1620221213 BAB I BAB II BAB III BAB I PENDAHULUAN Hiperlusensi hemithorax unilateral merupkan hal yang umum terdapat pada Bullous lung disease pemeriksaan radiografi dada pada pediatrik. merupakan bagian dari proses emphy-sematous, dapat dalam bentuk yang berbeda, baik secara Hiperlusensi hemithorax unilateral memiliki diagnosis banding yang luas, histologi dan radiografi. Giant termasuk unilateral emphyesmatous atau Bulla merupakan Bullous lung bullous disease, pneumatocele, foreign body aspiration, Swyer-James syndrome, disease yang paling langka. congenital lobar emphysema, endobronchial mass.1 Pediatric unilateral emphysematous atau bullous lung disease dapat disebabkan oleh berbagai keadaan, termasuk idiopathic bullous emphysema, bronkopulmonary dysplasia, dan emfisema interstisial paru pada neonatus.
Gejala, onset dari penyakit belum
sepenuhnya jelas, batuk, nyeri dada dan progresif dyspnea umum terjadi, tetapi derajat dari gejala bervariasi. Gejala-gejala dikaitkan dengan distensi berlebihan selama hiperventilasi, yang menghasilkan gejala sisa termasuk pneumotoraks, hemoptisis, dan cavitary pneumonitis. BAB BABIIII TINJAUAN TINJAUANPUSTAKA PUSTAKA ANATOMI RESPIRASI ANAK Periode embrionik • Periode ini dimulai kira-kira minggu ke-4 kehamilan, ketika saluran respiratori primitif muncul sebagai tonjolan keluar (divertikulum) di bagian ventral pada epitelium endodermal usus depan. Tonjolan keluar ini segera membelah menjadi dua tangkai tunas bronkial utama, yang dengan cepat masuk ke dalam mesenkim yang memisahkan usus depan dan rongga selomik. Tunas-tunas bronkial mulai membentuk cabang. Periode Pseudoglandular Menuju minggu ke-6 kehamilan, pada awal periode pseudoglandular, paru menyerupai kelenjar eksokrin dengan stroma yang tebal dan duktus-duktus sempit dilapisi epitel berupa sel-sel tinggi yang hampir penuh mengisi lumen. Saluran respiratori utama telah terbentuk dan memiliki hubungan yang erat dengan arteri dan vena pulmonal. Trakea dan usus depan sekarang telah terpisah akibat fusi progresif rigi epitelial yang tumbuh dari saluran napas primitif. Fusi inkomplit rigi epitelial ini menyebabkan terjadinya fistula trakeoesofageal. Periode kanalikular • Selama periode ini, yaitu antara minggu ke-16 dan minggu ke-26–28 kehamilan, pertumbuhan epitelial lebih pesat daripada pertumbuhan mesenkimal. Akibatnya, pertumbuhan bronkial menjadi tampak lebih tubular, sementara daerah distalnya terus membagi untuk membentuk pondasi struktural asinus paru. Periode sakular • Di antara minggu ke-26 dan ke-28 kehamilan, morfogenesis paru memasuki periode sakular. • Pada saat ini, saluran respiratori terminal terus melebar dan membentuk struktur silindris yang disebut sakula. • Permukaan dalam sakula yang awalnya halus, berkembang menjadi rigi-rigi atau krista-krista sekunder, yang berasal dari lipatan epitel dan mesenkim peribronkial serta memiliki lapisan kapiler ganda. • Jarak antara kapiler dan rongga udara potensial menjadi lebih sempit sampai akhirnya hanya dipisahkan oleh selapis membran basal yang tipis. Periode Alveolar • Waktu dan kemajuan pembentukan septum alveolar dipengaruhi oleh pengaturan endokrin. Hormon tiroid merangsang pembentukan septum, • Alveolarisasi juga dipengaruhi oleh rangsang fisik. Regangan oleh cairan yang terdapat di dalam paru dan distensi periodik akibat aksi otot respiratorik pada pernapasan janin, diperlukan untuk perkembangan asinus. • Jika kedua hal tersebut tidak ada, misalnya karena paru atau dada terkompresi (seperti pada hernia diafragma atau oligohidramnion), atau jika pernapasan janin terganggu (misalnya pada lesi korda spinalis), akan terjadi hipoplasia paru dengan jumlah alveolus yang sedikit. Perkembangan Paska Natal • Perkembangan paru pascanatal dapat dibagi menjadi 2 fase, • Selama fase pertama yang terjadi hingga 18 bulan pertama setelah kelahiran, terdapat peningkatan yang tidak proporsional pada permukaan dan volume kompartemen yang terlibat dalam pertukaran gas. Volume kapiler meningkat lebih cepat daripada volume ruang udara yang nanti akan meningkat lebih cepat daripada volume jaringan padat. Perubahan ini terjadi terutama melalui proses pembentukan septum alveolar. • Selama fase kedua, seluruh kompartemen berkembang lebih proporsional satu sama lainnya. Walaupun alveolus baru masih dapat terbentuk, sebagian besar pertumbuhan terjadi melalui peningkatan volume alveolus yang sudah ada. Permukaan alveolus dan kapiler membesar secara paralel dengan pertumbuhan somatik. • Sebagai akibatnya, individu yang tubuhnya lebih tinggi cenderung memiliki paru yang lebih besar. GIANT BULLA DEFINISI • Definisi dari Bula itu sendiri merupakan sebuah kantong udara (ukuran > 1 cm) dengan bentuk berupa fokus lusensi, dibatasi oleh dinding tipis (<1 mm).7 • Giant bulla didefinisikan sebagai bulla yang mengisi lebih dari 30% hemithoraks dan menyebabkan terjadinya kompresi jaringan paru • Bullous lung disease (Penyakit bula paru) ialah pembentukan dari kantung yang mengandung udara dan cairan di dalam satu atau lebih bagian paru-paru. Kantong-kantong tersebut akhirnya membentuk kista (Bula) yang berisi udara dan dikelilingi oleh jairan paru-paru normal. EPIDEMIOLOGI • Nonkistik Emfisematosa atau bullous lung disease pada anak-anak jarang terjadi, dengan kedua pulmo lebih sering terkena.1 Etiologi
• Idiopathic bullous emphysema
• Late sequelae penyakit pulmo kronik yang terkait dengan kelahiran prematur (bronchopulmonary dysplasia, disingkat menjadi BPD) • Emfisema interstisial paru pada neonatus. Kongenital bulla pada anak perempuan usia 6 tahun. (a) rontgen thorax menunjukan hiperlusensi unilateral pada seluruh paru kanan. (b) CT scan terdapat bulla besar (star) pada paru kanan, menyebabkan kompresi dari mediastinum. 17 Hiperlusensi hemithorax unilateral pada laki-laki berusia 18 tahun dengan riwayat penyakit paru kronik yang berhubungan dengan kelahiran prematur. Dia lahir pada usia 26 minggu. (a) Rontgen thorax AP menunjukan adanya hiperlusensi, hiperekspansi paru kanan dengan adanya pergeseran mediastinum kea rah kiri. (b) CT scan potongan axial menunjukan adanya hiperlusensi dan hiperekstensi sebagian paru kanan, akibat dari emfisema berat. Dan terdapatnya bulla besar dengan dinding yang tipis (Arrows).1 Patogenesis • Giant bulla dapat dikatakan sebagai komplikasi dari emfisema. Selain dapat menimbulkan Dinding alveoli akan meregang menjadi lebih obstruksi pada jaringan pulmo besar namun kurang efisien dalam proses yang berdekatan, sebuah giant pertukaran oksigen dan karbon dioksida selama bulla juga dapat menimbulkan proses pernafasan berlangsung. tekanan pada pulmo kontralateral sehingga menggangu fungsinya. Dapat Kesulitan dalam proses ekspirasi akan disimpulkan, bahwa bahkan mengarah pada terperangkapnya udara di jaringan pulmo yang tidak dalam pulmo, yang dikenal sebagai hiperinflasi terpengaruh langsung oleh giant bulla, akan menjadi kurang efektif.11 Manifestasi Klinis Gejala, Onset Dari Penyakit Belum Sepenuhnya Jelas, Gejala Dari Giant Bulla Dapat Berupa: • Batuk, • Rasa Tekanan Didada, • Kesulitan Menarik Nafas, • Nyeri Dada, • Kelelahan (Karena Kekurang Oksigen). • Dapat Mengeluhkan Berupa Sesak Napas Tiba-tiba Karena Perkembangan Pneumothorax Spontan Atau Peningkatan Mendadak Dari Ukuran Bulla Karna Terperangkapnya Udara. DIAGNOSIS
ANAMNESIS: PEMERIKSAAN FISIK:
Biasanya pasien memiliki Pada perkusi hipersonor, dan riwayat bronkitis kronis, trauma pada beberapa kasus ditemukan dada sebelumnya, dan penyakit tidak adanya taktil fremitus dan paru lainnya. pada auskultasi terdapat penurunan atau tidak adanya suara vesikuler paru • Diagnosis dari Giant bula didasarkan pada pemeriksaan radiologi. Computed Tomography Scan (CT scan), dapat mengidentifikasi distribusi, morfologi, jumlah dan ukuran bula, serta jangkauan dan jenis emfisema pneumothorax yang ada.11 • Pada CT scan, bula muncul sebagai daerah avaskular dengan batas berupa lengkungan (Gambar 4).9 Struktur mediastinum dapat bergeser kesisi kontralateral dari bula.3 Gambar 4. Rontgen thorax menunjukan ada area lusen yang besar pada bagian bawah lapang paru. (Panah Kuning). CTscan menunjukan adanya bulla besar pada hemithorax sinistra. • Bulla dapat memberi gejala dan gambaran radiologi dari pneumothorax, hal tersebut menjadi penting untuk membedakan antara giant bulla dengan pneumothorax sebelum penatalaksanaan. • Jika tanda dari tension seperti deviasi trakea atau tampak adanya mediastinal shift, hal tersebut dapat mengkonfirmasi kemungkinan diagnosis tension pneumothorax.9 • Sebuah kasus yang di publikasikan oleh Bourguin et al, melaporkan pasien dengan bullous lung disease mendapatkan chest tube di tempat yang salah. • Pada pasien dengan bullous lung disease yang berat, CTscan dapat membedakan bulla dari pneumothorax dan dapat menyelematkan pasien dari prosedur yang berbahaya. PENATALAKSANAAN
Pasien dengan Giant bulla terbagi menjadi 4 kelompok: 12
• Group I = Single giant bulla dengan paru yang normal • Group II = Multiple Giant bulla dengan paru yang normal • Group III = Multiple bulla dengan kelainan paru yang secara luas dipengaruhi emypsema • • Pasien Group pada IV =group I danbulla Multiple dengan “kandidat II merupakan paru ideal” kelainan yang yang dan memiliki dipengaruhi penyakitterbaik peluang lain untuk berhasil. Kelompok III dan IV tidak memiliki tingkat keberhasilan yang serupa, dimana paru sudah rusak secara luas, pasien mungkin disarankan untuk menjalani transplantasi paru.12 • Terapi farmakologis hanya memiliki manfaat yang terbatas pada kondisi giant bulla, • Pembedahan pengangkatan dari giant bulla (bullectomy) sudah menjadi pengobatan standar pada pasien-pasien selama bertahun-tahun, dan ini telah dicapai dengan melakukan lateral thoracotomy, reseksi bilateral melalui midline sternotomy. INDIKASI BEDAH KONTRAINDIKASI BEDAH • Dyspnea yang berat dengan • a) Adanya penyakit komorbid adanya giant bulla • b) Sulit untuk mengidentifikasi bulla • Pneumothorax spontan pada foto thorax • Nyeri dada • c) Hipertensi pulmo • Infeksi berulang • Hemoptysis FEV1 kurang dari 35%, hiperkapnia, kapasitas difusi CO2 kurang dari 40% merupakan hal yang berhubungan dengan peningkatan resiko dari intervesi bedah. peningkatan resiko ini biasanya terjadi pada usia tua, tetapi bukan merupakan kontraindikasi KOMPLIKASI • Komplikasi utama dari bulla adalah pneumotoraks, infeksi, dan perdarahan.17 • Komplikasi dari pembedahan dapat berupa terjadinya gagal nafas, pneumonia, perdarahan dan atelektasis. • Komplikasi pada jantung dapat terjadi aritmia, dan komplikasi lainnya dapat Emboli paru, infeksi luka. BAB III KESIMPULAN • Giant bulla didefinisikan sebagai bulla yang mengisi lebih dari 30% hemithoraks dan menyebabkan terjadinya kompresi jaringan paru. • Penyebab tersering bulla pada anak dapat berupa kelainan kongenital (Congenital bulla) idiopathic bullous emphysema, late sequelae penyakit pulmo kronik yang terkait dengan kelahiran prematur Bronchopulmonary Dysplasia dan emfisema interstisial paru pada neonatus. • Gejala, onset dari penyakit belum sepenuhnya jelas, gejala dari giant bulla dapat berupa: batuk, rasa tekanan didada, kesulitan menarik nafas, nyeri dada, kelelahan (karena kekurang oksigen) dan biasanya pasien, riwayat bronkitis kronis, trauma dada sebelumnya, dan penyakit paru lainny, dapat ditemukan perkusi hipersonor, dan pada beberapa kasus ditemukan tidak adanya taktil fremitus dan pada auskultasi terdapat penurunan atau tidak adanya suara vesikuler paru pada pemeriksaan fisik. • Diagnosis dari Giant bula didasarkan pada pemeriksaan radiologi. Computed Tomography Scan (CT scan), dapat mengidentifikasi distribusi, morfologi, jumlah dan ukuran bula, serta jangkauan dan jenis emfisema pneumothorax yang ada. • Pembedahan pengangkatan dari giant bulla (bullectomy) sudah menjadi pengobatan standar. • Komplikasi utama dari bulla adalah pneumotoraks, infeksi, dan perdarahan. Komplikasi dari pembedahan dapat berupa terjadinya gagal nafas, pneumonia, perdarahan dan atelektasis. Komplikasi pada jantung dapat terjadi aritmia, dan komplikasi lainnya dapat Emboli paru, infeksi luka.