Professional Documents
Culture Documents
NOPEMBER 2011
FOTO ZA-2011
MENGAPA SERING
TERJADI ORANG-ORANG
YANG PADA WAKTU DI
BANGKU SEKOLAH PINTAR,
TETAPI KETIKA MEREKA
MEMASUKI DUNIA KERJA,
TIDAK MAMPU
BERPRESTASI, BAHKAN
SEBALIKNYA ?
HIDUP INI SELALU
MENGHADAPI MASALAH
DAN TANTANGAN.
APA BEDA ANTARA
MASALAH DAN
TANTANGAN ?
Apa beda antara masalah
dan tantangan ?
(+)
Perubahan ke (-)
arah positif Perubahan ke
namanya arah negatif
Tantangan ? namanya
Masalah
Tantangan tidak
muncul untuk menarik
anda ke bawah.
Tantangan ada untuk
mendorong anda ke
atas, menghasilkan
yang terbaik, mencapai
target.
Kesuksesan terbesar
hadir lewat kebiasaan
berurusan dengan
serangkaian
tantangan.
Bukan dengan
menghindari tantangan.
AQ mempunyai empat dimensi yang sangat
penting yang dapat membantu tingkat AQ
menjadi tinggi yaitu:
1) kendali diri (Control (C)),
2) Asal-usul dan Pengakuan (Origin &
Ownership(O2)),
3) Jangkauan (Reach(R)),
4) Daya tahan (Endurance(E))
yang biasa di singkat dengan (CO2RE).
Orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih
mampu mewujudkan cita-citanya dibandingkan
orang yang AQ-nya lebih rendah.
Adversity Quotient adalah kecerdasan yang
dimiliki seseorang dalam mengatasi kesulitan
dan sanggup untuk bertahan hidup.
Adversity Quotient (AQ) adalah ukuran atau
standar yang dipakai untuk menentukan tingkat
kemampuan seseorang dalam menghadapi dan
bertahan terhadap kesulitan hidup dan
tantangan yang dialami.
Kemampuan menghadapi semua kesulitan
tersebut sebagai suatu proses untuk
mengembangkan diri, potensi, dan mencapai
tujuan.
Adversity Quotient adalah kecerdasan yang
muncul karena tekanan, kesulitan dan
penderitaan
Faktor penentu kesuksesan tidak hanya
kercerdasan intelektual dan emosional saja.
“Jauh lebih penting mengetahui, bagaimana
menghadapi hal-hal yang negatif (kesulitan)
daripada menghadapi hal2 yg positif
(menyenangkan).
Adversity Quotient adalah kemampuan untuk
“nrimo ing pandum” atau “qona’ah” tadi.
Dalam segala yang kita hadapi dan terima, kita
harus mampu mencari “blessing in disguise”-nya.
Dalam setiap kesulitan, pasti ada kemudahan.
Ini berarti, pribadi dengan AQ tinggi akan
mampu mencari jalan keluar atau solusi dari
masalahnya dengan berupaya memecahkan
sumber masalahnya langsung, bukan dengan
berkeluh-kesah dan menyalahkan orang lain.
Ada rumus menghadapi kesulitan dilihat dari sisi
kita
E + R =O
E= Event
R= Respon (asalnya dari kita)
O= Sasaran/hasil/tujuan
Stoltz mengatakan bahwa ada 4 dimensi pada AQ:
Control perasaan mampu untuk mempengaruhi
situasi secara positif, dan mampu berada dalam
control diri sendiri dan memberikan respon
terhadap situasi
Ownership mengambil tanggung jawab pada sendiri
untuk merubah situasi
Reach mampu berada di tempat ataupun di situasi-
situasi dalam situasi pekerjaan ataupun kehidupan
Endurance mampu berpresepsi terhadap tekanan
dan kapan situasi tertekan itu akan berakhir
(Kelas VIII B, tgl 21 Mei)
John Gray (2001) mengatakan “semua kesulitan
sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa
kita untuk tumbuh”.
Adapun dimensi yang terkait dengan kecerdasan
menghadapi kesulitan adalah:
(1) control atau kendali mempertanyakan berapa
banyak kendali yang anda rasakan terhadap
sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan?;
(2) origin dan ownership mempertanyakan dua
hal, yakni: siapa atau apa yang menjadi asal usul
kesulitan, dan sampai sejauhmanakah seseorang
mengakui akibat kesulitan itu?;
(3) Reach atau jangkauan mempertanyakan
sejauh mana kesulitan akan menjangkau atau
merembes ke bagian-bagian lain dari kehidupan
seseorang?;
(4) Eendurance atau daya tahan mepertanyakan
dua hal, yakni; berapa lamakah kesulitan
berlangsung dan lamanya penyebab kesulitan
tersebut akan bertahan?
Kecerdasan menghadapi kesulitan tersebut
dapat ditingkatkan atau dapat diperbaiki
dengan melakukan hal-hal sebagai berikut;
(1) Listen atau dengarkanlah respons terhadap
kesulitan
(2) Explore atau jajaki asal usul dan pengakuan
atas akibatnya;
(3) Analysis bukti-buktinya; dan
(4) do atau lakukan sesuatu.
Magnesen (2000) mengatakan bahw
Konfusius lebih dari 2400 tahun silam
menyatakan, bahwa;
“yang saya dengar saya lupa, yang saya lihat
sangat ingat, dan yang saya kerjakan saya
paham.”
Untuk mengukur seberapa besar ukuran AQ kita, maka dapat
dihitung lewat uji ARP (Adversity Response Profile).
Terdapat sejumlah pertanyaan yang kemudian dikelompokkan
kedalam unsur Control, Origin and Ownership, Reach dan
Endurance, atau dengan akronim CO2RE.
Dari situ barulah kemudian akan didapat skor AQ kita, dimana
bila :
skor (0-59) adalah AQ rendah,
(95-134) adalah AQ sedang,
(166-200) adalah AQ tinggi.
Skor (60-94) adalah kisaran untuk peralihan dari AQ rendah
ke AQ sedang dan
kisaran (135-165) adalah peralihan dari AQ sedang ke AQ
tinggi.
Untuk merubah kemampuan AQ kita, lebih lanjut Stoltz
menyarankan untuk mulai memperhatikan respons dari situasi
yang sulit.
Secara umum AQ manusia ditetapkan oleh 4
prinsip:
1. AQ membuat manusia untuk bisa bertahan pada
tekanan dan bagaimana mengatasi tekanan
tersebut.
2. AQ membuat manusia mampu menyelesaikan
permasalahannya terkait dengan tekanan yang
diterima dan seberapa parah tekanan itu akan
berefek/berpengaruh terhadap kehidupan.
3. AQ membuat manusia untuk berpikir lebih dari
harapannya untuk bisa menunjukkan potensi-
potensi yang dimiliki.
4. AQ membuat manusia memprediksi kapan dia
akan menyerah dan kapan dia akan mampu
mengatasi tekanan.
AQ dapat digunakan untuk memprediksi
kemapuan seseorang kaitannya dengan:
Dayaguna seseorang,
Motivasi,
Memberikan kewenangan terhadap seseorang
kreativitas,
Produktivitas
Pembelajaran
Pengharapan
Vitalitas
Kegembiraan dan kesenangan seseorang
Kesehatan emosional
Kesehatan fisik
Ketekunan
Sikap
Harapan hidup seseorang
Respon terhadap perubahan
1. Quitter (yang menyerah).
Para quitter adalah para pekerja
yang sekadar untuk bertahan hidup).
Mereka ini gampang putus asa dan menyerah di
tengah jalan.
Quitters. Adalah orang yang langsung berhenti
di awal pendakian.
Mereka cenderung untuk selalu memilih jalan
yang lebih datar dan lebih mudah.
Mereka umumnya bekerja sekedar untuk hidup,
semangat kerja yang minim, tidak berani
mengambil resiko, dan cenderung tidak kreatif.
Umumnya tidak memiliki visi yang jelas serta
berkomitmen rendah ketika menghadapi tantangan
dihadapan.
Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan dapat
kita kategorikan peserta didik yang hanya
menerima pembelajaran ataupun tugas-tugas yang
diberikan oleh guru dan mengerjakannya dengan
motivasi yang rendah.
Dengan kata lain tipe peserta didik ini memiliki
tidak kemampuan mengahadapi tekanan terhadap
beban belajar yang rendah.
2. Camper (berkemah di tengah perjalanan)