You are on page 1of 12

“Analisis Efisiensi Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Grafik

Barber Johnson di Rumah Sakit Umum Dadi Keluarga


Purwokerto Tahun 2017”

Nisa Fahmi Alima


16/401552/SV/12056
Identifikasi Permasalahan
Menurut Sudra (2010:42) indikator efisiensi pelayanan rawat inap
digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi di suatu ruangan
rawat inap, perlu adanya suatu indikator untuk mengukur apakah
ruangan rawat inap tersebut sudah efisien atau belum.
Beberapa indikator efisiensi pelayanan rawat inap diantaranya
meliputi :
a. BOR (Bed Occupancy Rate)
b. AvLOS (Average Length of Stay)
c. TOI (Turn Over Interval)
d. BTO (Bed Turn Over)
Tabel 1. Indikator Efisiensi Pelayanan rawat inap RSU
Dadi Keluarga Purwokerto Tahun 2017

No Indikator Jumlah
1. BOR 78,6%
2. TOI 1 hari
3. BTO 84,8 kali/tahun
4. AvLOS 3 hari
Berdasarkan hasil perhitungan indikator efisiensi
pelayanan rawat inap akan dibuat grafik barber
johnson yang digunakan untuk menyajikan dengan
jelas tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit,
apabila keempat parameter indikator tersebut
bertemu pada satu titik daerah efisiensi.
Berdasarkan hasil observasi di Rumah Sakit Dadi
Keluarga Purwokerto keempat parameter tersebut
tidak bertemu pada satu titik daerah efisiensi
menurut Grafik Barber Johnson serta terdapat
beberapa indikator yang tidak ideal.
GBJ Tahun 2017
30

20
ALOS (HARI)

BOR
LOS
TOI
BTO
10 TITIK

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
TOI (HARI)

Gambar 1. Grafik Barber Johnson Rumah Sakit


Umum Dadi Keluarga Purwokerto tahun 2017
Identifikasi Perkiraan Penyebab Masalah
dan Analisis
Menurut Depkes RI(2005) yang belum ideal adalah indikator
LOS dan BTO. Sedangkan menurut Barber Johnson yang
belum ideal adalah indikator BTO.
 Nilai LOS masih rendah yaitu 3 hari dari standar ideal menurut Depkes
RI yaitu 6-9 hari. Rendahnya nilai LOS dapat diakibatkan oleh kurang
baiknya perencanaan dalam memberikan pelayanan kepada pasien atau
kebijakan dibidang medis (Rustiyanto, 2010).
Namun, nilai LOS dianjurkan serendah mungkin tanpa mempengaruhi
kualitas pelayanan perawatan. Umumnya nilai LOS yang semakin kecil
makin baik dengan tetap memperhatikan kualitas pelayanan yang
diberikan. Nilai LOS sangat dipengaruhi oleh jenis penyakit yang
diderita.
 Nilai BTO yang tinggi yaitu 84,8 kali per tahun. Hal ini menunjukkan
frekuensi atau pergantian pasien yang sangat cepat sehingga pergantian
tempat tidur melebihi ketentuan. Capaian BTO ini menunjukkan
bahwa jumlah pasien yang dirawat melebihi kapasitas tempat tidur
yang ada, sehingga satu tempat tidur terlalu banyak digunakan oleh
pasien secara berkali-kali. Hal tersebut tentu merupakan kondisi yang
menguntungkan bagi pihak rumah sakit karena tempat tidur yang telah
disediakan tidak ada “kekosongan” atau aktif menghasilkan keuntungan.
Namun kondisi tersebut mudah menimbulkan
ketidakpuasan pasien, mengancam keselamatan
pasien, menurunkan kinerja kualitas medis dan
bisa meningkatkan kejadian infeksi nosokomial karena
tempat tidur tidak sempat dibersihkan atau disterilkan.
Jadi dibutuhkan angka BTO yang ideal dari aspek
medis, pasien, dan manajemen rumah sakit.
Alternatif Solusi dan Pemilihan Solusi
Terbaik
Solusi yang disarankan antara lain :
a. Menetapkan standar pelayanan yang disepakati oleh tenaga medis
khususnya dokter-dokter yang bekerja di rumah sakit.
b. Merencanakan penambahan tempat tidur rawat inap, dengan
memperhatikan jumlah kebutuhan tempat tidur yang diperlukan,
rata-rata jumlah pasien rawat inap, dan persediaan keuangan yang
dimiliki oleh rumah sakit.
Kesimpulan
 Beberapa indikator efisiensi pelayanan rawat inap diantaranya adalah : BOR (Bed
Occupancy Rate), AvLOS (Average Length of Stay), TOI (Turn Over Interval), dan
BTO (Bed Turn Over)
 Pelayanan rawat inap di Rumah Sakit Umum Dadi Keluarga pada tahun 2017 belum
dikatakan efisien menurut standar ideal Barber Johnson dan Depkes RI (2005).
 Indikator yang sudah sesuai menurut standar ideal Barber Johnson adalah BOR,
TOI, dan AvLOS. Sedangkan indikator yang sudah sesuai menurut standar ideal
Depkes RI (2005) adalah BOR dan TOI.
 Hasil analisis tingkat efisiensi indikator rawat inap berdasarkan grafik

barber johnson menunjukkan bahwa titik pertemuan keempat


parameter berada diluar daerah efisiensi.

 Alternatif solusi yang disarankan penulis yaitu penetapan standar

pelayanan yang disepakati oleh tenaga medis khususnya dokter-dokter


yang bekerja di rumah sakit dan rencana penambahan tempat tidur.

You might also like