You are on page 1of 49

AQIDAH –AKHLAK DALAM PRAKTEK

KEPERAWATAN
Aqidah Yang Benar
Aqidah yang benar dan lurus serta terjamin dari
kontaminasi adalah aqidah yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW yaitu aqidah yang diperuntukkan
untuk semua kalangan dan tidak kurang kekuatan
ilmiyahnya dari pecahan-pecahannya yang sering
terjebak beradu argumen dengan aliran teologi
barat yang cenderung asyik bermain di wilayah
logika semata.
Dalam istilah baku apa yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW ini adalah aqidah ahli sunnah wal
jamaah, yaitu aqidahnya orang yang mengukuti
sunnah Rasulullah SAW dan jamaah sahabatnya.
TUJUAN ILMU AQIDAH

Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik


yang harus dipegang teguh, yaitu :
1. Untuk mengihlaskan niat dan ibadah kepada
AllahI semata.
2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan
yang timbul dari kosongnya hati dari akidah.
3. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam
jiwa dan tidak goncang dalam pikiran.
4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari
penyelewengan dalam beribadah kepada Allah
dan bermuamalah dengan orang lain.
.
5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan
tidak menghilangkan kesempatan beramal baik,
kecuali digunakannya dengan mengharap pahala.
Serta tidak melihat tempat dosa kecuali
menjauhinya dengan rasa takut dari siksa
6. Menciptakan umat yang kuat yang mengerahkan
segala yang mahal maupun yang murah untuk
menegakkan agamanya serta memperkuat tiang
penyanggahnya tanpa peduli apa yang akan terjadi
untuk menempuh jalan itu.
7. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan
memperbaiki individu-individu maupun kelompok-
kelompok serta meraih pahala dan kemuliaan.
MANFAAT ILMU AQIDAH

1. Sebagai sumber dan motifator perbuatan


kebaikan dan keutamaan.
2. Membimbing manusia ke jalan yang benar,
sekaligus mendorong mereka untuk
mengerjakan ibadah dengan penuh
keikhlasan.
3. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan,
kekacauan dan kegoncangan hidup yang
dapat menyesatkan.
MANFAAT ILMU AQIDAH

4. Mengantarkan manusia kepada


kesempurnaan lahir dan batin.
5. Memupuk dan melahirkan kesehatan
mental seseorang.
6. Memberikan pengajaran dan pendidikan
ilmu tauhid.
7. Memupuk dan membentuk kepribadian
manusia.
MUQADDIMAH

Iman

Islam

Hubungan antara Iman,


Islam dan Ihsan
Ihsan
MUQADDIMAH

• Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlaq


yang senantiasa menjadi target seluruh
hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala
• Ihsan adalah bagian dari aqidah dan
bagian terbesar dari keislamannya.
[‫ ]رواه مسلم‬.‫• فَإِنَّهُ ِجب ِْر ْي ُل أَتَا ُك ْم يُعَ ِل ُم ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم‬
• "Inilah Jibril yang datang mengajarkan
kepada kalian urusan agama kalian. " [HR
Muslim]
PENGERTIAN IHSAN

• Berasal dari kata ‫س َن‬


ُ ‫ َح‬yang artinya
adalah berbuat baik, sedangkan
bentuk masdarnya adalah ,‫ان‬ ْ ‫س‬
َ ‫اِ ْح‬yang
artinya kebaikan
LANDASAN SYAR'I [AL QUR`AN]

• Dalam Al-Qur`an, terdapat 166 ayat yang


berbicara tentang ihsan dan
implementasinya
"... Dan berbuat baiklah kalian karena
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berbuat baik. " (al-Baqarah: 195)

”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku


adil dan berbuat kebajikan (An Nahl : 90)
LANDASAN SYAR'I [ AS SUNNAH ]

َ ‫هللا َكأَنَّ َك ت َ َراهُ فَإ ْن ََ ْْ تَك ُْن ت َ َراهُ فَإنَّ ُهُ رَ َر‬
‫اك‬ َ َ
‫د‬ ُ ‫ب‬‫ع‬ْ َ ‫ت‬ ْ
‫ن‬ َ ‫أ‬.
• "Engkau menyembah Allah seakan-akan
engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak
dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
melihatmu. " (HR. Muslim)
TIGA ASPEK POKOK DALAM IHSAN

IBADAH
MUAMAL
AH

AKHLAQ

IHSAN
IHSAN DALAM IBADAH

• Menunaikan semua jenis ibadah, seperti


shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan
cara yang benar, yaitu menyempurnakan
syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya.
• Tingkatan Ibadah dan Derajatnya :

At Taqwa

Al Bir

Al Ihsan
IHSAN DALAM MUAMALAH

sembahlah Allah dan janganlah kamu


mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri, (An Nisa : 36)
1. Ihsan kepada Orang Tua

• "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak


menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua mendidik aku diwaktu
kecil. " (al-Israa': 23-24)

‫س ْخ ِط اْ َلواِل َدي ِْن‬ ِ ‫ط‬


ُ ‫هللا فِى‬ ُ ‫س ْخ‬
ُ ‫ضى اْ َلوا ِل َدي ِْن َو‬
َ ‫ضى هللاُ فِى ِر‬
َ ‫ِر‬
• "Keridhaan Allah berada pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan
Allah berada pada kemurkaan orang tua. ” (HR Turmudzi)
2. Ihsan kepada Kerabat Karib

• Ihsan kepada kerabat adalah dengan jalan


membangun hubungan yang baik dengan
mereka, bahkan Allah swt menyamakan
seseorang yang memutuskan hubungan
silaturahim dengan perusak di muka bumi.
"Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan
hubungan kekeluargaan. ?" (Muhammad: 22)

"Tidak akan masuk surga, orang yang memutuskan


tali silaturahmi. " (HR. Syaikhani dan Abu Dawud)
3. Ihsan kepada Anak Yatim dan Fakir Miskin.

• Diriwayatkan oleh Bukhari, Abu Dawud, dan


Turmuzdi, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Aku
dan orang yang memelihara anak yatim di surga
kelak akan seperti ini... (seraya menunjukkan jari
telunjuk jari tengahnya). "
• ‫ض يَتِي ًما ِم ْن‬ َ َ‫سلَّ َم قَا َل َم ْن قَب‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ّللا‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫ي‬ َّ ‫َّاس أ َ َّن النَّ ِب‬
ٍ ‫عب‬ َ ‫ع ْن اب ِْن‬ َ
‫ّللاُ ْال َجنَّةَ ِإ ََّّل أ َ ْن يَ ْع َم َل َذ ْنبًا‬
َّ ُ‫ام ِه َوش ََرا ِب ِه أ َ ْد َخلَه‬ِ َ ‫طع‬ َ ‫ين ِإلَى‬ َ ‫بَي ِْن ْال ُم ْس ِل ِم‬
ُ‫ََّل يُ ْغفَ ُر لَه‬
• Dari Ibnu Abbas bahwasanya Nabi saw bersabda:
"Barang siapa dari Kaum Muslimin yang
memelihara anak yatim dengan memberi makan
dan minumnya, maka Allah akan memasukkannya
ke dalam surga selamanya, selama ia tidak
melakukan dosa yang tidak terampuni."
4. Ihsan kepada Tetangga Dekat, Tetangga
Jauh, Serta Teman Sejawat

• Tetangga dekat (nasab dan lokasi), tetangga jauh (nasab


dan lokasi), teman sejawat (berkumpul atas aktvitas)
• Tetangga kafir satu hak, tetangga muslim dua hak, tetangga
kerabat muslim tiga hak.
• ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ّللا‬َّ ‫صلَّى‬ ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫ّللا‬ ُ ‫ّللا ب ِْن َم ْسعُو ٍد قَا َل قَا َل َر‬ َ ‫ع ََ ْن‬
ِ َّ ‫ع ْب ِد‬
َ ‫ع ْب ٌد َحت َّى يَ ْسلَ َم قَ ْلبُهُ َو ِل‬
‫سانُهُ َو ََّل يُؤْ ِم ُن‬ َ ‫َوالَّ ِذي نَ ْف ِسي ِبيَ ِد ِه ََّل يُ ْس ِل ُم‬
ُ ‫َحتَّى يَأ ْ َم َن َج‬
ُ‫ارهُ بَ َوا ِئقَه‬
• Dari Abdullah bin Mas’ud RA berkata, bersabda Rasulullah
saw: Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya tidaklah
selamat seorang hamba sampai hati dan lisannya selamat
(tidak berbuat dosa) dan tidaklah beriman (sempurna
keimanannya) seorang hamba sehingga tetangganya
merasa aman dari gangguannya. (HR. Ahmad)
ُ ‫ش ْبعَانًا َو َج‬
• ‫ارهُ َجا ئِ ٌع‬ َ َ ‫َّلَ يُؤْ ِم ُن ِبي َم ْن با‬
َ ‫ت‬
ُ‫َو ُه َو يَ ْع ِرفُه‬
• "Tidak beriman kepadaku barang siapa yang
kenyang pada suatu malam, sedangkan
tetangganya kelaparan, padahal ia
megetahuinya." (HR. ath-Thabrani)
5. Ihsan kepada Ibnu Sabil dan Hamba
Sahaya

َ ‫اَّلل َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم‬


• ُ‫ض ْيفَه‬ َ ‫ََ َم ْن َك‬
ِ َّ ‫ان يُؤْ ِم ُن ِب‬
• "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari
Akhir, hendaklah memuliakan tamunya. " (HR.
Jama'ah, kecuali Nasa'i)
• Ihsan terhadap ibnu sabil adalah dengan cara
memenuhi kebutuhannya, menjaga hartanya,
memelihara kehormatannya, menunjukinya
jalan jika ia meminta, dan memberinya
pelayanan.
5. Ihsan kepada Ibnu Sabil dan Hamba
Sahaya

• ‫سو َل‬ ُ ‫سلَّ َم فَقَا َل يَا َر‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ ‫َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى النَّ ِبي‬
‫صلَّى‬
َ ‫ّللا‬ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ع ْنهُ َر‬ َ ‫ت‬ َ ‫ص َم‬َ َ‫ع ْن ْالخَا ِد ِم ف‬ َ ‫ّللا َك ْم أ َ ْعفُو‬ِ َّ
‫ع ْن ْالخَا ِد ِم‬ َ ‫ّللا َك ْم أ َ ْعفُو‬
ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫سلَّ َم ث ُ َّم قَا َل يَا َر‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫ّللا‬
َّ
ً ‫ين َم َّرة‬
َ ‫س ْب ِع‬َ ‫فَقَا َل ُك َّل يَ ْو ٍم‬
• Pada riwayat yang lain, dikatakan bahwa seorang laki-laki
datang kepada Rasulullah saw dan berkata, "Ya,
Rasulullah, berapa kali saya harus memaafkan hamba
sahayaku?" Rasulullah diam tidak menjawab. Orang itu
berkata lagi, "Berapa kali ya, Rasulullah?" Rasul
menjawab," Maafkanlah ia tujuh puluh kali dalam sehari. "
(HR. Abu Daud dan at-Turmuzdi)
6. Ihsan dengan Perlakuan dan Ucapan
yang Baik Kepada Manusia

ْ َ‫اَّلل َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر فَ ْليَقُ ْل َخي ًْرا ا َ ْو ِلي‬


ْ ‫ص ُم‬
• ‫ت‬ ِ َّ ‫َم ْن َكانَ يُؤْ ِم ُن ِب‬
• Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa
beriman kepada Allah dan Hari Kiamat,
hendaklah ia berkata yang baik atau diam. "
(HR. Bukhari dan Muslim)
• ٌ‫ص َدقَة‬ ِ ‫قَ ْو ُل اْل َم ْع ُر ْو‬
َ ‫ف‬
• "Ucapan yang baik adalah sedekah. “ (HR
Bukhari dan Muslim)
7. Ihsan dengan Berlaku Baik
kepada Binatang
• Memberinya makan jika ia lapar, mengobatinya jika
ia sakit, tidak membebaninya diluar
kemampuannya, tidak menyiksanya jika ia bekerja,
dan mengistirahatkannya jika ia lelah. Bahkan,
pada saat menyembelih, hendaklah dengan
menyembelihnya dengan cara yang baik, tidak
menyiksanya, serta menggunakan pisau yang
tajam.
• ‫ فَ ِاذَا قَت َ ْلت ُ ْم‬,‫َي ٍء‬
ْ ‫علَى ُك ِل ش‬ َ ‫ان‬ َ ‫س‬ َ ‫علَ ْي ُك ُم اْ َِّل ْح‬ َ ‫اِ َّن‬
َ َ ‫هللا َكت‬
َ ‫ب‬
َ‫فَا َ ْح ِسنُ ْو ْالقَتْلَةَ َو اِذَا ذَبَ ْحت ُ ْم فَا َ ْح ِسنُ ْو الذَّ ْب َحة‬
• "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan
pada segala sesuatu, maka jika kamu membunuh,
bunuhlah dengan baik, dan jika kamu
menyembelih, sembelihlah dengan baik... " (HR.
Muslim)
IHSAN DALAM AKHLAQ

• Ihsan dalam akhlaq sesungguhnya


merupakan buah dari ibadah dan
muamalah
• Seseorang akan mencapai tingkat ihsan
dalam akhlaqnya apabila ia telah
melakukan ibadah seperti yang menjadi
harapan Rasulullah
KERJA ADALAH IBADAH

• Kerja itu Ibadah, yang intinya adalah


tindakan memberi atau membaktikan harta,
waktu, hati, dan pikiran kepada dia yang
kita abdi. Melalui pekerjaan, kita bertumbuh
menjadi manusia yang kualitas kepribadian,
karakter, dan mentanya berkembang
kearah yang ilahi.
• Beribadah berarti berbakti dengan segenap
hati, mengabdi tuntas penuh totalitas, dan
berserah pasra dengan segenap cinta.
• Ibadah yang benar harus dilakukan
dengan khusuk, serius, dan sungguh-
sungguh. Bengitu pula bekerja yang
benar.
• Ibadah memerlukan pengorbanan,
namun pengorbanan untuk suatu
idealisme adalah kebahagiaan, dan
pengorbanan yang didorong oleh rasa
cinta adalah suka cita.
• Makna ibadah adalah persembahan diri,
pemasrahan diri, penyerahan diri.
Bekerja adalah Amanah

• Kerja adalah amanah, Jabatan adalah


amanah. Melalui kerja kita menerima
amanah.
• Amanah adalah titipan berharga yang
dipercayakan kepada kita.
• Semakin besar tanggungjawab kita
semakin besar pula bobot diri kita.
• Kompetensi dan integritas adalah
sepasang kualitas utama agar orang
mampu mengemban amanah.
• Kita menerima amanah kehidupan dari
Sang Pemilik Hidup, karenanya kita
bertanggungjawab atas setiap detik hidup
kita yang fana ini.
• Kita semua adalah pemegang amanah.
Tidak hanya satu tetapi banyak amanah.
• Barangsiapa berhasil mengemban amanah
kecil akan mendapat kepercayan
mengemban amanah besar.
• Tanggungjawab harus diwujudkan
dengan benar, baik esensi, semangat,
maupun teknis pelaksanaannya.
• Tanggungjawab harus ditunaikan
setara dengan bobot amanah yang
dipercayakan.
• Tidak ada tanggungjawab tanpa
kesadaran amanah. Amanah
melahirkan tanggungjawab
AKHLAK DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN/KESEHATAN

1. Berusaha menjaga kesehatan pasien sebagai


konsekwensi amanah dan tanggung jawabnya dan
berusaha menjaga rahasia pasien kecuali dalam
kondisi darurat atau untuk tindakan preventif bagi
yang lainnya. Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

• ‘Barangsiapa yang menutup (aib) seorang muslim


•naka Allah akan menutup (aibnya) pada hari ki-
amat.”(HR. al-Bukhari 2442 dan Muslim 7028)
2. Senantiasa menyejukkan hati pasien, nenghiburnya
dan mendoakannya.
• Salah satunya ialah dengan mengucapkan, “Tidak
mengapa, insya Allah ini adalah penghapus dosa”,
atau meletakkan tangan kanan di tempat yang sakit
seraya berdoa:

• ”Wahai Robb manusia, hilangkanlah penyakit tersebut,


sembuhkanlah, Engkau adalah Penyembuh, tidak ada
kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan
yang tidak ditimpa penyakit lagi.” (HR. Muslim 2191 dan
yang lainnya)
3. Hendaknya memberitahukan kepada pasien
bahwa yang menyembuhkan hanyalah Allah
Ta’ala sehingga hatinya bergantung kepada
Allah, bukan kepada dokter.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada


Abu Rimtsah (seorang dokterahli):
“Allah adalah dokter, sedangkan kamu adalah
orang yang menemani yang sakit. Dokternya
adalah Allah yang menciptakannya.” (HR. Abu
Dawud 4209, ash-Shahiihah 1537)
4. Seorang dokter tidak boleh
membohongi pasiennya.

Misalnya tatkala stok obat habis ia


memberikan obat yang tidak sesuai
dengan penyakitnya atau memberikan
obat yang di dalamnya terkandung
bahan-bahan yang diharamkan.
5. Hendaknya profesi dalam bidang
kedokteran bertujuan untuk
memuliakan manusia.

• Oleh karena itu, tidak diperkenankan


bagi seorang dokter atau petugas
kesehatan lainnya untuk membakar
potongan tubuh pasien, namun
hendaknya diberikan kepada sang
pasien atau keluarganya untuk dikubur.
6. Selain itu tidak diperbolehkan
memperjualbelikan darah pasien, mengadakan
operasi-operasi plastik untuk mengubah wajah,
telinga, alis, hidung, dan yang lainnya, karena
hal itu termasuk mengubah ciptaan Allah yang
diharamkan dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman:

َ ‫َوآل ُم َرنَّ ُه ْْ فَلَرُغَر ُر َّن َخ ْل‬


• ‫ق لل‬
• (Setan berkata): “Dan akan aku suruh mereka
(mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mer-
eka mengubahnya.” (QS. an-Nisa’ [4]: 119)
• Di samping itu, tidak diperbolehkan
ta’awun dalam kejelekan, seperti
menjual obat-obat penggugur
kehamilan sehingga melariskan
perzinaan.
7. Seorang dokter, perawat, mantri, bidan,
apoteker dan petugas kesehatan lainnya
hendaknya betul-betul meningkatkan
keahliannya dan menekuni pekerjaannya.

Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda :
Barangsiapa yang menerjuni kedokteran
sedangkan tidak diketahui orang itu ahli
kedokteran, maka ia menanggung (kerugian
pasien).” (HR. Abu Dawud 4586, ash- Shahiihah
635)
8. Profesi dalam bidang pengobatan termasuk
pekerjaan yang mulia sehingga diharapkan
bagi para dokter untuk menggapai ridha
Allah dalam setiap aktivitasnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


“ Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia yang lain.”
(Dikeluarkan oleh ad-Daruquthni, ash-
Shahiihah 426)
9. Memberikan keringanan biaya kepada
pasien yang kurang mampu.

Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda:
“Barangsiapa yang melapangkan
kesusahan dunia seorang mukmin,
maka Allah akan melapangkan
kesusahannya di akhirat.” (HR. Muslim
2699)
Adapun adab dan akhlak yang bersifat umum
yang harus dimiliki seorang dokter adalah :

• a. Tidak boleh berduaan dengan pasien


wanita dalam suatu ruangan tanpa
ditemani mahram sang perempuan.
Minimal pintu ruangan harus terbuka
sehingga bisa terlihat oleh keluarganya.
b. Seorang dokter tidak boleh
menyalami perempuan yang bukan
mahramnya atau memperbanyak
pembicaraan dengannya kecuali untuk
kepentingan pengobatan.

c. Hendaknya tetap menjaga shalatnya,


kecuali dalam kondisi genting maka
tidak mengapa ia menjamak’ dua
shalat.
d. Hendaknya menjauhi syiar-syiar
dan gaya orang kafir, seperti
mencukur jenggot,
memanjangkan kumis, isbal,
bebas bercakap-cakap dengan
dokter atau perawat wanita.
Di samping adab-adab tersebut di atas,
ada beberapa hal yang perlu diketahui
oleh para petugas kesehatan tentang
rumah sakit, klinik, apotek maupun
tempat prakteknya, yaitu:
1. Hendaknya mengkhususkan satu
ruangan untuk shalat, baik bagi laki-
laki maupun perempuan,
mengingat pentingnya masalah
shalat.
2. Menjadi kewajiban dan PR kita bersama
untuk menjadikan rumah sakit terhindar
dari ikhtilath (bercampurnya laki-laki
dan perempuan yang bukan mahram).
3. Tidak diperkenankan menggantung
gambar makhluk bernyawa di tembok
atau dinding.
4. Hendaknya tidak menyediakan asbak
bagi para pengunjung rumah sakit
karena itu adalah bentuk ta’awun dalam
kejelekan.
5. Hendaknya memisahkan antara
ruangan pasien yang berpenyakit
menular dengan yang tidak menular,
demikian pula agar para pengunjung
tidak kontak langsung dengan si pasien
tersebut sehingga penyakitnya tidak
menular –dengan izin Allah- kepada
yang lainnya.
Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Jangan sekali-kali mencampur yang sakit
dengan yangsehat.” (HR. al-Bukhari 5328)

Hal itu dikuatkan juga dengan sabda beliau


tentang wabah penyakit menular:
“Jika kalian mendengar (ada wabah) di suatu
negeri, maka janganlah kalian
memasukinya.” (HR. al-Bukhari 5287 dan
Muslim 5775)
6. Hendaknya kamar mandi maupun WC
tidak menghadap ke arah kiblat atau
membelakanginya, sebagaimana sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Jangan menghadap kiblat tatkala


buang air besardan kencing, danjangan
pula membelakangi.” (HR. al-Bukhari
144, Muslim 264, at-Tirmidzi 8, Abu
Dawud 9)
7 . Dianjurkan untuk mengubah kantornya ke arah
kiblat dan duduk menghadap kiblat, berdasarkan
hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhubahwa

Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


“Sesungguhnya segala sesuatu memiliki tuan, dan
tuannya majelis adalah arah kiblat.” (HR. ath-
Thabrani dalam al-Ausath 2354, dan dihasankan
oleh al-Haitsami 8/114, as-Sakhawi (102) dan
Syaikh al-Albani dalam ash-Shahiihah (2645) dan
Shahiih at-Targhib (3085))
Wallahu’alam Bishshowab

You might also like