You are on page 1of 48

APPENDISITIS AKUT

Florensia Woda Seku Ero / 42170131

Pembimbing :
dr. Hariatmoko, Sp.B
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. RKJ
Nomor RM : 02068xxx
Tanggal Lahir : 20 November 1981
Usia : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gedad RT 03/07, Gunung Kidul
HMRS : 27 Oktober 2018
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan Utama : Nyeri Perut Kanan Bawah
RPS : ± 5 hari SMRS penderita mengeluh nyeri perut kanan bawah. Awalnya
nyeri dirasakan di ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri terasa
semakin hebat sejak 5 hari ini. Nyeri dirasakan saat batuk, mengejan dan ketut.
Terasa nyeri. Nyeri di perut kanan bawah dan kadang menjalar sampai ke
pinggang kanan. Demam ringan (+) sejak 2 SMRS, mual muntah (+) dua kali dan
isi muntahan apa yang dimakan, BAB (+) normal, BAK (+) normal, nafsu makan
berkurang (+), riwayat perdarahan diluar siklus menstruasi (-), riwayat keputihan
(-). Pasien kemudian di bawa ke RS Nurohmah dan dirujuk ke RS Bethesda.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• R I WAYAT P E N YA K I T S E R U PA D I S A N G K A L PA S I E N
• R I WAYAT H I P E RT E N S I ( + ) , T I D A K R U T I N M I N U M O BAT H I P E R T E N S I
• R I WAYAT G A S T R I T I S ( + )
• R I WAYAT DM DISANGKAL. R I WAYAT KO L E S T E R O L TINGGI
DISANGKAL.

Riwayat alergi makanan ( - )


Riwayat alergi obat ( - )

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


• Serupa  -
• DM  -
• HT  -
LIFE STYLE

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol. Pola makan 3 kali dalam sehari
dengan komposisi makanan nasi, lauk, dan sayur. Pasien mengaku
menyukai makanan yang pedas dan gorengan. Pasien jarang berolahraga.
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M6
Vital Sign
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Nadi : 90x/ menit
Suhu : 36,8o C
Nafas : 22x/ menit
VAS :6
PEMERIKSAAN
FISIK

Kepala JANTUNG
Thoraks
Normocephali Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak
PARU
CA (-),SI (-), Bibir sianosis (-), tampak
Inspeksi : Pengembangan paru simetris,
reflek pupil direct dan indirect (+/+) Palpasi : Iktus cordis di SIC V linea
Jejas (-)
Mukosa mulut basah midklavikularis sinistra
Retraksi dinding dada (-)
Perkusi : Batas jantung Normal
Penggunaan otot bantu napas (-)
Auskultasi : S1 dan S2 terdengar tunggal,
Palpasi : Ketinggalan gerak (-)
regular, bising jantung (-)
Nyeri tekan (-)
Leher Fremitus dbn (kanan dan kiri sama)
Pembesaran limfonodi (-) Perkusi : Perkusi sonor kedua lapang paru
Nyeri tekan limfonodi (-) Auskultasi : Suara nafas vesikuler bilateral
Pembesaran tiroid (-) Ronki (-/-)
JVP 5±2 cm wheezing (-/-)
Abdomen Ekstremitas

Inspeksi : Jejas (-), distensi (-) regio iliaca Inspeksi: Jejas (-), edema ekstremitas superior
dextra, Ascites (-) (-/-), edema ekstremitas inferior (-/-), deformitas
Auskul : Peristaltik usus normal (-), clubbing finger (-), sianosis (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh regio
abdomen Palpasi : akral hangat, CRT < 2 detik, arteri
Palpasi : Teraba massa pada regio inguinal dorsalis pedis dekstra et sinistra teraba, pitting
dextra, Nyeri tekan dan lepas di titik oedem (-)
Mc.Burney (+) rovsing (+), Psoas
sign (+), obturator sign (+),
Hepar, lien tidak teraba
DIAGNOSIS BANDING

 Appendisitis Infiltrat
 Diverticulitis Meckeli
 KET
 Pelvic Inflammatory Disease
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematologi Lengkap
Hemoglobin 13,4 g/dL 11,7 – 15,5
Lekosit 11,69 ribu/mmk 4,5 – 11,5
Hematokrit 40,4 % 35,0 – 49,0
Trombosit 237 ribu/mmk 150 – 450
Metabolit
Ureum 18 mg/dl 17,0 – 54,0
Creatinin 1,1 mg/dl 0,55 – 1,1
GDS 121 mg/dl
PP TEST NEGATIF
US
G
Alvarado Score
Manifestations Value Intepretasi
Symptoms Migration of pain 1 1-4 : Bukan apendisitis
Anorexia 1 5-6 : Posible  observasi 24 jam
7-8 : Probable  apendisitis akut
Nausea/vomiting 1
9-10 : Very Probable
Signs Right Lower 2
Quadrant
Tenderness
Rebound pain 1  Pada kasus, Alvarado
Elevated temperature 1 score : 8  Probable
Lab Values Leukocytosis 2 Appendisitis

Left Shift 1
TOTAL POINTS 8
DIAGNONIS KERJA

APENDISITIS INFILTRAT
TATALAKSANA
 Inf. RL
 Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
 Inj. Ketorolac 2 x 1 amp
 Amlodipin 1 x 10 mg
 Paracetamol 3 x 500 mg (bila Demam)
 Operatif : Appendiktomi
PROGNOSIS

 Ad Vitam : Bonam
 Quo Ad Functionam : Bonam
INTRODUCTION

 Apendisitis adalah peradangan dari apendiks versiformis dan


merupakan kegawatdaruratan bedah abdomen yang paling sering
ditemukan.
 Paling banyak dialami pada usia pubertas dan pada usia 30 tahun.
 Apendisitis akut merupakan penyakit emergensi bedah umum yang
paling sering pada abdomen, dimana sekitar 100 per 100.000 orang
per tahun tahun di Eropa dan Amerika atau sekitar 11 kasus per
10.000 orang setiap tahun.
 Man : Woman = 1.4:1
 Salah satu komplikasi yang paling sering dan penyebab utama dari morbiditas
dan mortalitas adalah perforasi, apakah itu terlokalisasi atau tidak dibatasi
dalam rongga peritoneum.
 Berbeda dengan tren yang diamati untuk radang usus buntu dan usus buntu,
kejadian apendisitis perforasi (~ 20 kasus per 100.000 orang-tahun)
meningkat.
 Sekitar 20% dari semua pasien memiliki bukti perforasi saat diperiksa, tetapi
risiko perforasi jauh lebih tinggi pada pasien di bawah 5 atau di atas 65 tahun.
 Obstruksi lumen adalah penyebab utama pada apendisitis akut. Fecalith
merupakan penyebab umum obstruksi apendiks, yaitu sekitar 20%
ANATOMY

 Appendiks merupakan organ


berbentuk tabung, panjangnya
kira-kira 10 cm ( kisaran 3-15
cm), dan berpangkal di sekum.
 Lumennya sempit dibagian
proksimal dan melebar dibagian
distal. Sedangkan pada bayi,
appendiks berbentuk kerucut,
yaitu lebar pada pangkalnya dan
menyempit pada ujungnya.
FISIOLOGI APENDIKS
 Apendiks menghasilkan lendir sebanyak 1-2 mL/hari. Normalnya
lendir itu dikeluarkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke
sekum.
 Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut
associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran
cerna, termasuk apendiks, ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat
efektif sebagai pelindung terhdapat infeksi
DEFINITION

 Apendisitis adalah peradangan pada


apendiks versiformis dan merupakan
kegawatdaruratan bedah abdomen
yang paling sering ditemukan.
 Apendisitis infiltrat adalah proses
radang apendiks yang penyebarannya
dapat dibatasi oleh omentum dan
usus-usus dan peritoneum disekitarnya
sehingga membentuk massa
(appendical mass)
Pada saat appendix meradang,
terjadi proses walling of yang
merupakan suatu proses untuk
membatasi penyebaran proses
radang, penyebarannya dapat
dibatasi oleh omentum dan
usus-usus dan peritoneum
disekitarnya sehingga
membentuk massa
(appendiceal mass)

Massa apendikularis dibentuk oleh ileum yang melebar, omentum yang lebih
besar, appendix yang meradang dan caecum
ETIOLOGY
Appendicitis is caused by obstruction of the appendiceal lumen

Obstruction :
• Corpus
Alienum
• Stricture
Fecolith
Lymphoid Hyperplasia
Infection :
•E.Coli
•Streptococcus
•E. Histolytica
PATOFISIOLOGI
SYMPTOMS
 Appensisitis infiltrat didahului oleh keluhan apendisitis akut yang kemudian
disertai adanya massa periapendikular.
 Gejala klasik apendisitis akut biasanya bermula dari Abdominal pain 
Periumbilical Pain/Epigastric pain (Visceral Pain) →Dalam 2-12 jam, nyeri
akan berpindah ke kanan bawah (titik McBurney) Right Lower Quadrant
(RLQ) Pain; Nyeri saat Batuk (Dunphy Sign), bila peritoneum bergerak seperti
napas dalam, berjalan, mengedan.
 Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise dan demam yang tidak terlalu
tinggi.
 Biasanya terdapat konstipasi tetapi dapat juga terjadi diare, mual dan
muntah
Massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan:
 Keadaan umum pasien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
 Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-tanda peritonitis
 Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke kiri.

Massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda dengan ditandai dengan :
 Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi lagi
 Pemeriksaan lokal abdomen tenang, tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya teraba massa
dengan batas jelas dengan nyeri tekan ringan
 Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.
PEMERIKSAAN FISIK
GENERAL :
 Nyeri perut kanan bawah, Demam 37,5 – 38,5 derajat Celcius

STATUS LOKALIS
 Inpeksi Abdomen : Kembung  Perforasi. Penonjolan perut kanan bawah  Massa/abses
periapendikuler
 Auskultasi : Peristaltik usus sering Normal. Menurun/menghilang  ileus paralitik pada peritonitis
generalisata yang disebabkan Appendisitis perforata
 Perkusi : Nyeri ketok perut kanan bawah. Jika pekak hepar hilang  Perforasi.
 Palpasi : Nyeri terbatas pada regio iliaca kanan, Rebound Tenderness, Rovsing sign, Rigidity, Guarding

LAIN-LAIN
 Rectal Touche : Nyeri pada pukul 10 – 11  appendisitis pelvica
Sfingter ani longgar  peritonitis
 Psoas Sign
 Obturator Sign
Rovsing Sign
McBurney’s Sign

Psoas Sign Obturator Sign


Alvarado Score

M • Migration of pain (1)

A • Anorexia (1)

N • Nausea/ Vomiting (1)

T • Tendernes at Right Lower Quadrant (2)

R • Rebound pain (1) Intepretasi


1-4 : Bukan apendisitis
E • Elevated temperature (1) 5-6 : Posible  observasi 24 jam
7-8 : Probable  apendisitis akut
9-10 : Very Probable
L • Leukositosis (1)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium  Leukositsis
 Foto Abdomen  kadang ditemukan fekalit, adanya perselubungan di fossa
iliaca dectra
 Ultrasonography Abdomen  massa infiltrat atau abses
 Appendicogram
 CT Scan
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Kombinasi 3 tes yaitu:


- adanya peningkatan CRP ≥ 8 mcg/mL
- hitung leukosit ≥ 11000
- persentase neutrofil ≥ 75%
Memiliki sensitivitas 86%, dan spesifisitas 90.7%
Radiologi
Gambaran foto polos abdomen tampak
apendikolith (panah).
USG
 Penilaian dikatakan positif bila tanpa
kompresi ukuran anterior-posterior
apendiks 6 mm atau lebih. Ditemukannya
appendicolith akan mendukung diagnosis
 Penilaian dikatakan negatif bila apendiks
tidak terlihat dan tidak tampak adanya
cairan atau massa pericaecal
 USG telah dilaporkan sensitifitasnya sebesar
78%-96% dan spesifitasnya sebesar 85%-
98%
Appendicogram
 Pemeriksaan ini menggunakan BaSO4 (barium
sulfat) yang diencerkan dengan air menjadi suspensi
barium dan dimasukkan secara oral
 filling atau positive appendicogram partial filling
 non filling atau negative appendicogram
 Tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi,
sebesar 83 dan 96 persen
 Dari pemeriksaan menggunakan barium, kriteria
diagnosis appendisitis : (1) non filling apendiks
dengan desakan local sekum; (2) pengisian dari
apendiks dengan penekanan local pada sekum ; (3)
nonfilling apendiks dengan adanya massa pelvis
(kabur pada kuadran bawah kanan dengan
perubahan letak usus halus akibat desakan); (4)
pola mukosa apendiks irregular dengan terhentinya apendiks normal
pengisian.

Non Filling
CT Scan
Derajat Apendisitis
No Stage Explanation
1. Early Stage obstruction of the appendiceal lumen leads to mucosal edema, mucosal
ulceration, bacterial diapedesis, appendiceal distention due to accumulated
fluid, and increasing intraluminal pressure. The patient perceives mild visceral
periumbilical or epigastric pain, which usually lasts 4-6 hours
2. Suppurative Transmural spread of bacteria causes acute suppurative appendicitis. When
the inflamed serosa of the appendix comes in contact with the parietal
peritoneum, patients typically experience the classic shift of pain from the
periumbilicus to the right lower abdominal quadrant (RLQ), which is
continuous and more severe than the early visceral pain.
No Stage Explanation
3. Gangrenous Intramural venous and arterial thromboses ensue
4. Perforated Persisting tissue ischemia results in appendiceal infarction and perforation.
Perforation can cause localized or generalized peritonitis.
5 Phlegmonous/ An inflamed or perforated appendix can be walled off by the adjacent greater
Abcess omentum or small-bowel loops
6 Spontaneusly If the obstruction of the appendiceal lumen is relieved, acute appendicitis may
Resolving resolve spontaneously
7 Recurrent The diagnosis is accepted as such if the patient underwent similar occurrences of
RLQ pain at different times that, after appendectomy, were histopathologically
proven to be the result of an inflamed appendix.

8 Chronic (1) the patient has a history of RLQ pain of at least 3 weeks’ duration without an
alternative diagnosis; (2) after appendectomy, the patient experiences complete
relief of symptoms; (3) histopathologically, the symptoms were proven to be the
result of chronic active inflammation of the appendiceal wall or fibrosis of the
appendix.
DIAGNOSIS BANDING
TREATMENT

 Konservatif  Metode F regimen OCHSNER – SHERREN (6F) :


 Fowler Position (semi)
 Fluids by mounth atau intravena
 Four-hourly atau lebih sering, observasi dari nadi dan 2x
sehari ukur suhu
 Feel, palpasi massa apakah mengecil atau membesar
 Fungi, antibiotik
 Forbidden analgetik
 Pembedahan  Appendektomi
 CITO : Appendisitis akut (operasi sebaiknya dalam 2x24 jam), abses, perforasi
 Elektif : Appendisitis kronis
 Pada appendisitis dengan perforasi dilakukan :
 Perbaikan keadaan umum dengan infus
 Pemberian antibiotik untuk kuman gram negatif dan positif serta anaerob.
Biasanya digunakan antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan Clindamycin,
atau Cefepime dan Metronidazole
 Pemasangan pipa nasogastrik
 Laparotomi
Indications Of Surgery
Consider an appendectomy for patients with a history of persistent abdominal
pain, fever, and clinical signs of localized or diffuse peritonitis, especially if
leukocytosis is present.
If the clinical picture is unclear, a short period (4-6 h) of watchful waiting and a
computed tomography (CT) scan may improve diagnostic accuracy and help to
hasten the diagnosis
Open
Appendectomy
APENDIKTOMI
Insisi Grid Iron
Lanz transverse incision
(McBurney Incision)
Insisi dilakukan pada 2
Insisi Gridiron pada titik
cm di bawah pusat, insisi
McBurney. Garis insisi
transversal pada garis
parallel dengan otot oblikus
miklavikula-midinguinal.
eksternal, melewati titik
Mempunyai keuntungan
McBurney yaitu 1/3 lateral
kosmetik yang lebih baik
garis yang menghubungkan
dari pada insisi grid iron.
spina liaka anterior superior
kanan dan umbilikus.

Rutherford Morisson’s
incision (insisi
suprainguinal)
Merupakan insisi perluasan
dari insisi McBurney.
Dilakukan jika apendiks
terletak di parasekal atau
retrosekal dan terfiksir.
Insisi paramedian kanan
bawah
Insisi vertikal paralel
dengan midline, 2,5 cm di
bawah umbilikus sampai di
atas pubis.

Low Midline Incision


Dilakukan jika apendisitis
sudah terjadi perforasi dan
terjadi peritonitis umum.
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
 Angka kematian akibat apendisitis yaitu 0,2-0,8% yang lebih banyak disebabkan
komplikasi penyakit daripada intervensi bedah. Angka kematian pada anak-anak
berkisar antara 0,1% sampai 1%, pada pasien yang lebih tua dari 70 tahun, angka
kematian naik di atas 20%

 Tingkat perforasi bervariasi dari 16% hingga 40%, dengan frekuensi yang lebih
tinggi terjadi pada kelompok usia muda (40-57%) dan pada pasien yang lebih tua
dari 50 tahun (55-70%)
REFERENCES
o Bryan Richmond. 2017. The Appendix. London: Elseiver. Page; 1296 – 311
o Burkit, H. G., Quick, C. R. G., and Reed, J. B., 2007. Appendicitis. London: Elsevier, 389-398.
o Costi D. Sifri and Lawrence C. Madoff. 2017. Appendiitis. London: Elseiver. Page 982-88.
o Departemen Bedah UGM. 2010. Apendik. Available from: http://www.bedahugm.net/tag/appendix
o Dostoc. 2010. Askep Apendisitis. Available from: http://www.dostoc.com/docs/22262076/askep-appendisitis
o George A, Sarosi Jr. 2017. Appendicitis. London: Elseiver. Page; 2112 – 221
o Humes DJ, Simpson J. Clinical Review: Acute appendicitis. BMJ. 2007. 333:540-34.
o Morris PJ, Wood WC. Oxford’s Textbook of Surgery. 2nd ed. Oxford. eBook.
o Rita A. Manfredi and Claudia Ranniger. 2017. London: Elseiver. Page; 325 – 330
o Sanyoto, D., 2007. Masa Remaja dan Dewasa. Dalam : Utama, Hendra, ed. Bunga Rampai Masalah Kesehatan dari dalam
Kandungan sampai Lanjut Usia. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 297-300.
o Sjamsuhidajat R., de Jong W. 2011. Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC. hal 755-64.
o Tjandra JJ, Clunie GJA, Kaye AH, Smith JA. Textbook of Surgery. 3rd ed. Blackwell Publishing; 2006. H. 123-27.

You might also like