tinitus (biasanya suara nada rendah atau mendengung).
• 4.Bila kedua telinga terkena, biasanya penderita berbicara dengan suara
lembut (soft voice) khususnya pada penderita otosklerosis.
• 5.Kadang-kadang penderita mendengar lebih jelas pada suasana ramai
• 6.pada pemeriksaan fisik atau otoskopi : dijumpai ada sekret dalam kanal
telinga luar, perforasi gendang telinga, ataupun keluarnya cairan dari
telinga tengah. Kanal telinga luar atau selaput gendang telinga tampak
norma pada otosklerosis.
• 7.Pada otosklerosis terdapat gangguan pada rantai tulang pendengaran.
• 8.Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik, dijumpai penderita tidak
dapat mendengar suara bisik pada jarak lima meter dan sukar mendengar
kata-kata yang mengandung nada rendah. Melalui tes garpu tala dijumpai
Rinne negatif.
MANIFESTASI KLINIS
a.rasa penuh pada telinga
b.pembengkakan pada telinga bagian tengah
dan luar
c.rasa gatal
d.trauma
e.tinnitus
PATOFISIOLOGI

• Saat terjadi trauma akan menimbulkan suatu


peradangan bias saja menimbulkan luka, nyeri
kemudian terjadi penumpukan serumen atau
otorrhea. Penumpukan serumen yang terjadi
dapat mengakibatkan transmisi bunyi atau
suara yang terganggu sehingga penderita tidak
dapat mempersepsikan bunyi atau suara yang
di dengarnya.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Audiometri
• X-ray
PENATALAKSANAAN
1. Liang telinga di bersihkan secara teratur.
2. dapat diberikan larutan asam asetat(H2O2)
2-5 % dalam alcohol yang di teteskan ke liang
teling / salep anti jamur.
3. Tes suara bisikan,
4. Tes garputala.
Tuli Sensorineural
Berkurangnya pendengaran atau gangguan
pendengaran yang terjadi akibat kerusakan pada
telinga bagian dalam, saraf yang berjalan dari
telinga ke otak (saraf pendengaran), atau otak.

Kelainan Tuli sensorineural :


• Tuli sensorineural koklea
• Tuli sensorineural retrokoklea.
Tuli Sensorineural
Etiologi
Tuli sensorineural koklea: Tuli sensorineural retrokoklea:
• Aplasia (congenital) • Neuroma akustik
• Labirinitis (oleh • Penyakit Meniere
bakteri/virus)
• Prebikusis • Tumor sudut pons
• Intoksikasi obat serebelum
• Tuli mendadak (sudden • Mieloma multipel
deafness), • Cedera otak
• Trauma akustik • Perdarahan otak, dan
• Pajanan bising. sebagainya
Tuli Sensorineural
Patogenesis

Etiologi → kelainan pada koklea (telinga


dalam)/nervus VIII/ pusat pendengaran →
Gangguan pendengaran → Tuli Sensorineural
Tuli Sensorineural
Manifestasi Klinis

 timbul secara bertahap → penuaan atau tumor


 timbul tiba-tiba → trauma atau gangguan sirkulasi darah
 sangat ringan→ mengakibatkan kesulitan kecil dalam berkomunikasi
 berat → ketulian
 tinitus (telinga berdenging) atau vertigo (berputar sensasi) → saraf di
telinga atau otak.
 unilateral → penyebab konduktif, trauma, dan neuromas akustik
 Bilateral
 Nyeri di telinga → infeksi telinga, trauma, dan obstruksi pada kanal.
Infeksi telinga juga dapat menyebabkan demam.
Tuli Campuran
• Merupakan kombinasi • Tuli campuran dapat
dari gangguan merupakan satu penyakit,
pendengaran jenis misalnya radang telinga
konduktif dan gangguan tengah dengan komplikasi
pendengaran jenis ke telinga dalam atau
sensorineural. merupakan dua penyakit
yang berlainan,
misalnyatumor nervus VIII
(tuli saraf) dengan radang
telinga tengah (tuli
konduktif).
Tuli Sensorineural
Pemeriksaan

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
Tuli Sensorineural
Pemeriksaan :
Anamnesis

Anamnesis menunjukkan gejala penurunan


pendengaran, baik yang terjadi secara mendadak
maupun yang terjadi secara progresif.Gejala klinis
sesuai dengan etiologi masing-masing penyakit.
Tuli Sensorineural
Pemeriksaan Fisik :

Tes Penala → Tes kualitatif dengan menggunakan garpu tala 512


Hz. Terdapat beberapa macam tes penala, seperti
tes Rinne, tes Weber dan tes Schwabach.

• Tes Rinne → membandingkan hantaran melalui udara dengan


hantaran melalui tulang pada satu telinga penderita.

• Tes Weber → Membandingkan hantaran tulang antara kedua


telinga penderita.

• Tes Schwabach → Membandingkan hantaran tulang penderita


denganpemeriksa yang pendengarannya normal.
Tes Penala Normal Tuli Konduktif Tuli
sensorineural
Tes Rinne (+) hantaran (-) hantaran (+) hantaran
udara masih udara tidak udara masih
terdengar terdengar terdengar

Tes Weber Tidak ada Lateralisasi ke Lateralisasi ke


lateralisasi telinga yang telinga yang
sakit sehat

Tes Schwabach Sama dengan memanjang Memendek


pemeriksa
Tuli Sensorineural
Pemeriksaan Penunjang :

Audiometri khusus
• Tes SISI (short increment sensitivity Audiometri objektif
index)
• Audiometri Impedans
• Tes ABLB (alternate binaural loudness
• Elektrokokleografi
balans test)
• Evoked Response Audiometry
• Tes Kelelahan (Tone decay)
• Otoacoustic Emission/OAE
• Audiometri Tutur (Speech audiometri)
• Audiometri Bekesy
Pemeriksaan tuli anorganik
• Cara Stenger
Audiologi anak
• Dengan Impedans.
• Free field test
• Dengan BERA.
• BERA (Brainstem Evoke Response
Audiometry).
• Echocheck dan emisi Otoakustik
(Otoacoustic emissions/OAE).
Tuli Sensorineural
Penatalaksanaan

• Alat bantu dengar (amplifikasi) khusus


• Implantasi bedah perangkat elektronik di belakang telinga
yang disebut implan koklea yang secara langsung
merangsang saraf pendengaran.
• Tuli sensorineural yang disebabkan oleh penyakit metabolik
tertentu (diabetes, hipotiroidisme, hiperlipidemia, dan gagal
ginjal) atau gangguan autoimun (poliartritis dan lupus
eritematosus) dapat diberikan pengobatan medis sesuai
penyakit yang mendasarinya
Tuli Sensorineural
Prognosis

Pasien dengan gangguan pendengaran sensorineural


yang berat mungkin dapat mendengar suara setelah
melakukan implantasi koklea. Jika tinitus disebabkan
oleh tumor akustik, otosklerosis, atau kondisi tekanan
telinga meningkat dalam hidrolik (sindrom Meniere),
operasi untuk mengangkat lesi atau menyamakan
tekanan dapat dilakukan. Tinitus berkurang atau
sembuh sekitar 50% dari kasus yang berat setelah
menjalani operasi.
• Sumber :
Erwin Sahat H. Siregar. Tuli Sensorineural.Fk Usu
/ Rsup Ham.Medan.2011
Interpretasi Data
Hubungan DM pada pemicu (ketulian)
• Sangat mungkin terdapat hubungan antara fungsi organ pendengaran
dengan DM, karena penyakit ini mempengaruhi organ-organ yang kaya
akan pembuluh darah misalnya koklea dan/atau saraf pusat termasuk otak
yang berperan dalam jaras pendengaran. Penurunan pendengaran pada
penderita DM biasanya bilateral, berlangsung bertahap, bersifat
sensorineural terutama pada frekuensi tinggi.
• Teori mekanisme terjadinya gangguan pendengaran pada penderita
DM adalah karena mikroangiopati. Perubahan-perubahan tersebut terjadi
menyeluruh pada kapiler-kapiler pembuluh darah dengan manifestasi klinik
terutama pada ginjal, jantung, otak, retina dan saraf perifer. Mikroangiopati
juga dialami pembuluh darah di telinga dalam. Mikroangiopati pada labirin
terutama mengenai stria vaskularis, arteri auditiva interna. Penurunan
pendengaran yang terjadi pada penderita DM tipe 2 adalah pada frekuensi
tinggi kiranya dapat dijelaskan sebagai berikut:
• 1. Sel-sel rambut luar mengandung glikogen lebih banyak dari pada sel-sel
rambut dalam, dan jumlahnya di bagian basal lebih sedikit dibandingkan di
bagian apek.
• 2. Sel-sel rambut di daerah basal lebih panjang sehingga untuk dapat
meneruskan rangsangan ke serabut-serabut saraf memerlukan energi lebih
besar.
• 3. Potensial endolimfatik pada bagian basal lebih tinggi sehingga
memerlukan energi lebih banyak.
• 4. Skala timpani pada bagian basal lebih besar sehingga kebutuhan akan
sumber energi eksternal (glukosa) dan oksigen lebih besar.
Hubungan Hipertensi dengan gangguan
keseimbangan
Hipertensi kronis

Jumlah curah jantung ke otak meningkat

Dinding arteriol dan kapiler otak menebal serta tetap Berlangsung


terkonstriksi sepanjang waktu bertahun tahun

Penurunan aliran darah ke otak

Hipoglikemi dan hipoksia menahun menurunkan fungsi neuron otak

Gangguan pusat keseimbangan

Gangguan keseimbangan
• Patofisiologi
• B.1. Tinnitus Subyektif
• Penyakit atau gangguan pada telinga merupakan sebab yang paling banyak sebagai etiologi tinnitus
subyektif, yang kemudian disebut sebagai otologic disorder atau gangguan otologik. Sebagian besar
tinnitus sebyektif disebabkan oleh hilangnya kemampuan pendengaran (hearing loss), baik
sensorineural ataupun konduktif. Gangguan pendengaran yang paling sering menyebabkan tinnitus
subyektif adalah NIHL (noise induced hearing loss) karena adanya sumber suara eksternal yang
terlalu kuat impedansiny(Crummer & Hassan, 2004).
• Sumber suara yang terlalu keras dapat menyebabkan tinnitus subyektif dikarenakan oleh impedansi
yang terlalu kuat. Suara dengan impedansi diatas 85 dB akan membuat stereosilia pada organon
corti terdefleksi secara lebih kuat atau sudutnya menjadi lebih tajam, hal ini akan direspon oleh
pusat pendengaran dengan suara berdenging, jika sumber suara tersebut berhenti maka stereosilia
akan mengalami pemulihan ke posisi semula dalam beberapa menit atau beberapa jam. Namun jika
impedansi terlalu tinggi atau suara yang didengar berulang-ulang (continous exposure) maka akan
mengakibatkan kerusakan sel rambut dan stereosilia, yang kemudian akan mengakibatkan ketulian
(hearing loss) ataupun tinnitus kronis dikarenakan oleh adanya hiperpolaritas dan hiperaktivitas sel
rambut yang berakibat adanya impuls terus-menerus kepa ganglion saraf pendengaran (Folmer et.
al., 2004).
• Meniere’s syndrome dengan adanya keadaan hidrops pada labirintus membranaseous dikaranakan
cairan endolimphe yang berlebih, tinnitus yang terjadi pada penyakit ini ditandai dengan adanya
episode tinnitus berdenging dan tinnitus suara bergemuruh (Crummer & Hassan, 2004).
• Neoplasma berupa acoustic neuroma juga dapat menyebabkan terjadinya tinnitus subyektif.
Neoplasma ini berasal dari sel schwann yang tumbuh dan menyelimuti percabangan NC VIII (Nervus
Oktavus) yaitu n. vestibularis sehingga terjadi kerusakan sel-sel saraf bahkan demyelinasi pada saraf
tersebut Crummer & Hassan, 2004).
• Tinnitus yang diakibatkan oleh obat-obatan digolongkan dalam tinnitus ototoksik. Ototoksisitas
yang terjadi akibat dari penggunaan obat-obatan tertentu sebagaimana telah dibahas sebelumnya
akan mempengaruhi sel-sel rambut pada organon corti, NC VIII, ataupun saraf-saraf penghubung
antara cochlea dengan system nervosa central (Crummer & Hassan, 2004).
• Gangguan neurologis ataupun trauma leher dan kepala juga dapat menyebabkan adanya tinnitus
subyektif, namun demikian patofisiologi ataupun mekanisme terjadinya tinnitus karena hal ini belum
jelas (Crummer & Hassan, 2004).
• Penelitian-penelitian yang dilakukan didapatkan karakteristik penderita tinnitus obyektif yang memiliki
gangguan metabolisme antara lain menderita hypothyroidism, hyperthyroidism, anemia, avitaminosa B12,
atau defisiensi Zinc (Zn). Disamping itu penderita tinnitus rata-rata menunjukkan perubahan sikap dan
gangguan psikologis walaupun sebetulnya depresi merupakan salah satu etiologi dari tinnitus subyektif
(psikogenik). Gangguan tidur, deperesi, dan gangguan konsentrasi lebih banyak ditemukan pada penderita
tinnitus subyektif dibandingkan dengan yang tidak mengalami gangguan psikologis (Crummer &
Hassan, 2004).
• B.2. Tinnitus Obyektif
• Tinnitus obyektif banyak disebabkan oleh adanya abonormalitas vascular yang mengenai fistula
arteriovenosa congenital, shunt arteriovenosa, glomus jugularis, aliran darah yang terlalu cepat pada
arteri carotis (high-riding carotid) stapedial artery persisten, kompresi saraf-saraf pendengaran oleh arteri,
ataupun dikarenakan oleh adanya kelainan mekanis seperti adanya palatal myoclonus, gangguan temporo
mandibular joint, kekauan muscullus stapedius pada telinga tengah (Folmer et. al., 2004).
• Kelainan pada tuba auditiva (patulous Eustachian tube) akan menyebabkan terdengarnya suara
bergemuruh terutama pada saat bernafas karena kelainan muara tuba pada nasofaring. Biasanya
penderita tinnitus dengan keadaan ini akan menderita penurunan berat badan, dan mendengar suaranya
sendiri saat berbicara atau autophony. Tinnitus dapat hilang jika dilakukan valsava maneuver atau saat
penderita tidur terlentang dengan kepala dalam keadaan bebas atau tergantung melebihi tempat
tidurnya (Crummer & Hassan, 2004).
• B.2.a. Pulsatile Tinnitus
• Tinnitus pulsatil banyak diderita oleh pasien dengan turbulensi aliran arteri ataupun aliran darah yang
cepat pada pembuluh darah. Penyakit jantung yang berhubungan dengan arteriosklerosis dan
penuaan meningkatkan prevalensii tinnitus pulsatil, adanya stenosis arteri juga banyak ditemukan pada
penderita dengan tinnitus jenis ini. Stenosis artery intracranial dapat menyebabkan turbulensi aliran darah
pada bagian stenosis dan bagian distal dari stenosis (Gambar 12). Sementara itu stenosis arteri carotis
merupakan tempat yang umum ditemukan, padahal arteri carotis tempatnya berdekatan dengan bagian
proximal cochlea. Sehingga melalui tulang getarab turbulensi aliran darah mempengaruhi cochlea dan
menyebabkan tinnitus obyektif. Pasien dengan thyrotoksikosis dan atrial fibrilasi juga dapat menderita
tinnitus pulsatill (Lockwood et.al., 2002).
Obat ototoksik
1. Aminoglikosida
2. Eritromisin
3. Loop Diuretics
4. Obat Anti Inflamasi (NSAID)
5. Obat Anti Malaria(klorokuin/
hidroksiklorokuin)
6. Obat Anti Tumor (Cisplatin)
7. Anti Fungal (Obat Tetes Telinga)
Kata Sulit

• Otoskopi
• Tes Rinne
• Tes Webber
Otoskopi

Otoskopi adalah pemeriksaan telinga dengan menggunakan otoskop,


terutama untuk melihat membran timpani.
Pada otoskopi didapatkan gambaran membran timpani sebagai
berikut:
• Membran timpani hiperemi
• Posisi membran timpani berubah menjadi retraksi (tertarik ke
medial) dengan tandaseperti brevis lebih menonjol, tampak lebih
cekung, manubrium malei tampak lebihhorizontal dan pendek, plika
anterior tidak tampak lagi dan refleks cahaya hilang atau berubah.
• Kadang tampak adanya air fluid level (gambaran cairan yang
berbatas tegas denganudara di kavum timpani) dan (air bubles)
gelembung udara bercampur dengan cairandi dalam kavumtimpani.
Tes Rinne
Tes Rinne : untuk membandingkan hantaran melalui udara
dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa
Cara pemeriksaan
• Penala di getarkan
• Tungkai diletakan di processus mastoideus
• Setelah tidak terdengar oleh pasien penala diletakkan di
depan telinga kira2 2,5 cm

Interprestasi
(+) Bila masih terdengar
(-) Bila tidak terdengar
Tes Weber
TES WEBER Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua
telinga penderita
Cara Pemeriksaan : Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan, kemudian
tangkainya diletakkan tegak lurus di garis median, biasanya di dahi
(dapat pula pada vertex, dagu atau pada gigi insisivus) dengan kedua
kaki pada garis horisontal.
Penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yang tidak
mendengar atau mendengar lebih keras . Bila mendengar pada satu
telinga disebut laterisasi ke sisi telinga tersebut. Bila kedua telinga tak
mendengar atau sama-sama mendengar berarti tak ada laterisasi.

Interpretasi
- Normal : Tidak ada lateralisasi
- Tuli konduksi : Mendengar lebih keras di telinga yang sakit
- Tuli sensorineural : Mendengar lebih keras pada telinga yang
sehat

You might also like