You are on page 1of 106

GASTR0INTESTINAL

1. onset and duration (acute or chronic)


2. clinical features, including color
(erythematous/atrophic)
3. location (median rhomboid glossitis,
denture stomatitis, multifocal
candidiasis, and angular cheilitis)
4. the presence of skin lesions as well as
oral lesions (mucocutaneous) and
5. Association with an
immunocompromised host (HIV
associated).
2
.Conditions associated with increased vulnerability of oral candidiasis and their
mechanism
Category Condition Mechanism
Altered local Poor oral hygiene Promotes organism adherence &
resistance to colonization
infection Xerostomia Absence of antimicrobial & flushing
effect of saliva
Recent antibiotics Inhibits competitive oral bacteria
treatment
Dental appliance Isolate mucosa from saliva &
functional cleansing serve as
organism reservoir
Compromised Early infancy Immune competence has not
immune system completely developed
AIDS Deficient cellular immune response

Corticosteroids Inhibition of immune function


therapy
Generalized Anemia, malnutrition, Epithelial thinning & altered
patient malabsorption maturation, poor tissue oxygenation
debilitation Diabetes mellitus Recurring hyperglycemia & mild
ketoacidosis

3
Acute Chronic
i. Pseudomembra i. Atrophic
a) Denture sore mouth
nous b) Angular cheilitis
ii. Atrophic c) Median rhomboid glossitis
(erythematous) ii. Hypertrophic/hyperplas
a) Antibiotic tic
stomatitis a) Candidal leukoplakia
b) Papillary hyperplasia of the
palate
c) Median rhomboid glossitis
(nodular)
iii. Multifocal

4
THRUSH - Pseudomembranous
candidosis
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
• Plaque form of lichen planus: lesions of thrush
can be wiped with the help of gauge
• Gangrenous stomatitis: pseudomembrane is
dirty in color & not raised above the surface
• Chemical burns: The superficial white material
burn of oral mucosa appears thin and delicate
as compared to pseudomembranous
candidiasis.
• LEUK0PLAKIA

6
Acute atrophic candidiasis presents as a
 red patch of atrophic or
 erythematous raw and painful mucosa,
 with minimal evidence of the white pseudo-
membranous lesions observed in thrush
 Depapillation of tongue occurs

7
 Antibiotic sore mouth, a common form of atrophic
candidiasis, should be suspected in a patient who
develops symptoms of
 oral burning,
 bad taste, or
 sore throat during or after therapy with broad-spectrum
antibiotics.
Patients with chronic iron deficiency anemia may also
develop atrophic candidiasis

8
FIGURE: A patient with a history of chronic iron
FIGURE: Antibiotic sore mouth in deficiency anemia developed red, raw, and painful
which a red patch of atrophic raw, areas of the mucosa, diagnosed as acute atrophic
painful mucosa is seen candidiasis.
Erythematous candidosis in HIV/AIDS.
Chronic atrophic candidiasis includes
• denture stomatitis (denture sore mouth),
• angular cheilitis, and
• median rhomboid glossitis.

11
A C

FIGURE: A, Numerous palatal petechiae in a patient


with an ill-fitting denture. B and C, More diffuse
erythema is seen under a partial denture (B) and a
full upper denture (C). D, This patient has
developed a granular nodular overgrowth of the
palate (papillary hyperplasia) secondary to a
candidal infection and an ill-fitting denture.

D 12
ANGULAR ST0MATITIS - CHEILITIS
• Typically seen in patients with denture-related
stomatitis
• It may be a sign of diabetes, nutritional deficiency,
or immune defect.
• Commonly is an isolated initial sign of anemia or
vitamin deficiency, such as vitamin B-12, and
resolves when the underlying disease has been
treated.
• Iron deficiency anemia and other vitamin
deficiencies have been cited as other predisposing
factors.
FIGURE: Median rhomboid
glossitis.
CANDIDIASIS
• Side effects
– increased liver enzymes,
– abdominal pain, and
– pruritus are rare
• Fluconazole is more effective than ketoconazole, but
its frequent use can lead to the development of
resistance to the drug.

17
• The simultaneous administration of
– ketoconazole (or the related antifungal
itraconazole) and
– cisapride or antihistamines (terfenadine and
astemizole)
• is associated occasionally with ventricular
arrhythmias and other serious cardiovascular
events.

18
Labiopalatoschizis

Unilateral komplit Tipe unilateral inkomplit


Tipe bilateral komplit Tipe bilateral inkomplit

Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten


meliputi berat badan lebih dari 10 pounds
atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan
usia lebih dari 10 minggu
PAR0TITIS
• PARAMYX0VIRUS
• DEMAM, NYERI SAAT MENGUNYAH,
PEMBENGKAKAN LEHER ATAS, PIPIH BAWAH
• SELF LIMITING DISEASE
• TERAPI: SIMPT0MATIK  ANALGETIK
• K0MPLIKASI: 0RKITIS
LUDWIG ANGINA
• Merupakan infeksi ruang sub mandibula (rahang
bawah) berupa peradangan selulitis dari bagian
superior ruang suprahioid (Sekitar leher), yang
ditandai dengan pembengkakan (edema) pada bagian
bawah ruang submandibular, yang mencakup
jaringan yang menutupi otot-otot antara laring dan
dasar mulut, tanpa disertai pembengkakan pada
limfonodus.
• Pembengkakan ini biasanya nyeri tekan dan keras
pada perabaan (seperti kayu) dan berwarna
kemerahan atau kecoklatan. Dasar mulut
membengkak, dapat mendorong lidah ke atas
belakang sehingga menimbulkan sesak nafas karena
sumbatan jalan nafas.
• Infeksi pada angina Ludwig harus memenuhi kriteria:
Terjadi secara bilateral pada lebih dari satu rongga.
• Angina Ludwig paling sering terjadi sebagai
akibat infeksi akar gigi, yakni molar dan
premolar, dapat juga karena trauma bagian
dalam mulut, karies gigi, dan, tindik lidah
yang menyebabkan proses supuratif (
peradangan) kelenjar limfe servikal di dalam
ruang submandibular.
• Jika infeksi berasal dari gigi, organisme
pembentuk gas tipe anaerob sangat dominan.
• Jika infeksi bukan berasal dari daerah gigi,
biasanya disebabkan oleh streptococcus dan
staphylococcus
PENG0BATAN ANGINA LUDWIG
• MENGATASI SUMBATAN JALAN NAPAS BILA ADA 
TRAKE0ST0MI
• Antibiotik dosis tinggi dan berspektrum luas secara
intravena untuk organisme gram positif dan gram-
negatif serta kuman aerob dan anaerob.
• Antibiotik yang digunakan adalah Penicilin G dosis
tinggi, kadang-kadang dapat dikombinasikan dengan
metronidazole. Jika pasien alergi penicillin, maka
clindamycin hydrochloride adalah pilihan yang terbaik.
• Dexamethasone intravena, diberikan dalam 48 jam
untuk mengurangi edem dan perlindungan jalan nafas.
• Selain itu dilakukan eksplorasi yang dilakukan untuk
tujuan dekompresi (mengurangi ketegangan) dan
evakuasi pus, pada angina Ludwig jarang terdapat pus
atau jaringan nekrosis.
ABSES SUBMANDIBULA
• PEMBENGKAKAN DAERAH SUBMANDIBULA,
FLUKTUATIF, DAN NYERI TEKAN
• ANGULUS MANDIBULA DAPAT DIRABA
• LIDAH DAPAT TERANGKAT KE ATAS DAN
TERD0R0NG KE BELAKANG
• TERAPI: ANTIBI0TIK
AKALASIA
• GANGGUAN NEUROMUSKULAR.
• DILATASI BAGIAN PROKSIMAL ESOFAGUS TANPA
ADANYA GERAK PERISTALTIK.
• GEJALA: DISFAGIA, REGURGITASI, NYERI DADA,
HEARTBURN, BB TURUN
• PASIEN MEMPUNYAI SENSASI MAKANAN
MENYUMBAT PADA BAGIAN BAWAH ESOFAGUS
• BARIUM SWALL0W: PARUH BURUNG, DILATASI
ES0FAGUS
• PENATALAKSANAAN: CCB – NIFEDIPINE, NITRATE,
INJEKSI B0TULINUM INTRASFINGTER, PEMBEDAHAN
Atresia Esofagus
• Bila pada bayi baru lahir timbul sesak napas
yang disertai air liur meleleh keluar, harus
dicurigai adanya atresia esofagus.
• Segera setelah diberi minum, bayi akan batuk
dan sianosis karena aspiasi cairan kedalam
jalan nafas.
• Dianosis pasti dapat dibuat dengan foto toraks
yang akan menunjukkan gambaran kateter
terhenti pada tempat atresia.
GASTRITIS KR0NIS ULKUS LAMBUNG ULKUS DU0DENUM
ETI0L0GI TIPE A FUNDUS – H PYL0RI – 70% H PYL0RI – 90%
ULKUS PEPTICUM
AUT0IMUN KEGANASAN – 10% PENINGKATAN
TIPE B ANTRUM – PR0DUKSI ASAM
H PYL0RI, NSAIDS
GEJALA ASIMPT0, NYERI, NYERI ABD0MEN NYERI ABD0MEN 1-
NAUSEA, BERTAMBAH BERAT 3 JAM PP, MEREDA
AN0REKSIA, UGIB DG ASUPAN DENGAN
MAKANAN MAKANAN/
ANTASID
DIAGN0SIS END0SK0PI END0SK0PI , BI0PSI END0SK0PI,BI0PSI
H PYL0RI H PYL0RI
KADAR ASAM ± RENDAH SAMPAI MENINGKAT
N0RMAL
TERAPI TERAPI H PYL0RI TERAPI H PYL0RI TERAPI H PYL0RI
HENTIKAN NSAID, HENTIKAN
VIT B12 UNTUK AN. MER0K0K
PERNISI0SA
TERAPI H PYL0RI AM0KSISILIN 1 G 2X SEHARI KLARITR0MISIN 500MG 2XSEHARI, PPI
2X SEHARI X 7-14 HARI. ALERGI PNC GANTI AM0KS DENGAN METR0NIDAZ0L
2X500MG
HERNIA
HERNIA INGUINALIS
• protrusi saccus peritoneum yang terjadi di canalis
inguinalis (HIL) dan di medial canalis inguinalis
(HIM) dikarenakan kelemahan dinding abdomen
bagian bawah (pada dewasa) atau karena processus
vaginalis yang persisten (pada anak).
• Gambaran klinis : benjolan di lipat paha bentuk
lonjong atau bulat dapat sampai skrotum.
Kemerahan atau nyeri tekan pada hernia
menandakan strangulasi.
PEMBAGIAN HERNIA INGUINALIS
• Direk :
Protrusi yang melewati triangle hasselbach
Bentuk bulat
Pada pemeriksaan dengan ujung jari telunjuk
di daerah anulus eksternus teraba tonjolan
hilang atau timbul di medial dari kanalis
inguinalis bila pasien mengejan
Jarang menjadi inkarserata dan strangulasi.
• Indirek :
Protrusi pada canalis inguinalis
Hernia yang sering dijumpai
Sering menjadi inkarserata dan strangulasi
Bentuk lonjong dapat sampai dengan skrotum
Pada pemeriksaan dengan ujung jari telunjuk
didaerah anulus eksternus teraba tonjolan
hilang/timbul bila pasien mengejan.
• Berdasarkan klinis, hernia inguinalis dibedakan menjadi

1. Reponibel : dapat hilang timbul spontan


2. Irreponibel: tidak dapat hilang timbul spontan
3. Strangulasi: terdapat gangguan aliran vasa
4.Inkarserata: terdapat gangguan pasase makanan
(obstruksi)
• Tatalaksana :
1. Operasi elektif pada hernia reponibel dan emergensi
2. Tindakan non operatif pada kasus tanpa komplikasi dan
terdapat risiko operasi yang besar seperti pada
penderita stroke
HIRSCHPRUNG DISEASE
• Neonatus : mekonium keluar terlambat (> 24 jam),
muntah hijau, distensi abdomen
• Anak : konstipasi kronis, kembung, failure to thrive
• Tatalaksana :
• Apabila terjadi dehidrasi/syok segera lakukan resusitasi
• Dekompresi dengan NGT dan RT
• Antibiotik : cephalosporin dan Metronidazole
• Irigasi perectal lewat RT dengan NaCl 0,9% 10cc/kgBB
• Operasi : tahap satu (colostomi) tahap dua (pull
through).
BARIUM ENEMA

•RATI0 RECTUM SIGM0ID


DAN C0L0N DESENDENS
<<
•SAW T00TH APPEARANCE
PADA DINDING USUS
INTUSUSEPSI -- INVAGINASI
• Masuknya salah satu segmen usus ke satu segmen
usus yang lain.
• Idiopatik dan pada anak usia 3-10 bulan.
• Gejala klinis : anak mendadak kesakitan bersifat
episodik, menangis dengan mengangkat kaki,
muntah warna hijau, BAB lendir darah, massa
terpalpasi di abdomen kanan.
• Trias klasik intususepsi :
1. Nyeri abdomen
2. Teraba massa menyerupai sosis pada kuadran
kanan atas abdomen
3. BAB berwarna merah disertai dengan jelly
• Pemeriksaan penunjang : USG abdomen, foto polos
abdomen, lab darah (leukositosis dan gangguan
elektrolit).
• Tatalaksana :
Bila terdapat tanda-tanda dehidrasi/syok
segera lakukan resusitasi.
Pasang NGT untuk dekompresi dan mencegah
aspirasi
Pasang kateter untuk monitoring resusitasi
Antibiotik : cephalosporin dan metronidazole
Analgesik : morphine 0,2 mg/kgBB
Surgical reduction : manual reduksi (milking)
dengan retrograde squeezing dan traksi
secara hati-hati. Reseksi dan anastomosis jika
usus non-viabel.
PERIT0NITIS
Infeksi peritoneal dapat diklasifikasikan sebagai bentuk:
1. Peritonitis primer (Spontaneus)
Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ peritoneal yang
langsung dari rongga peritoneum. Penyebab paling sering dari
peritonitis primer adalah spontaneous bacterial peritonitis
(SBP) akibat penyakit hepar kronis. Kira-kira 10-30% pasien
dengan sirosis hepatis dengan ascites akan berkembang
menjadi peritonitis bakterial.
2. Peritonitis sekunder
Penyebab peritonitis sekunder paling sering adalah perforasi
appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale,
perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid) akibat
divertikulitis, volvulus, kanker serta strangulasi usus halus.
3. Peritonitis tertier
Peritonitis yang mendapat terapi tidak adekuat, superinfeksi
kuman, dan akibat tindakan operasi sebelumnya
• GEJALA: NYERI PERUT MENDADAK, SELURUH
PERUT, BILA BERAT BERBARING DG FLEKSI
LUTUT, RESPIRASI INTERC0STA YG TERBATAS
• PF: SUARA USUS MENINGGI ATAU TIDAK ADA
BISING USUS, PEKAK HATI MENGHILANG,
DEFANS ±
• B ERI TABLET ZINC
• – Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri
tablet Zinc selama 10 hari dengan dosis:
• o Umur < 6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari
• o Umur > 6 bulan: 1 tablet (20 mg) per hari
DEMAM TIF0ID
• SPESIMEN UNTUK BIAKAN DAPAT DIAMBIL
DARI DARAH SUMSUM TULANG, FESES, URIN.
• DARAH  MINGGU 1 SAKIT SAAT DEMAM
TINGGI
• SPESIMEN FESES DAN URIN  MINGGU 2
DAN 3 DAN MINGGU-MINGGU SELANJUTNYA
• DITANAM DALAM BIAKAN EMPEDU – GAAL
CULTURE
K0LERA
• DIARE PR0FUSE, SEPERTI CUCIAN BERAS
• REHIDRASI DAN CAIRAN MAINTENANCE
• ANTIBI0TIK  TETRASIKLIN, D0KSISIKLIN
DISENTRI
• BAB dengan tinja berdarah
• BAB dengan tinja bercampur lendir (mucus)
• Kram perut
• Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
Etiologi
1. Bakteri (Disentri basiler)
– Shigella, Shigella adalah basil non motil, gram
negatif, famili enterobacteriaceae.
– Penyebab disentri yang tersering
2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba
hystolitica
• E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup
sebagai mikroorganisme komensal (apatogen) di usus
besar manusia.
• Dapat berubah menjadi patogen dengan cara
membentuk koloni di dinding usus dan menembus
dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi.
• Shigella biasanya resisten terhadap Ampisillin, namun bila masih
peka : ampisillin 4 x 500 mg/hari selama 5 hari.
• Trimetropim – sulfametoksazol 2 x 960 mg hari selama 3-5 hari.
• Amoksisilin tidak dianjurkan karena tidak efektif,
• Pemakaian jangka pendek : siprofloksasin 2 x 500 mg/hari
selama 3 hari. KI anak dan bumil.
• Azitromisin 1 gr dosis tunggal
• Sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari
• Bila multiresisten : asam nalidiksik 3x1 g/hari selama 5 hari
• Obat antispasmodik (bila kram berat) : tinktura beladona

• Disentri amoeba
• – Amebiasis ringan – sedang : tetrasiklin 500 mg 4 kali selama 5
hari
• – Amebiasis berat : metronidazole 3 x 750 mg selama 5 – 10 hari,
• kloroquin posfat 1 gr / hari selama 2 hari, dilanjutkan 500
mg/hari selama 4 minggu, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM
selama 10 hari
Giardiasis
• GIARDIA LAMBLIA
• GREASY ST00L
• TR0P0Z0IT SEPERTI DAUN, VS E. HYST0LITICA,
TR0P0Z0IT ADA ERITR0SIT
• 0BAT PILIHAN : METR0NIDAZ0LE
IBS - R0ME III CRITERIA
• PALING TIDAK 3 BULAN DENGAN 0NSET 6
BULAN SEBELUMNYA DARI NYERI ATAU RASA
TIDAK NYAMAN PADA ABD0MEN YANG
BERHUBUNGAN DENGAN 2 ATAU LEBIH:
- GEJALA MEMBAIK DENGAN DEFEKASI
- PERUBAHAN FREKUENSI DEFEKASI
-PERUBAHAN BENTUK ATAU K0NSISTENSI
FESES
K0LELITIASIS
• 4 F  FEMALE F0RTY FEMALE FAT
• NYERI EPIGASTRIUM
K0LESISTITIS
• Infeksi yang terjadi pada kandung empedu.
Kolesistitis terkait erat dengan kejadian batu
empedu.
Dasar diagnosis :
• Nyeri tekan dan nyeri lepas pada epigastrium
atau hipokondrium kanan.
• Mual dan muntah
• Demam dan leukositosis
K0LESISTITIS
• Tatalaksana :
• Terapi konservatif : analgesik dan antibiotik.
• Analgesik : morphine dan meperidine
• Antibiotik : cephalosporin generasi III
cefoperazone 2x1gr IV plus metronodazole
4x500 mg IV
CH0LANGITIS
• RIWAYAT K0LED0K0LITIASIS ATAU RIWAYAT
MANIPULASI TRAKTUS BILIER DENGAN
DEMAM, NYERI PERUT KANAN ATAS, DAN
KUNING.
HEM0R0ID
• Hemoroid interna diklasifikasikan menjadi 4 derajat
yaitu :
• Derajat I : Tonjolan masih di lumen rektum, biasanya
keluhan penderita adalah perdarahan
• Derajat II : Tonjolan keluar dari anus waktu defekasi
dan masuk sendiri setelah selesai defekasi.
• Derajat III : Tonjolan keluar waktu defekasi, harus
didorong masuk setelah defekasi selesai karena tidak
dapat masuk sendiri.
• Derajat IV : Tonjolan tidak dapat didorong
masuk/inkarserasi
HEM0R0ID
• HEM0R0ID DERAJAT I & II  TERAPI N0N
BEDAH  DIET, 0BAT-0BATAN, SKLER0TERAPI,
LIGASI, KRI0TERAPI, K0AGULASI INFRA MERAH
• HEM0R0ID DERAJAT III & IV  BEDAH
CR0HN & ULCERATIVE C0LITIS
• Inflammatory bowel disease (IBD) is a chronic
condition that includes two major entities :
1- Crohn’s disease
2- ulcerative colitis
• Ulcerative colitis is limited to the colon and
rectum and extends only into the mucosa and
submucosa.

• Crohn’s disease may involve any area of the


gastrointestinal tract and frequently is transmural
K0LITIS ULSERATIF CR0HN DISEASE
JENIS KELAINAN DIFUS ADA AREA YANG
SELANG SELING
KEDALAMAN LESI MUK0SA DAN TRANSMURAL
SUBMUK0SA
KELAINAN REKTUM 95% 50%
PENY. PERIANAL - +
FISTULA - +
KELAINAN ILEUM - +
ULKUS AFT0SA DAN - +
LINEAR
GAMBARAN BATU - +
K0RAL
ULSERASI KECIL SUPERFISIAL DALAM
MANIFESTASI + +
EKSTRAINTESTINAL
DIVERTICULUM MECKEL
• KELAINAN K0NGENITAL – RULE 0F TW0
• KANTUNG KELUAR DARI USUS HALUS
• ASIMPT0MATIK
• PERDARAHAN YANG DITANDAI DENGAN FECES
DARAH SEGAR ATAU HITAM YANG TIDAK NYERI
• 0BSTRUKSI – DIVERTICULUM SEBAGAI TITIK AWAL
INVAGINASI
• DIVERTICULITIS BILA MERADANG YANG
GEJALANYA MIRIP APPENDISITIS
Intestinal Cestodes
Taenia saginata Taenia solium
Common name Beef tapeworm Pork tapeworm
Intermediate host cattle Pig
scolex No rostellum Armed rostellum

length <25 m <7 m


# of uterine branches 15 or more 13 or less
# of proglottids 1000 to 2000 <1000
Gravid proglottid Tree-like ( dichomotous) Finger-like (dendritic)
eggs Spherical and striated, inside is an embryo or oncosphere with 6
hooklets
larva Cysticercus bovis Cysticercus cellulosae
Infective stage Cysticercus bovis Cysticercus cellulosae

Pathogenesis Taeniasis saginata Taeniasis solium,


cysticercosis
Taenia solium

Taenia saginata
Taenia species
• The eggs of the two species cannot
be differentiated.

• Differentiation is usually done by


examination of gravid proglottids
that have been injected with India
ink to reveal the lateral uterine
branches.

• The eggs are spherical, yellow-


brown measuring 31-43 mm.

• The shell is thick and radially


striated, giving it a "prismatic"
appearance.

• The egg also contains a six-hooked


embryo called an oncosphere.
Ascaris lumbricoides

Ascaris lumbricoides
Common Name Giant Intestinal Roundworm
Infective Stage Embryonated Egg
Habitat Small Intestine
Mode of Transmission Ingestion of contaminated food/ water
Diagnostic Specimen Feces
Ascaris lumbricoides 2

A. lumbricoides Adult worms


Enterobius vermicularis

Enterobius vermicularis
Common Name Pinworm
Infective Stage Embryonated Egg
Habitat Large Intestine
Mode of Transmission Ingestion of egg/ autoinfection
Diagnostic Specimen Feces/ Cellophane Tape prep
Trichuris trichura

Trichuris trichura
Common Name Whipworm
Infective Stage Embryonated Egg
Habitat Large Intestine
Mode of Transmission Ingestion of egg via contaminated food/ water
Diagnostic Specimen Feces
Trichuris trichura 2
Necator americanus and ancylostoma
duodenale

Necator americanus and Ancylostoma duodenale


Common Name Hookworm
Infective Stage Third Stage Filariform Larvae
Habitat Small Intestine
Mode of Transmission Skin Penetration of Infective Larvae
Diagnostic Specimen Feces
Hookworms 2

A. duodenale N. americanus
KERACUNAN
• Dekontaminasi lambung (menghilangkan racun
dari lambung) efektif bila dilakukan sebelum
masa pengosongan lambung terlewati (1-2 jam,
termasuk penuh atau tidaknya lambung).
• Kontra indikasi untuk dekontaminasi lambung
adalah:
~ Keracunan bahan korosif atau senyawa
hidrokarbon (minyak tanah, dll)
~ Penurunan kesadaran (bila jalan napas tidak
terlindungi).
D0SIS ARANG AKTIF
• Anak sampai umur 1 tahun 1 g/kg
• Anak umur 1 hingga 12 tahun 25-50 g
• Remaja dan dewasa 25-100 g
ANTID0TUM
• SENYAWA 0RGAN0F0SFAT, KARBAMAT 
PRALID0KSIM
• PARASETAM0L  METIONIN ORAL ATAU
ASETILSISTEIN
• SIANIDA  NATRIUM-TIOSULFAT 25%
NE0NATAL JAUNDICE
• DIRECT BILIRUBIN = C0NJUGATED BILIRUBIN
• INDIRECT BILIRUBIN = UNC0NJUGATED
BILIRUBIN
• HYPERBILIRUBINEMIA  PREHEPATIC,
HEPATIC, P0STHEPATIC
»Hiperbilirubin indirek
• HARI 1  Inkompatibilitas golongan darah (Rh, ABO), infeksi
intra uterin (TORCH)
• HARI 2  : Inkompatibilitas golongan darah, infeksi,
polisitemia, darah ekstra vasasi (hematom sefal, perdarahan
intra kranial), kelainan morfologi RBC, defisiensi enzim G6PD,
• HARI 4 ATAU 5 : breast feeding jaundice, infeksi
• HARI 7 : breast feeding jaundice, infeksi, neonatal hepatitis,
peningkatan sirkulasi entero hepatik (stenosis pilorik,
obstruksi usus)

»Hiperbilirubinemia direk
• Neonatal hepatitis, sepsis neonatal, infeksi intra uterin,
obstrusi saluran empedu (bile flug syndrome, kista duktus
kholedokus) dan atresia biliaris.
2. General exam
• Cramer’s Index
1.Face-4-6 mg/dl
2.Chest &Upper trunk – 8-10 mg/dl
3.Lower abdomen,thigh-12 -14mg/dl
4.Forearms &lower legs -15 -18 mg/dl
5. Palms & sloes->15-20 mg/dl
Indications for Phototherapy
• TSB > 15 mg % in term
• TSB > 12 mg% in preterm
• TSB > 5 mg% within 24 hours
• Adjuvant to exchange transfusion
Indikasi tranfusi tukar
• Hb tali pusat < 10 gr%, kadar bilirubin tali pusat >
5gr/dl diatas garis grafik.
• Bilirubin total meningkat > 5 gr/dl.
• Atau bila bayi menunjukkan tanda-tanda ensefalopati
bilirubin akut (hipotoni, kaki melengkung, panas, tangis
melengking tinggi)
• Anemia dengan “ early jaundice “ dengan HB 10-13
gr% dan kecepatan peningkatan bilirubin 0.5 mg %/jam
• Atau “mild moderate” anemia dengan bilirubin > umur
bayi (jam) setelah umur 24 jam pertama
• Bilirubin total >25 mg/dl
• Anemia progresif pada waktu pengobatan
hiperbilirubinemia
SY0K ANAFILAKTIK
• Ditandai : Perubahan mendadak pada

- Permeabilitas vaskuler
- Hipereaktiv bronchus

• Komplek gejala pada :


- Sistem saluran napas
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem saluran cerna
- Mata
- Kulit


Sendiri-sendiri / gabungan
• Paling sering
pada kulit dan sistem kardiovaskuler
• Pada reaksi yang fatal
oedem laring dan hipotensi berat
• Gejala bervariasi : ringan  berat

• Perjalanan klinis bervariasi : cepat  lambat

• Gambaran klinis
- Berhubungan dengan tempat masuk Ag
- Jumlah Ag yang masuk
- Kecepatan absorbsi
- Derajad hipersensitivitas penderita
1. Tindakan segera
a. Hentikan prosedur
b. Penderita tidur terlentang,
kaki naik 30 derajad

- Penderita sadar / tidak sadar


SADAR
- jaga ABC
- Berikan adrenalin 0,3-0,5 mg SC/IM/IV
Anak = 0,01 mg/kgBB
- Boleh diulang 5-10 menit
- Aminofilin 5 mg/kgBB + 20 menit
Lanjutkan 0,4 – 0,9 mg/kgBB/jam
- O2 100%
- Kristaloid / koloid  sesuai kebutuhan
- Intubasi  bila perlu
TIDAK SADAR
2. Terapi suportif

a. Keseimbangan cairan dan elektrolit


b. O2 100%
c. Kortikosteroid
d. Antihistamin
e. Nebulizer
f. Observasi minimal 4 jam

You might also like