You are on page 1of 25

Vaksin dan Imunasi

Mikhael Theofanimia
Novia kaisarianti
Radianti Frederika

Pembimbing:
Dr. Diah Erma PS, Sp.A., M. Biomed

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA


RSUD SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Vaksin
• Vaksin adalah antigen berupa:
• Mikroorganisme yang sudah mati (killed bacteria or virus)
• Kolera, tipus abdominalis, parathypus (kotipa), pertusis, polio salk
• Mikroorganisme yang dilemahkan (live attenuated
bacteria or virus)
• Smallpox, BCG, Polio sabin, Campak
• Toksoid
Imunisasi
Suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat
terpajan dengan pernyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya akan
mengalami sakit ringan.
Tujuan Imunisasi
Imunisasi bertujuan mencegah (dengan mengurangi
resiko) terinfeksi dari penyakit infeksi yang berbahaya
sebelum penyakit tersebut menular di masyarakat.
Imunisasi mempergunakan mekanisme pertahanan
tubuh yaitu sistem imun yang akan membentuk
kekebalan spesifik terhadap penyakit tertentu.
Mengapa Harus Imunisasi

 Imunisasi adalah upaya yang aman


dan sangat efektif untuk mencegah
penyakit.
 Jika cukup banyak orang dalam
masyarakat mendapat imunisasi,
maka infeksi tidak akan lama lagi
menyebar dari orang kepada orang
lain.
Kekebalan Imunisasi

• Vaksinasi (memberi antigen)


Aktif • Tubuh membentuk antibodi

• Pemberian kekebalan dari


Pasif luar (imunoglobulin)
• Tidak bertahan lama
Hepatitis B
Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-
infecious, berasal dari HBsAg
Cara pemberian : intramuskuler, sebaiknya pada anterolateral paha kanan.
Jadwal pemberian : pemberian sebanyak 4x, usia 0 hari, 2bulan, 3bulan,
4bulan
Dosis : 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID
Kontraindikasi : penderita infeksi berat yang disertai kejang
Efek samping : reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat
ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari
BCG (Bacillus-Calmatte Guerin)
BCG (Basil Calmette Guerin) yaitu untuk mencegah bayi atau anak
terserang dari penyakit TBC yang berat, seperti: meningitis TBC dan
TBC milier.
 Cara pemberian : intrakutan, diberikan di lengan kanan atas.
 Jadwal anjuran : usia < 3 bulan, optimal usia 2 bulan; apabila > 3
bulan harus Mantoux negatif.
 Dosis : 0,05 mL
 Kontraindikasi : reaksi uji tuberkulin > 5 mm, menderita HIV,
menderita gizi buruk, demam tinggi, infeksi kulit luas.
 Efek samping : 2-6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas
suntikan timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan
dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian
menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut
dengan diameter 2-10 mm.
Polio
Imunisasi polio adalah suatu imunisasi yang memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit poliomielitis.

 Dosis : 2 tetes mulut


 Kemasan : vial, disertai pipet tetes
 Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada reaksi
 Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan
 Efek samping : jarang terjadi, namun apabila muntah dalam
30 menit diberikan dosis ulang
Difteri, Tetanus, Pertusis (DPT)
Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
Diferi, Pertusis, Tetanus

 Dosis : 0.5 ml
 Intramuskular/ subkutan dalam
 Reaksi imunisasi : demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan
selama 1-2 hari
 Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam,
kemerahan pada tempat suntikan.
 Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit kejang
demam kompleks
Campak
Imunisasi campak dapat diberikan dalam bentuk tunggal atau kombinasi (vaksin
campak dengan gondongan dan rubella)

 Cara pemberian : Subkutan, anterolateral paha/ lengan kiri atas


 Dosis : diberikan 0.5 ml
 Kontra Indikasi : sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi
dalam derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan.
 Jadwal anjuran : 9 bulan dan diberikan lagi pada usia 6 tahun.
 Efek samping : hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
HiB (Haemophylus Influenzae tipe B)

 Diberikan untuk mencegah meningitis dan pneumonia


yang disebabkan oleh H. Influenza tipe B.
 Jadwal anjuran : Vaksin pertama kali diberikan usia 2 bulan
dengan jumlah ulangan 4 kali
 Cara pemberiannya intramuskular disuntikkan di bagian
paha kaki bayi.
PCV
Melindungi tubuh dari bakteri pnemukokus yang bisa
menyebabkan meningitis, pneumonia, dan infeksi telinga

 Cara pemberian : intramuskular


 Jadwal anjuran : vaksin diberikan pada usia 2, 4, dan 6
bulan
 KIPI : eritema, bengkak, indurasi, nyeri bekas suntikan,
demam, gelisah pusing
Campak, Gondongan, Rubela (MMR)

 Cara pemberian : intramuskular atau subkutan


 Jadwal anjuran : 12-18 bulan
 Dosis : 0,5 ml
 KIPI : demam
Rotavirus
•Imunisasi rotavirus adalah imunisasi untuk
mencegah anak menderita penyakit karena rotavirus.
Rotavirus erupakan penyebab diare terbesar pada
anak. Sekitar 36%-61% diare pada anak disebabkan
oleh rotavirus.

 Cara pemberian : Oral


 Sasaran : Diberikan pada bayi sebanyak 3 kali, yaitu
pada usia 2, 4 dan 6 bulan.
 Kontraindikasi : jangan diberikan bersama dengan
vaksin polio.
 KIPI : diare, muntah, demam
Influenza
Influenza merupakan penyakit saluran napas, yang disebabkan
oleh virus influenza.
Vaksin Influenza diberikan pada umur minimal 6 bulan, dan
diulang setiap tahun.
 Cara pemberian : intramuskular atau subkutan
 KIPI
Lokal : nyeri, bengkak, sakit di tempat suntikan
Sistemik : demam, nyeri otot, sakit kepala.
Varisela

Varicella atau Cacar Air menular terutama melalui kontak


langsung, melalui cairan pernapasan maupun kontak
langsung pada kulit dan dapat terjadi walaupun jarang melalui
kontak yang tidak langsung melalui udara.
 Cara pemberian : subkutan
 Jadwal anjuran : Diberikan diatas usia 1 tahun.
 Dosis : 0,5 ml.
 Kontraindikasi : demam tinggi, limfosit < 1200 sel/mcl,
penerima kortikosteroid dosis tinggi
 KIPI : demam, ruam ringan.
Tifoid
Tifoid atau ‘tipes’ disebabkan oleh Salmonella
thyphi, yang masuk ke dalam tubuh melalui
makanan dan minuman yang tercemar.
 Vaksin Tifoid diberikan pada anak umur 2 tahun,
dan diulang setiap 3 tahun.
 Cara pemberian : oral atau parenteral
 Dosis : 0,5 ml
Hepatitis A
Penyakit hepatitis A disebabkan virus hepatitis A, biasa ditularkan
melalui makanan dan minuman yang telah tercemar kotoran/tinja
penderita hepatitis A (fecal-oral), bukan melalui aktivitas seksual
atau kontak darah.
 Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan
dua kali dengan interval 6-12 bulan.
 Cara pemberian : intramuscular
 Dosis : bervariasi tegantung produk
 KIPI : demam dan reaksi lokal
Human Papiloma Virus (HPV)
Vaksin HPV berpotensi untuk mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan
infeksi HPV genitalia.
 Dapat diberikan mulai umur 10 tahun.
 Cara pemberian : intra muskular
Japanese Encephalitis

Untuk mencegah penyakit japanese encephalitis


yaitu radang pada otak yang bisa diikuti dengan
kelumpuhan
Indikasi : semua umur
Dosis : 0,5 ml
Efektivitas 90%
KIPI : lokal, demam, sakit kepala, mual, muntah
Bahaya Bila Tidak Imunisasi
• Anak akan mudah terserang penyakit, dengan akibat yang lebih berat
dapat menimbulkan kematian dan kecacatan. Contohnya untuk polio
yang akan menimbulkan kecacatan seumur hidup.
KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

 Terjadi selama 1-2 hari setelah imunisasi dapat terjadi


reaksi lokal di tempat suntikan atau reaksi seperti:
kemerahan, gatal, nyeri  kompres dingin + antipiretik
 Setelah beberapa minggu atau lebih setelah imunisasi
teraba benjolan agak keras  Tidak perlu tindakan.
TERIMAKASIH

You might also like