You are on page 1of 57

Alternative Dispute Resolution

(Alternatif Penyelesaian Sengketa / APS)

1
Sengketa (Dispute)
• Teori-teori tentang sebab-sebab terjadinya sengketa:
– teori hubungan masyarakat: konflik terjadi karena adanya
ketidakpercayaan dan rivalitas kelompok dalam masyarakat.
– teori negosiasi prinsip: konflik terjadi karena posisi-posisi para pihak
yang tidak selaras dan adanya perbedaan-perbedaan diantara para
pihak.
– teori identitas: konflik terjadi karena suatu kelompok merasa
identitasnya teracam oleh pihak lain.
– teori kesalahpahaman: konflik terjadi karena terjadinya
ketidakcocokan komunikasi diantara para pihak karena datang dari
budaya yang berbeda.
– teori transformasi: konflik terjadi karena adanya masalah-masalah
ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang mewujud dalam bidang sosial,
ekonomi dan politik.
– teori kebutuhan manusia: konflik terjadi karena kebutuhan satu pihak
merasa dihalangi oleh pihak lainnya.
(Takdir Rahmadi (2010), 7-9)

2
Menyelesaikan Sengketa
1. Melalui Pengadilan:
– Litigasi
2. Diluar pengadilan:
– Non-Litigasi ( APS )

3
Sejarah APS

• Lahir di Amerika Serikat pada tahun 1970-an;


- ADR merupakan istilah yang pertama kali muncul di Amerika Serikat. Konsep ini
merupakan jawaban atas ketidakpuasan (dissatisfaction) yang muncul di
masyarakat Amerika Serikat terhadap system pengadilan mereka. Pada intinya
ADR dikembangkan, baik oleh para praktisi hukum maupun para akademisi
sebagai cara penyelesaian sengketa yang lebih memiliki akses pada keadilan.
Dengan demikian, proses litigasi merupakan pilihan terakhir menyelesaikan
sengketa.
• Tahun 1976, Prof. Frank Sander (Harvard University):
– Perkara terlalu banyak masuk ke Pengadilan. Dua solusinya adalah:
• Mencegah terjadinya sengketa;
• Mengeksplor alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan.

4
2 Pandangan Tentang APS :
1. Semua cara penyelesaian sengketa selain
melalui proses peradilan. Arbitrase termasuk
APS;
2. Cara penyelesaian sengketa berdasarkan
konsensus atau mufakat. Penyelesaian
sengketa yang sifatnya memutus (ajudicative)
tidak termasuk ke dalam APS. Arbitrase tidak
termasuk APS.
(Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat (2010), 11)

5
APS dan Antitesa Terhadap
Lembaga Peradilan
• Waktu: persidangan yang berlarut-larut.
• Adversary: saling menyerang dalam pengadilan
(bermusuhan).
• Biaya mahal
• Prosedur yang ketat
• Lawyer oriented: karena proses yang rumit, hanya
pihak yang punya keahlian yang bisa bersidang di
pengadilan.

6
Lanjutan APS…
• Ungkapan mengenai citra pengadilan:
– Hilang kerbau untuk mendapatkan kambing kembali.
– Menang jadi arang, kalah jadi abu.
• Win-Lose Situation: menghasilkan loser and winner.
• Kurangnya kemampuan hakim: hakim tidak mampu
mengimbangi kemajuan zaman.
• Hubungan putus
• Memicu konflik baru.

7
• Penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan
melalui Litigasi dan Non Litigasi.
• Penyelesaian melalui Litigasi diatur dalam Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman yang mengatur penyelesaian melalui
peradilan umum, peradilan militer, peradilan agama,
peradilan tata usaha negara, dan peradilan khusus
seperti peradilan anak, peradilan niaga, peradilan
pajak, peradilan penyelesaian hubungan industrial
dan lainnya.

8
• Penyelesaian melalui Non Litigasi
Diatur dalam :
- Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,
- Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, dan
- Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
yang dilakukan dengan pihak perantara dengan cara
musyawa-rah mufakat, melalui Negosiasi, Konsiliasi,
dan Mediasi untuk win-win solution, dan melalui
Arbitrase.

9
Alasan Melalui Non Litigasi …
• Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi :
• 1. Penyelesaian sangat lambat
• 2. Biaya perkara mahal
• 3. Peradilan pada umumnya tidak responsif
• 4. Putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah
• 5. Kemampuan para Hakim bersifat generalis.

10
DASAR HUKUM APS
• Dasar Filosofi  Pancasila (asas penyelesaian sengketa
melalui musyawarah untuk mencapai mufakat)
• Reglement op de Burgelijke Rechtvordering (RV) 
pengaturan mengenai Arbitrase
• Konvensi Washington (dgn UU No. 5/68)
• Konvensi New York (dgn Kepres No. 34/81)
• UU No. 14/70 ttg Kekuasaan Kehakiman telah diakomodir
hal sbb: “ Penyelesaian perkara di luar pengadilan, atas
dasar perdamaian atau melalui wasit (arbitrase)
{penjelasan ps. 3 UU No. 14/70}
• UU No. 48/2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 58.
• Tahun 1977 didirikan BADAN ARBITRASE NASIONAL
(BANI)

11
DASAR HUKUM APS
• Dasar Hukum NEGOSIASI, MEDIASI,
KONSILIASI belum ada pengaturan secara
tegas, hanya berpedoman pada ETIKA BISNIS
• UU No. 30 Tahun 1999  tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa (isinya lebih
cocok disebut UU ttg Arbitrase dan mekanisme
proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase,
sedangkan lembaga APS lain tidak dibahas

12
DASAR- DASAR
TEKNIK PENYELESAIAN SENGKETA
Penyelesaian sengketa dapat dilakukan
melalui jalur:

Litigasi

Non Litigasi
(Alternative Dispute Resolution)

13
Waktu lama

Mahal Litigasi Pertikaian

proses
penyelesaian sengketa
melalui
Jalur Pengadilan
Kurang Jujur Kurang Netral

14
Murah
Hub. baik

Cepat APS
Sukarela

proses
Non Judicial
penyelesaian sengketa
Sesuai
(luwes) di luar Kebutuhan
Jalur Pengadilan

Rahasia
Netral

15
LATAR BELAKANG APS

Tuntutan Dunia Bisnis

Kritik Bagi Lembaga Peradilan

Peradilan Tidak Responsif

Kemampuan Hakim yang Generalis

16
BENTUK-BENTUK APS
Negosiasi

Mediasi

Konsoliasi

Arbitrase

17
APS Menurut Hukum Indonesia
• Diatur di dalam UU No. 30/1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa;
– UU mengatur dua hal:
• Arbitrase, dan
• APS.
• APS adalah alternatif jalan yang dapat ditempuh
sebelum masuk ke jalur arbitrase.
• Cara-cara yang bisa ditempuh dalam APS:
– Konsultasi
– Negosiasi
– Mediasi
– Konsiliasi atau penilaian ahli

18
ADA BEBERAPA BENTUK APS

I. The Binding Adjudicative Procedures


Prosedur ini mengikat karena biasanya menghasilkan keputusan yang
mengikat tentang hak hak dari para pihak yang diputuskan oleh pihak ke
3 yang netral.
- Litigasi: penyelesaian sengketa antara para pihak melalui jalur
peradilan.
- Arbitrasi: penyelesaian sengketa (umumnya dagang) melalui proses
yang disetujui sejak awal dimana proses tersebut ditentukan oleh
pihak yang berperkara.
- Med-Arb (Mediasi-Arbitrasi): penyelesaian sengketa dimulai
dengan proses mediasi oleh mediator yang netral dan apabila ada
isue isue yang teknis tidak dapat diputuskan maka dapat dilanjutkan
oleh proses arbitrase.
- Hakim Partikulir: pemeriksaan isu tertentu atau keseluruhan
didepan hakim partikulir, wasit melalui penunjukan atau
persetujuan para pihak.

19
II. The Non Binding Adjudicative Procedures
Prosedur ini tidak mengikat dan murni berupa pemberian nasehat. Prosedur
ini tergantung sepenuhnya kepada kerelaan para pihak dan sering sekali
dilakukan oleh bantuan pihak ketiga yang tidak memihak.
- Konsiliasi : Penengah akan bertindak menjadi konsiliator dengan kesepa
katan para pihak dengan mengusahakan solusi yang dapat diterima para
pihak. Bila sepakat, maka keputusannya menjadi mengikat .
- Mediasi: dimana mediator membantu para pihak mencapai penyelesaian
atas dasar negosiasi suka sama suka atas perbedaan pendapat mereka.
- Mini Trial: Biasanya digunakan dalam sengketa perusahaan2 besar.
Umumnya lawyer dari masing2 pihak melakukan pembicaraan terlebih
dahulu sebelum pimpinan eksekutif dari kedua perusahaan bertemu,
dengan didampingi penasehat ketiga netral yang dapat memberikan
nasehat2 secara rahasia kepada pimpinan eksekutif. Selanjutnya mereka
dapat berunding sendiri untuk memperoleh penyelesaian berdasarkan
usulan2 yang mereka dengar. Secara sederhana proses ini mencakup 3
tahap, proses pembuktian, proses pertukaran informasi, dan akhirnya
pembicaraan mengenai materi sengketa

20
• Summary Jury Trial: bentuk ini hampir sama dengan Mini trial, proses
penyelesaiannya diawali dengan penunjukan beberapa orang dalam grup
yang akan bertindak sebagai juri. Pengacara masing2 diberikan
kesempatan secara singkat untuk mempresentasikan perkaranya dan
pada akhirnya meminta pendapat para juri untuk mengambil keputusan.
Keputusan diambil berdasarkan alasan2 yang dikemukakan pada
penyampaian permasalahan kasus
• Neutral Expert Fact Finding: pendapat para ahli untuk suatu hal yang
bersifat teknis dan sesuai bidangnya sebelum litigasi dilakukan.Banyak
digunakan dalam sengketa konstruksi, perburuhan, sehingga hasil dari fact
finder ini dapat digunakan sebagai dasar perundingan lebih lanjut
• Early Neutral Evaluation: praktisi hukum yang handal, netral,
berpengalaman membantu para pihak untuk menganalisa isu isu kritis
yang diperkarakan
• Settlement Conference: Sistim ini hampir sama dengan di Indonesia
penerapan mediasi di pengadilan. Disini hakim hadir tidak dalam kapasitas
kewenangan memutus perkara, fungsinya hanya mendorong para pihak
mencari penyelesaiannya sendiri

21
APS Mengenyampingkan Litigasi
Sengketa atau beda pendapat perdata dapat
diselesaikan oleh para pihak melalui alternatif
penyelesaian sengketa yang didasarkan pada
itikad baik dengan mengesampingkan
penyelesaian secara litigasi di Pengadilan
Negeri’ (Pasal 6 ayat (1) UU No. 30/1999)

22
Pengertian APS
Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah
lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para
pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan
dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, atau penilaian ahli’ (Pasal 1 angka 10
UU No. 30/1999).

23
Konsultasi
(dalam waktu 14 hari)
‘Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diselesaikan dalam
pertemuan langsung oleh para pihak dalam waktu
paling lama 14 (empat belas) hari dan hasilnya
dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis’ (Pasal 6
ayat (2) UU No. 30/1999).
- Pertemuan langsung;
- Waktu 14 hari;
- Dituangkan dalam kesepakatan tertulis.

24
Penasehat Ahli dan Mediator
(non-lembaga)
Dalam hal sengketa atau beda pendapat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat diselesaikan,
maka atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa
atau beda pendapat diselesaikan melalui bantuan
seorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui
seorang mediator’ (Pasal 6 ayat (3) UU No. 30/1999).
- Kesepakatan tertulis para pihak;
- Bantuan penasehat ahli;
- Bantuan mediator.

25
Mediator Lembaga
(setelah 14 hari)
Apabila para pihak tersebut dalam waktu paling lama 14 (empat
belas) hari dengan bantuan seorang atau lebih penasehat ahli
maupun melalui seorang mediator tidak berhasil mencapai kata
sepakat, atau mediator tidak berhasil mempertemukan kedua
belah pihak, maka para pihak dapat menghubungi sebuah
lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian
sengketa untuk menunjuk seorang mediator’ (Pasal 6 ayat (4)
UU No. 30/1999).
- 14 hari bantuan panasehat ahli atau mediator non-lembaga
tidak berhasil;
- Menghubungi lembaga arbitrase atau lembaga APS untuk
menunjuk seorang mediator.

26
Dalam 7 hari Mediasi dimulai
‘Setelah penunjukan mediator oleh lembaga
arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian
sengketa, dalam waktu paling lama 7 (tujuh)
hari usaha mediasi harus sudah dapat dimulai’
(Pasal 6 ayat (5) UU No. 30/1999).
- Penunjukan mediator;
- Dalam 7 hari mediasi dimulai.

27
Kesepakatan dalam 30 hari
Usaha penyelesaian sengketa atau beda pendapat
melalui mediator sebagaimana dimaksud dalam ayat
(5) dengan memegang teguh kerahasiaan, dalam waktu
paling lama 30 ( tiga puluh ) hari harus tercapai
kesepakatan dalam bentuk tertulis yang ditandatangani
oleh semua pihak yang terkait’ (Pasal 6 ayat (6) UU No.
30/1999).
- Kesepakatan harus dicapai dalam 30 hari;
- Kesepakatan tertulis;
- Ditandatangani oleh semua pihak yang terkait.

28
Final dan Mengikat dan wajib daftar
dalam 30 hari
Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda
pendapat secara tertulis adalah final dan
mengikat para pihak untuk dilaksanakan dengan
itikad baik serta wajib didaftarkan di Pengadilan
Negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)
hari sejak penandatanganan’ (Pasal 6 ayat (7)
UU No. 30/1999).
- Keputusan final dan mengikat;
- Wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri;
- 30 hari sejak penandatanganan.

29
Menyelesaikan kesepakatan dalam 30 hari

Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda


pendapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (7)
wajib selesai dilaksanakan dalam waktu paling
lama 30 ( tiga puluh) hari sejak pendaftaran’
(Pasal 6 ayat (8) UU No. 30/1999).

30
Mengajukan ke lembaga arbitrase
atau arbitrase ad-hoc
Apabila usaha perdamaian sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) sampai dengan ayat (6)
tidak dapat dicapai, maka para pihak
berdasarkan kesepakatan secara tertulis dapat
mengajukan usaha penyelesaiannya melalui
lembaga arbitrase atau arbitrase ad–hoc’ (Pasal
6 ayat (9) UU No. 30/1999).

31
Alur APS
(UU No. 30/1999)
Konsultasi
↓ tidak ada kesepakatan
Penasehat Ahli -Mediator (Non-lembaga)
↓ tidak ada kesepakatan
Mendiator (Lembaga)
↓ tidak ada kesepakatan
Lembaga Arbitrase atau Arbitrase ad-hoc.

32
Landasan Yuridis
Pilihan Penyelesaian Sengketa

Pasal 58 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009


tentang Kekuasaan Kehakiman, menyatakan
bahwa “ upaya penyelesaian sengketa perdata
dapat dilakukan di luar pengadilan negara melalui
arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa (
APS )”.

33
Lanjut …
Pasal 60 Ayat (1) UU 48/2009
Alternatif penyelesaian sengketa meru-pakan
lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati
para pihak, yakni pe-nyelesaian di luar
pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

34
Lanjut ..
Pasal 2 UU 30/1999
Undang-undang ini mengatur penyelesaian sengketa
atau beda pendapat antar para pihak dalam suatu
hubungan hukum tertentu yang telah mengadakan
perjanjian arbitrase yang secara tegas menyatakan
bahwa semua sengketa atau beda pendapat yang timbul
atau yang mungkin timbul dari hubungan hukum
tersebut akan diselesaikan dengan cara arbitrase atau
melalui alternatif penyelesaian sengketa.

35
Lanjut …
Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pen-dapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni, penyelesaian
di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa
perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa

36
Lanjut …
Ajudikasi merupakan cara penyelesaian suatu
sengketa melalui lembaga peradilan (non-ajudikasi
berarti di luar pengadilan).
Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat
melalui prosedur yang disepakati para pihak, yaitu,
penyelesaian sengketa di luar pengadilan.

37
Lanjut …
Negosiasi merupakan proses upaya untuk mencapai
kesepakatan dengan pihak lain, suatu proses interaksi dan
komunikasi yang dinamis dan beraneka ragam, dapat lembut
dan bernuansa, sebagaimana manusia itu sendiri. Orang
bernegosiasi dalam situasi yang tidak terhitung jumlahnya di
mana mereka membutuhkan atau menginginkan sesuatu yang
dapat diberikan ataupun di-tahan oleh pihak atau orang lain,
bila mere-ka menginginkan untuk memperoleh kerja sama,
bantuan atau persetujuan orang lain, atau ingin menyelesaikan
atau mengurangi persengketaan atau perselisihan,

38
Lanjut …
Negosiasi sangat terikat dengan kebudayaan
suatu bangsa dan/atau karakter seseorang.
Karena itu, pihak negosiator yang baik biasa- nya
harus mengetahui terlebih dahulu bangsa mana
dan/atau orang mana yang menjadi lawan
negosiasinya dan bagaimana karakteristik dari
bangsa tersebut dalam bernegosiasi.

39
Arti dan Makna Mediasi
• Mediasi berasal dari Inggris “mediation”,
berarti penyelesaian sengketa yang
melibatkan pihak ketiga sebagai penengah
atau penyelesaian sengketa secara me-
nengahi, yang menengahinya dinamakan
mediator atau orang yang menjadi penengah.

40
Perdamaian di Pengadilan
• Pasal 130 HIR/154 Rbg
• Jika pada hari yang ditentukan, kedua belah pihak datang,
maka pengadilan negeri mencoba dengan perantaraan
ketuanya akan mendamaikan mereka.
• Jika perdamaian yang demikian itu terjadi, maka tentang hal-
hal yang diperdamaikan diperbuat sebuah akte, dan kedua
belah pihak diwajibkan untuk mentaati perjanjian yang
diperbuat itu, dan surat (akta) itu akan berkekuatan hukum
dan akan diperlakukan sebagai putusan hakim yang biasa.

41
Mediasi : Pasal 1851 KUH Perdata
1. Adanya persetujuan antara para pihak
2. Persetujuan mana untuk melakukan tiga hal :
• A. menyerahkan suatu barang
• B. menjanjikan suatu barang
• C. menahan suatu barang
3. Persetujuan itu untuk mengakhiri suatu sengketa.
4. Perdamaian atas sengketa yang telah ada
5. Berbentuk tertulis

42
Lanjut …
Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan
masalah di mana pihak luar yang tidak memi-hak
(impartial) dan netral bekerja dengan pihak yang
bersengketa untuk membantu mereka
memperoleh kesepakatan perjanjian dengan
memuaskan.
Berbeda dengan hakim atau arbiter; mediator
tidak mempunyai wewenang untuk memu-
tuskan sengketa para pihak.

43
Lanjut …
Namun, dalam hal ini para pihak mengu-asakan kepada
mediator untuk membantu mereka menye-lesaikan
persoalan-persoalan di antara mereka.
Asumsinya bahwa pihak ketiga akan mampu mengubah
kekuatan dan dinamika sosial hubungan konflik dengan
cara mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku
pribadi para pihak, dengan memberikan pengetahuan
atau informasi, atau dengan meng-gunakan proses
negosiasi yang lebih efektif, dan dengan demikian
membantu para pe-serta untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan yang dipersengketakan.

44
Arti dan Makna Konsiliasi
Konsiliasi atau Conciliation adalah penye-lesaian
perselisihan yang dilakukan melalui seorang atau
beberapa orang atau badan sebagi penengah
yang disebut konsiliator dengan
mempertemukan atau memberi fasilitas kepada
pihak-pihak yang berselisih untuk menyelesaikan
perselisihannya secara damai.

45
Konsultasi
• Pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu
tindakan yang bersifat “personal” antara
suatu pihak tertentu (klien) dengan pihak lain
yang merupakan pihak konsultan yang
memberikan pendapatnya kepada klien sesuai
dengan keperluan dan kebutuhan kliennya.
Keputusan tetap berada di tangan klien.
Negosiasi & Perdamaian
• Negosiasi merupakan komunikasi dua arah
yang dirancang untuk mencapai kesepakatan
pada saat kedua belah pihak memiliki
kepentingan yang sama maupun berbeda.
Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak
yang bersengketa untuk mendiskusikan
penyelesaiannya tanpa melibatkan pihak
ketiga.
• Pasal 6 (2) UU No. 30/1999 dikatakan bahwa
para pihak dapat dan berhak untuk
menyelesaikan sendiri sengketa yang timbul
diantara mereka, kesepakatan mengenai
penyelesaian tersebut harus dituangkan
dalam bentuk tertulis dengan melakukan
pertemuan langsung antara para pihak yang
bersengketa dengan tenggang waktu
penyelesaian paling lama 14 hari
Mediasi
• Pasal 6 (3) “atas kesepakatan tertulis para
pihak” sengketa atau beda pendapat
diselesaikan melalui bantuan “Seorang atau
lebih penasehat ahli” maupun melalui
“Seorang Mediator”.
Arti dan Makna Abitrase
Arbitrase berarti kekuasaan untuk menye-lesaikan
sesuatu menurut kebijaksanaan atau damai oleh arbiter
atau wasit,
Arbiter adalah suatu proses yang mudah atau simple
yang dipilih oleh para pihak secara sukarela yang ingin
agar perkaranya diputus oleh juru pisah yang netral
sesuai dengan pilihan mereka di mana keputusan
mereka berdasarkan dalil-dalil dalam perkara tersebut.
Para pihak setuju semula untuk menerima putusan
tersebut secara final dan mengikat.

50
Kelebihan sistem APS antara lain :
1. Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak;
2. Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan
karena hal prosedural dan administratif;
3. Para pihak dapat memilih para pihak yang
menurut keyakinannya mempunyai
pengetahuan, pengalaman serta latar
belakang yang cukup mengenai masalah yang
disengketakan, jujur dan adil
4. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum
untuk menyelesaikan masalahnya serta proses
dan tempat penyelenggaraan APS ; dan
5. Putusan APS merupakan putusan yang mengikat
para pihak dan dengan melalui tata cara
(prosedur) sederhana saja ataupun langsung
dapat dilaksanakan.
6. Lebih sesuai dengan kultur Asia (termasuk Indonesia); yang
lebih mengutamakan prinsip musyawarah untuk mencapai
mufakat dalam menyelesaikan setiap permasalahan;
7. Para pihak dapat terlibat secara aktif; yang dalam hal ini
Mediator hanya mengarahkan jalannya proses penyelesaian
melalui negoisasi yang dilakukan para pihak yang
bersengketa;
8. Dapat diselenggarakan secara informal dan lebih fleksibel;
sehingga dapat menghilangkan kesan enggan lantaran status
social dan ekonomi yang melatar belakangi para pihak;
9. Relatif Cepat & Murah; tidak melalui prosedur yang berbelit-
belit, waktu bisa ditentukan oleh kedua belah pihak dan
biayanya sudah bisa diprediksikan sejak awal;
6. Lebih sesuai dengan kultur Asia (termasuk Indonesia); yang
lebih mengutamakan prinsip musyawarah untuk mencapai
mufakat dalam menyelesaikan setiap permasalahan;
7. Para pihak dapat terlibat secara aktif; yang dalam hal ini
Mediator hanya mengarahkan jalannya proses penyelesaian
melalui negoisasi yang dilakukan para pihak yang
bersengketa;
8. Dapat diselenggarakan secara informal dan lebih fleksibel;
sehingga dapat menghilangkan kesan enggan lantaran status
social dan ekonomi yang melatar belakangi para pihak;
9. Relatif Cepat & Murah; tidak melalui prosedur yang berbelit-
belit, waktu bisa ditentukan oleh kedua belah pihak dan
biayanya sudah bisa diprediksikan sejak awal;
10. Berorentasi kepada kepentingan para pihak; karena
Mediator di sini hanya sebagai penengah tidak boleh
memihak kepada kepentingan pihak manapun dan bahkan
bila ditemukan conflict of interest antara mediator dengan
salah satu pihak maka Mediator wajib untuk
mengundurkan diri dari penanganan kasus sengketa
tersebut;
11. Hubungan para pihak tetap terpelihara; karena proses
penyelesaiannya dilakukan secara tertutup
sehingga privacy tetap terjaga dan dengan mengutamakan
prinsi win-win solution,tidak ada yang kalah dan menang
juga tidak ada yang salah dan menyalahkan satu sama lain;
12. Penyelesaian lebih praktis dan konstruktif;
Kelemahan Sistem APS
• Kesepakatan para pihak mutlak diperlukan; suatu proses APS sangat
tergantung kepada kemauan (itikad) baik dari para pihak untuk
menyelesaikan sengketa, jika salah satu pihak tidak ada niat untuk
menyelesaikan suatu sengketa maka APS tidak akan bisa diselenggarakan.
Karena syarat pokok diselenggarakan APS adalah pernyataan kesanggupan
untuk menentukan metode APS sebagai satu-satunya cara untuk
penyelesaian sengketa;
• Itikad baik dan keseriusan para pihak menjadi faktor yang dominan; jika
salah satu pihak saja tidak beritikad baik maka gagal pula seluruh proses
penyelesaian yang direncakan;
• Kewenangan mediator/konsiliator terbatas/minimal; karena Mediator hanya
mengarahkan jalannya proses, sedang pemilik forum adalah para pihak;
• Tidak dapat menjadi preseden maupun menggunakan preseden kasus
terdahulu; karena antara kasus yang satu dan yang lainnya berdiri sendiri
dan tidak ada keterkaitan antara satu dengan lainnya. Ini berbeda dengan
proses litigasi di pengadilan yang terdapat yurisprudensi yang mana
putusan hakim terdahulu akan mengikat hakim kemudian yang memeriksa
dan mengadili perkara yang ciri-cirinya sama atau dianggap sama;

56
Daftar Pustaka
• Gunawan Wijaya, Alternatif Penyelesaian Sengketa, 2001, PT
Raja Grafindo Persada.
• M Yahya Harahap, Beberapa Tinjuan Mengenai Sistem
Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, 1997, PT Citra Aditya
Bhakti.
• Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian
Sengketa Perdata di Pengadilan, 2011, PT Raja Grafindo
Persada.
• Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase dan
Penerapan Hukumnya, 2015, Prenadamedia Group.
• Suyud Margono, Alternative Dispute Resolutin dan Arbitrase,
2000, PT Ghalia Indonesia.
• Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui
Pendekatan Mufakat, 2010, PT Raja Grafindo Persada.

57

You might also like