You are on page 1of 52

LAPORAN KASUS

OLEH :
M. Mirza Fajar Handoko (H2A012047P)
ADIB PRIAMBUDI (H2A012026P)

PEMBIMBING :
dr. Sudarti, Sp.M
Laporan Kasus
 Identitas Pasien
 Nama : Tn. S
 Umur : 50 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Pekerjaan : Swasta
 Alamat : Mijen
 Tanggal Pemeriksaan : 12 April 2018
Anamnesa
 Keluhan utama
 Mata teasa pedih
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan mata kiri pedih sejak 7 hari yang lalu.
Keluhan Disertai Mata terasa pegal, nyeri dan berair. Awalnya saat
pasien membuka baju mata sebelah kiri terkena kancing baju
kurang lebih 1 bulan yang lalu, keesokan harinya mata kiri pasien
merah, pandangan kabur. Pedih yang dirasakan oleh pasien
sifatnya hilang timbul sampai mengganggu aktivitas pasien
sehingga pasien tidak bisa bekerja. Pasien berobat ke Puskesmas
dan keluhan matanya berangsur membaik. Beberapa hari
kemudian didapatkan bercak putih dan terasa mengganjal
disertai rasa pusing. Gejala penyerta yang dikeluhkan pasien yakni
mual (+), muntah (+), pusing berputar (+), nerocos (+). Pasien
menyangkal lodokan (-), gatal (-) nyeri cekot-cekot pada mata (-).
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat keluhan serupa diakui pada saat usia pasien
16 tahun pada mata kanan
 Riwayat memakai kacamata :-
 Riwayat Hipertensi :-
 Riwayat DM :-
 Riwayat Alergi :-
 Riwayat operasi mata :
 Riwayat Penyakit Keluarga
 -
 Riwayat Pengobatan
 Pasien berobat ke puskesmas kemudian diberikan
tetes mata
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda Vital :
Nadi : 84x/menit
Respirasi : 20x/menit
Tekanan Darah : 130/80 mm/Hg
Suhu :-
4. Kepala :Nomrocephali
5. Telinga, Hidung,Tenggorokan :Deviasi septum (-), sekret (-)
6. Thoraks : Tidak dilakukan
7. Abdomen : Tidak dilakukan
8. Ekstremitas : Akral Hangat, edema (-)
9. KGB : Tidak didapatkan pembesaran
PEMERIKSAAN MATA KANAN MATA KIRI

VISUS Tidak dapat dinilai 6/6

Tekanan Intra Okuler T dig (N) T dig (N)

Segmen Anterior :

Palpebra Oedema (-) Oedema (-)

Laserasi (-) Laserasi (-)

Hematoma (-) Hematoma (-)

Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)

Konjungtiva Bulbi Hiperemi konjungtiva (-) Hiperemi ()

Hipertrofi folikel (-) Hipertrofi folikel ()

Sub konjungtival Injeksi Konjungtiva (+)


bleeding(-)
PEMERIKSAAN MATA KANAN MATA KIRI

kornea Tidak bisa dinilai Jernih

Edema (-)

sikatrik (+)

Iris Tidak bisa dinilai Bentuk regular

Warna coklat

Pupil Tidak bisa dinilai Reflek cahaya (+) + 2-3


mm
Lensa Tidak bisa dinilai Jernih

Segmen posterior Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Flouresin test Tidak diperiksa Tidak diperiksa


Resume
 Pasien mengeluhkan mata kiri pedih sejak 7 hari yang lalu.
Keluhan Disertai Mata terasa pegal, nyeri dan berair.
Awalnya saat pasien membuka baju mata sebelah kiri
terkena kancing baju kurang lebih 1 bulan yang lalu,
keesokan harinya mata kiri pasien merah, pandangan
kabur. Pedih yang dirasakan oleh pasien sifatnya hilang
timbul sampai mengganggu aktivitas pasien sehingga
pasien tidak bisa bekerja. Pasien berobat ke Puskesmas
dan keluhan matanya berangsur membaik. Beberapa hari
kemudian didapatkan bercak putih dan terasa
mengganjal disertai rasa pusing. Gejala penyerta yang
dikeluhkan pasien yakni mual (+), muntah (+), pusing
berputar (+), nerocos (+). Pasien menyangkal lodokan (-),
gatal (-) nyeri cekot-cekot pada mata (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum baik, TD : 130/80, N: 85
RR : 20x/m. Ketajaman Visus : OD : tidak
bisa dinilai, OS >5/60, lagoftalmus OS (+),
ektropion OS (+), sekret (+), sikatrik pada
korne OS (+), injeksi konjungtiva OS (+),
TIO digital dalam batas normal.
DIAGNOSIS
o OD : Ptisis Bulbi
 OS :
 Lagoftalmus
 Sikatrik Kornea
 Ektropion
DIAGNOSIS BANDING
OD :
OS
 Ulkus Kornea
 Konjungtivitis Virus
 Hifema
 Atrofi Bulbi
PLANNING
 Terapi :
 Lyters Ed Fl I 3 tetes OD/hari
 Chloramfenicol Ed Fl I
 Asamefenamat 500mg 3x1
USULAN PEMERIKSAAN
VISUS KOREKSI
EDUKASI
 Memberikan penjelasan kepada pasien tentang
penyakitnya
 Memberikan penjelasan ke pasien bahwa mata di
bebat
 Menjelaskan ke pasien untuk sering membersihkan
sekret sesering mungkin.
 Pemakaian obat harus sesuai dengan anjuran
dokter agar penyakit bisa diobati dan tidak
menajdi tambah parah
 Pasien diberikan anjuran untuk tidak mengucek-
ngucek mata
 Selalu menjaga kebersihan dan kesehatan mata
pasien.
PTISIS BULBI
Definisi
 Keadaan dimana bola mata mengecil,
tidak bisa melihat, atau keadaan tidak
berfungsinya mata

Etiologi
 Trauma mata
 Radiasi
 Peradangan
Gejala
 Penyusutan dan kehilangan bentuk
 Distorsi, bekas luka dan bengkak pada
kornea
 Tekanan bola mata turun mendekati nol
Terapi
 Tidak ada cara untuk mengembalikan
visus pada kasus ptisis bulbi
 Tidak ada keluhan ataupun tidak
menimbulkan gangguan pada pasien 
tidak diperlukan terapi
 Keluhan nyeri, atau adanya iritasi atau
discharge selama penyusutan bola mata
 eye removal (enukleasi)
Prognosis dan Komplikasi
 Hampir semua ptisis bulbi menjadi buta
dan secara kosmetik tidak dapat diterima
bagi pasien
 Komplikasi yang berbahaya termasuk
ulkus kornea dan perforasi dengan risiko
inflamasi ocular dan periokular
ENUKLEASI BULBI
 Tindakan pembedahan mengeluarkan bola
mata dengan melepas dan memotong
jaringan yang mengikatnya di dalam rongga
orbita (seluruh otot penggerak mata, saraf
optik, dan melepaskan konjungtiva dari bola
mata)

 Dilakukan pada keganasan intraokular, mata


yang dapat menimbulkan oftalmia simpatika,
mata yang tidak berfungsi dan memberikan
keluhan rasa sakit, endoftalmitis supuratif, dan
ptisis bulbi
EVISERASI BULBI
 Tindakan mengeluarkan seluruh isi bola
mata seperti kornea, lensa, badan kaca,
retina dan koroid
 Setelah isi dikeluarkan, maka limbus
kornea dieratkan dan dijahit
 Dilakukan pada mata dengan
panoftalmitis dan endoftalmitis berat
LAGOFTALMUS
Lagoftalmus
Pendahuluan
 Lagoftalmus adalah suatu keadaan dimana kelopak
mata tidak dapat menutup bola mata dengan
sempurna. Kelainan ini akan mengakibatkan
trauma konjungtiva dan kornea, sehingga
konjungtiva dan selaput bening menjadi kering dan
terjadi infeksi.
Definisi
 Lagophthalmos adalah defek atau penutupan yang
tidak lengkap dari kelopak mata. Kata ini berasal
dari bahasa Yunani "Lagos," kelinci, dan
"ophthalmos," mata, karena hewan ini diyakini
tisur dengan mata terbuka. Kelainan ini akan
mengakibatkan trauma konjungtiva dan kornea,
sehingga konjungtiva dan selaput bening menjadi
kering dan terjadi infeksi.
Klasifikasi
 Paralytic Lagophthalmos
 Cicatricial Lagophthalmos
 Nocturnal Lagophthalmos
Tanda dan Gejala
 Hilangnya lipatan dahi dan nasolabial
 Ptosis alis
 Ectropion pada kelopak mata bawah
 Epiphora
 Retraksi kelopak mata atas
 Ketidakmampuan untuk menutup mata (lagophthalmos)
 Deviasi sudut mulut yang berlawanan dengan
sebelahnya
 Ketidakmampuan untuk bersiul atau meniup dan
berbicara yang tidak dapat dimengerti.
Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan lagophthalmos adalah untuk mencegah
terjadinya keratitis eksposur dan membangun kembali fungsi kelopak
mata. Hal ini sam pentingnya bagi pasien untuk memperbaiki kembali
penampilan kosmetik wajah.
Penatalaksanaan Bedah
Teknik bedah yang digunakan untuk mengobati kelumpuhan saraf wajah
dibagi menjadi prosedur dinamis dan statis. Keputusan mengenai metode
yang paling tepat untuk rekonstruksi tergantung pada sejauh mana,
lokasi, derajat dan durasi kelumpuhan, etiologi, pasien usia, kesehatan,
dan harapan.
 Tarsorrhaphy
 Lid Loading
 Lower Lid Procedures
 Tessier Canthoplasty
Tarsorrhaphy
Lid Loading
Lower Lid Procedures
 Prosedur untuk memperbaiki malposisi dari
kelopak mata bawah yang berkontribusi terhadap
lagophthalmos termasuk canthoplasty, prosedur
pengetatan kelopak mata dan suspensi kelopak
mata.
Tessier Canthoplasty
EKTROPION
Palpebra berputar keluar  permukaan
konjungtiva tampak dari luar
Klasifikasi :
– Ek. Kongenital (jarang)
– Ek. Dapatan : Spastik, mekanik, sikatriks,
paralitik, senil.
Etiologi
Ek.Spastik  spasme m.orbikularis (anak-
anak/remaja), iritasi, edema konjungtiva
Ek. Mekanik  akibat gaya berat
(tumor/inflamasi)
Ek. Sikatriks  setelah trauma
Ek. Paralitik  ok parese N.VII (morbus
hansen,lues, radang)
Ek. Senil  hilangnya tonus & bertambahnya
relaksasi MOO  pinggir kelopak terkulai
kedepan.
Gejala
Klinik
Subyektif
Mata merah, epifora, kekeruhan kornea
Obyektif
Inspeksi : margo terbalik kedepan
Mata tidak tertutup sempurna
Epifora ok pungtum eversi.
TERAPI
NON OPERATIF :
– Untuk kasus ringan, sementara
– Ek.Spastik (bebat mata, menyeka air mata
dr bawah ke atas)
– Ek. Atonik (Senil & Paralitik)
Jahitan (suture) Snellen, Argyl Robertson,
Verhoeff,Wiener.
Elektrocauter (Galvanocauter Ziegler)
Terapi Operatif
Ek. Senil : = Ek Paralisis
– Full Ziegler Cautery
– Blaskovics ( E. Medial)
– Modifikasi Author
– Yuhut Helmholtz
– Author (E. Lateral)
– Argyll Robertson
– IMRE (1/3 tengah)
– Kuhnt-Szymanowsky
Tehnik Kuhnt Szimanowsky
Ek. Spastik : Op.
Callahan Ek. Sikatriks :

– Ringan : Operasi V-Y Wharton Jones


– Berat & sentral : Elsching, Richet
– Berat & Luas :
Pedicle flap (rotated PF, Pedicle bridge flap)
Skin graft (free whole skin graft, Endermil
graft)
V-Y plasty
SIKATRIK
KORNEA
DEFINISI
Penyembuhan luka pada kornea berupa
jaringan parut, baik akibat radang ,maupun
trauma
DERAJAT SIKATRIK
– Nebula
• Penyembuhan akibat
keratitis superfisialis
• Kerusakan kornea pada m.Bowman
sampai 1/3 stroma
• Pada pemeriksaan, terlihat kabut di
kornea, hanya dapat dilihat di kamar
gelap dengan Slit-lamp dan bantuan kaca pembesar
– Makula
• Penyembuhan akibat ulkus kornea
• Kerusakan kornea pada 1/3 stroma
sampai 2/3 ketebalan stroma
• Pada pemeriksaan, putih di kornea,
dapat dilihat di kamar gelap dengan slit-lamp tanpa bantuan kaca
pembesar
– Leukoma
• Penyembuhan akibat ulkus kornea
• Kerusakan kornea lebih dari 2/3
ketebalan stroma
• Kornea tampak putih, dari jauh sudah
kelihatan
Apabila ulkus kornea sampai ke endotel
akan mengakibatkan perforasi, dengan tanda :
o Iris prolaps
o COA dangkal
o TIO menurun
kemudian sembuh menjadi leukoma adheren (leukoma disertai sinekia
anterior)
PATOGENESIS
PENATALAKSANAAN
Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan
kornea yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa
kriteria yaitu :
1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.
PENCEGAHAN
 Lindungi mata dari segala benda yang
mungkin bisa masuk kedalam mata
 Jika mata sering kering, atau pada
keadaan kelopak mata tidak bisa
menutupsempurna, gunakan tetes mata
agar mata selalu dalam keadaan basah
 Jika memakai lensa kontak harus sangat
diperhatikan cara memakai danmerawat
lensa tersebut.
TERIMAKASIH

You might also like