You are on page 1of 31

REFERAT

AFASIA
Putri Arini, S.Ked 04054821820003
Aulia Ulfah,S.Ked 04054821719102

PEMBIMBING :
dr. H. M. Hasnawi Haddani, Sp.S

DEPARTEMEN NEUROLOGI
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
OUTLINES

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KESIMPULAN


BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
MEMORI

VISUOSPATIAL
FUNGSI LUHUR
BAHASA

KOGNISI

EMOSI
AFASIA

Afasia adalah gangguan kemampuan berbahasa seseorang (baik lisan


maupun tulis) yang disebabkan oleh gangguan atau kerusakan di otak
(Kusumoputro, 1999:22)
• Di Amerika, afasia banyak dijumpai
pada 20% penderita stroke.

• Diagnosis afasia merupakan hal yang


penting karena membutuhkan terapi
yang khusus.
Afasia dapat
AFASIA memperburuk
kualitas hidup
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

FISIOLOGI BERBICARA

ETIOLOGI

PATOFISIOLOGI
Definisi
Afasia adalah gangguan atau ketidakmampuan dalam berbahasa yang
disebabkan oleh gangguan pada otak, dimana gangguan tersebut bukan
merupakan penyakit yang herediter, tidak disebabkan oleh gangguan
pendengaran, gangguan penglihatan, atau kelemahan motorik.
 Area asosiasi yang paling
penting diantaranya area
asosiasi parieto-oksipito-
temporal, area asosiasi
prefrontal, dan area
asosiasi limbik.
 terletak dalam ruang
kortikal parietal dan
oksipital yang besar yang
dibatasi oleh korteks
somatosensorik bagian
anterior
 Area ini memberi tafsiran
derajat tinggi untuk
mengartikan sinyal-sinyal
dari seluruh area sensorik
sekitarnya
 terletak di belakang
korteks auditorik primer
pada bagian posterior
girus temporalis di lobus
temporalis
 Regio ini merupakan
regio yang paling penting
di seluruh otak untuk
Pada bagian posterior area
fungsi intelektual yang
pemahaman bahasa, terutama lebih tinggi karena
terletak di region anterolateral hampir semuanya
pada lobus oksipitalis, terdapat didasarkan pada
area asosiasi pengelihatan yang bahasa.
mencerna informasi pengelihatan
dari kata-kata yang dibaca ke
dalam area Wernicke
 . Girus yang disebut girus angularis
diperlukan untuk mengartikan kata-
kata yang diterima secara visual.
Bila area ini tidak ada, seseorang
masih dapat memiliki pemahaman
bahasa yang sangat baik dengan
cara mendengar tetapi tidak
dengan cara membaca.
 Di daerah paling lateral dari lobus
oksipitalis anterior dan lobus
temporalis posterior terdapat area
untuk memberi nama suatu objek.
Nama-nama ini terutama dipelajari
melalui input pendengaran
sedangkan sifat fisik suatu objek
dipelajari terutama melalui input
visual.
 Area asosiasi prefrontal fungsinya
berkaitan erat dengan korteks
motoric untuk merencanakan pola-
pola yang kompleks dan berurutan
dari gerakan motorik.
 area ini menerima input melalui
berkas subkortikal masif dari
serabut-serabut saraf
 Kebanyakan output dari area
prefrontal ini masuk ke dalam sistem
pengatur motorik yang berjalan
melalui bagian kaudatus dari
lintasan umpan balik ganglia basalis-
talamus guna melakukan
perencanaan motorik yang
menghasilkan banyak komponen
angsangan gerakan yang berurutan
dan bersifat paralel.
 Regio khusus pada korteks frontalis
yang disebut area Broca memiliki
lintasan saraf untuk pembentukan
kata.
 Area ini sebagian terletak di
korteks prefrontal bagian posterior
lateral dan sebagian lagi terletak
di area premotorik.
 Di area ini rancangan dan pola
motorik untuk menyatakan kata-
kata atau bahkan kalimat pendek
dicetuskan dan dilaksanakan. Area
ini bekerja sama dengan area
Wernicke di korteks asosiasi
temporal.

 Area asosiasi somatik, visual,
dan auditorik semuanya saling
bertemu satu sama lain di
bagian posterior lobus
temporalis superior. Daerah
pertemuan dari berbagai area
interpretasi sensorik ini terutama
berkembang pada sisi otak
yang dominan (sisi kiri pada
hampir semua orang yang
bertangan kanan).
 Area ini sangat berperan pada
fungsi pemahaman otak yang
lebih tinggi (fungsi luhur) dalam
setiap bagian korteks serebri.
Fungsi ini disebut intelegensia.
stroke

Penyakit Cedera
degenertif Afasia kepala

Tumor otak
 Are Broc atau area 44 dan 45 Broadmann,
bertanggung jawab atas pelaksanaan
motorik berbicara. Lesi pada area ini akan
mengakibatkan kersulitan dalam artikulasi
tetapi penderita bisa memahami bahasa
dan tulisan.
 Area Wernicke atau area 41 dan 42
Broadmann, merupakan area sensorik
penerima ntuk impuls pendengaran. Lesi
pada area ini akan mengakibatkan
penurunan hebat kemampuan memahami
serta mengerti suatu bahasa.

 Secara umum afasia muncul akibat lesi


pada kedua area pengaturan bahasa di
atas. Selain itu lesi pada area disekitarnya
juga dapat menyebabkan afasia
transkortikal. Afasia juga dapat muncul
akibat lesi pada fasikulus arkuatus, yaitu
penghubung antara area Broca dan area
Wenicke.
 Girus angularis merupakan bagian lobus
parietalis posterior yang paling inferior,
terletak tepat di belakang area Wernicke
dan di sebelah posterior bergabung
dengan area visual lobus oksipitalis.
 Bila daerah ini mengalami kerusakan
sedangkan area Wernicke di lobus
temporalis tetap utuh, pasien masih dapat
menginterpretasikan pengalaman
auditoriknya namun rangkaian pengalaman
visual yang berjalan dari korteks visual ke
area Wernicke benar-benar terhambat.
 Oleh karena itu pasien mungkin masih
mampu melihat kata-kata dan bahkan tahu
mengenai kata-kata itu tetapi tidak dapat
menginterpretasikan arti dari kata-kata itu.
Keadaan ini disebut disleksia atau buta
kata-kata (word blindness).
EPIDEMIOLOGI
 Di Indonesia, data epidemiologi penduduk yang menderita afasia
tidak diketahui. Data insidensi di Amerika Serikat pun terbatas.
Namun berdasarkan data tersebut, stroke merupakan penyebab
tersering dari afasia. Dikatakan dari 20% pasien stroke terdapat
pula afasia.

 Di setiap tahunnya, terdapat sekitar 170.000 kasus afasia baru


yang berkaitan dengan stroke. Jumlah pasien dengan gangguan
berbahasa yang diakibatkan oleh trauma otak, tumor otak, maupun
lesi lain pada otak tidak sepenuhnya diketahui.

 Penyebab tersering kedua dari afasia ialah penyakit degeneratif


seperti alzeimer atau demensia dengan prevalensi alzeimer per
tahun di Amerika ialah 5.000.000 kasus.
KLASIFIKASI
GEJALA
DIAGNOSIS

Anamnesis
Afasia muncul secara Pada pasien harus
mendadak pada ditanyakan riwayat Pada pasien harus
pasien dengan stroke kejang atau episode ditanyakan tentang
atau cedera kepala. afasia sebelumnya. riwayat gangguan
Pasien dengan penyakit Riwayat nyeri kepala pada memori atau
neurodegeneratif atau baik akut maupun riwayat gangguan
lesi tumor dapat kronik dapat menjadi dalam melakukan
menderita afasia petunjuk penting untuk kegiatan sehari-hari
secara perlahan. mendiagnosa kondisi
tertentu.
DIAGNOSIS: PEMERIKSAAN

Pemeriksaan berbicara spontan


• Langkah pertama dalam menilai berbahasa adalah mendengarkan
bagaimana pasien berbicara spontan atau bercerita. Pasien dapat
diminta untuk menceritakan hal-hal yang terjadi dalam waktu dekat,
• Yang dinilai ialah apakah bicaranya pelo, cadel, tertegun, diprosodik
(irama, ritme, intonasi terganggu) dan apakah ada afasia, kesalahan
sintaks, salah menggunakan kata, dan perseverasi.
Pemeriksaan kelancaran berbicara
• Kelancaran berbicara verbal ini merupakan refleksi dari efisiensi
menemukan kata.
• Pasien diminta untuk menyebutkan sebanyak-banyaknya nama jenis
hewan atau menyebutkan kata-kata yang dimulai dengan huruf
tertentu selama jangka waktu satu menit.
DIAGNOSIS: PEMERIKSAAN

Pemeriksaan pemahaman
(komprehensi) bahasa lisan
Konversasi Suruhan
Ya atau Menunjuk
Dengan mengajak Serentetan suruhan,
pasien bercakap- mulai dari yang Tidak Pasien diminta
cakap dapat sederhana (satu Kepada pasien untuk menunjuk
dinilai langkah) sampai dapat juga mulai dari benda
kemampuannya pada yang sulit diberikan yang mudah
dalam memahami dapat digunakan pertanyaan dipahami
pertanyaan dan untuk menilai tertutup dengan kemudian berlanjut
suruhan yang kemampuan pasien bentuk jawaban ke benda yang
diberikan oleh dalam memahami “ya” atau “tidak”. lebih sulit.
pemeriksa. perintah.
DIAGNOSIS: PEMERIKSAAN

Pemeriksaan repetisi
• Kemampuan mengulang dinilai dengan menyuruh pasien mengulang
mula-mula kata yang sederhana (satu patah kata) kemudian
ditingkatkan menjadi banyak (satu kalimat).
• Orang normal umumnya dapat mengulang kalimat yang mengandung
19 suku kata.
Pemeriksaan menamai dan menemukan kata
• Kemampuan menamai objek merupakan salah satu dasar fungsI
berbahasa
• Penilaian harus mencakup kemampuan pasien menyebutkan nama
objek, bagian dari objek, bagian tubuh, warna, dan bila perlu
gambar geometrik, simbol matematik, atau nama dari suatu tindakan.
Dalam hal ini, perlu digunakan benda-benda yang sering digunakan
sampai ke benda-benda yang jarang ditemui atau digunakan.
PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan pada pasien afasia bergantung
pada penyebab dari sindrom afasia itu sendiri.
 Terapi berbicara dan berbahasa merupakan terapi
utama dalam afasia. Waktu dan teknik
pelaksanaan intervensi pada pasien afasia
bervariasi luas karena penelitian yang dilakukan
sangat minim.
 Kesulitan yang dialami pasien dalam menjalani
terapi ini sangat beragam karena berbeda dari
individu ke individu.
PROGNOSIS
 Prognosis pada pasien afasia sangat bergantung
pada penyebabnya
 Prognosis kesembuhan kemampuan berbahasa
bervariasi, tergantung pada ukuran lesi dan umur
serta keadaan umum pasien.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
 Afasia merupakan penyakit penyerta dari berbagai penyakit
neurologis lain seperti stroke, cedera kepala, tumor otak, dan
penyakit neurodegeneratif. Dengan gejala kurangnya pemahaman
bahasa dan ketidakmampuan dalam mengungkapkan kata-kata,
afasia sangat berpengaruh bagi kualitas hidup pasien.
 Diagnosis dini dari afasia sangat penting untuk memulai terapi
afasia agar defisit yang dialami tidak makin berat. Untuk itu,
seorang dokter harus dapat mendiagnosa afasia dengan tepat,
dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang untuk melihat penyebab dan lokasi lesi afasia.
 Terapi utama dari afasia adalah terapi berbicara. Terapi ini biasa
dilakukan oleh tenaga rehabilitasi medik dan dipantau oleh ahli
syaraf. Tingkat keberhasilan dari terapi ini sangat bergantung
kepada penyebab dari afasia itu sendiri. Oleh karena itu, afasia
tidak boleh dibiarkan serta tidak boleh diterapi tunggal melainkan
biasanya digunakan terapi kombinasi.
THANK YOU

You might also like