You are on page 1of 32

Arman, S. Farm., Apt.

PENGERTIAN
• Efek Samping Obat/ESO (Adverse Drug
Reactions/ADR) adalah respon terhadap suatu
obat yang merugikan dan tidak diinginkan dan
yang terjadi pada dosis yang biasanya digunakan
pada manusia untuk pencegahan, diagnosis, atau
terapi penyakit atau untuk modifikasi fungsi
fisiologik.
• Kejadian Tidak Diinginkan/KTD (Adverse
Events/AE) adalah adalah kejadian medis yang
tidak diinginkan yang terjadi selama terapi
menggunakan obat tetapi belum tentu disebabkan
oleh obat tersebut.
Masalah ESO
• Mengapa Penting??
Persentase terus   obat yg beredar  tanpa disertai
informasi yg proposional  promosi   penggunaan 

• Berapa sering?
rawat inap  obat < 6 : 5% ; obat > 15 : 40% 
kematian 45%.
DAMPAK ESO
• Kegagalan pengobatan
• Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru
karena obat, yg semula tidak diderita oleh pasien
• Dampak ekonomi : pembiayaan yg harus ditanggung krn
kegagalan terapi atau timbulnya penyakit baru
• Efek psikologis penderita yg akan mempengaruhi
kepatuhan terapi lbh lanjut, misal menurunnya
kepatuhan berobat
Klasifikasi  Hebatnya Reaksi

• Mild  rash kulit yg ringan


• Moderate  nausea
• Severe  tekanan 
• Serius  perlu dirawat, mengancam jiwa, menyebabkan
kecacatan (teratogenik)
Klasifikasi  Jenis
1. Dose-dependent (type A)  makin > dosis makin 
kemungkinan ESO
2. Dose-independent (type B) tidak tergantung dosis 
hipersensitivity
3. Penggunaan jangka lama (type C)  makin lama 
ESO makin 
4. Delayed effect (type D) obat sudah lama dihentikan
ESO baru terjadi
5. Jangka lama (type E)  dihentikan tiba-tiba
(withdrawal syndrome)
dose-dependent (type A)
 > sering terjadi (70 – 85%)
 Makin > dosis  kemungkinan > ESO
 Jenis ESO  lanjutan efek farmakologik
 Dapat diprediksi  dapat diusahakan agar teradinya
seminimal mungkin
 > banyak pd px dg gangguan fungsi organ, variasi
genetik
Contoh:
 insulin, ADO  hipoglikemia
 NSAID  ulserasi saluran cerna
 Antihipertensi  hipotensi
dose-independent (type B)
• Tidak tergantung dosis, tidak berhub dg efek
farmakologik
• > jarang terjadi
• Tidak dapat diprediksi
• > sukar dicegah
• Reaksi alergi (imunologik)
• Reaksinya lebih severe / serius
Immunologically mediated reaction

Tipe Reaksi Jenis reaksi Obat

I Ig E-dependent Urtikaria, NSAID, penisilin,


reactions angioedema,
anafilaksis, hay
fever
II Cytotoxic reactions, Hemolisis, Penisilin, sefalosporin,
Ig G purpura sulfonamid, rifampisin

III Immune complex Vasculitis, serum Quinidin, salisilat,


reactions sickness chlorpromazine, sulfonamid
IV Delayed-type Dermatitis Mekanisme tersering
reaction/ contact, reaksi Banyak obat (topikal & sistemik)
Cell mediated exanthematous,
hypersensitivity reaksi
photoallergic
Penggunaan jangka lama (type C)
• Kontrasepsi hormonal deep vein thrombosis
• NSAID  gangguan fungsi ginjal
• Glukokortikoid  osteoporosis
delayed effect (type D)
• Obat telah lama dihentikan  ESO baru timbul
• Primaquin  katarak
• Teratogenisitas: tetrasiklin, kortikosteroid (tergantung
masa kehamilan pd waktu obat digunakan)
• Sulfasalazin infertilitas pria
• Teratogenik Obat Efek teratogenik
adalah metotreksat Malformasi SSP, mata, telinga,

perkembangan tangan dan kaki

tidak normal dari Dietilstilbestrol (DES) Kanker vagina


Karbamazepin, Asam valproat Cacat tabung saraf
sel selama fenitoin Fetal hydanatoin syndrome
thalidomide Phocomelia
kehamilan yang warfarin Tulang rangka, SSP

menyebabkan Alkohol
isotretinoin
Fetal alcohol syndrome
SSP, craniofacial, jantung
kerusakan pada Tetrasiklin Tulang gigi
ACE inhibitor Gagal ginjal, tengkorak
embrio. sikofosfamid Cleft palate, ginjal tidak terbentuk
type E, Pemakaian jangka lama

• Setelah penggunaan jangka panjang  tiba2 dihentikan


• withdrawal syndrome
• Kortikosteroid, narkotik, antihipertensi
Manifestasi klinik ESO
• Multisystem: anafilaksis, angioedema, demam, hiperpireksia , serum
sickness , LE
• Endokrin: galaktorrhea, ginekomastia, pe libido
• Gangg metabolisme: hiper-, hipoglikemia, asidosis metabolik ,
eksakserba porfiria ,dll
• Dermatologi : eritema multiform, eczema, fixed drug eruption,
fotodermatitis, dermtis exfoliat
• Hematologi : agranulositosis, anem hemolitik dll
• Kardiovaskuler : eksakserbasi angina , hipo- ,hipertensi,
tromboembolism, gagal jantung
• Respiratorius: obstruksi bronkhus, batuk , depresi
nafas
• Gastro-intestinal: hepatitis kolestatik, esofagitis, dry-
mouth, taste disturbances dll
• Renal: glomerulonefritis
• Neurologik : neuritis
• Okuler: gangguan visus
• Telinga: gangguan pendengaran/keseimbangan
• Muskulo skeletal: osteoporosis
• Gangguan jiwa: psikosis
Upaya pencegahan
• Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh
pasien pada waktu-waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang
diperoleh melalui resep dokter maupun dari pengobatan sendiri
• Gunakan obat hanya bila ada indikasi jelas, dan bila tidak ada
alternatif non-farmakoterapi
• Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi
sekaligus
• Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan respons pengobatan
pada: anak dan bayi, usia lanjut, dan pasien-pasien yang juga
menderita gangguan ginjal, hepar dan jantung. Pada bayi dan anak,
gejala dini efek samping seringkali sulit dideteksi karena kurangnya
kemampuan komunikasi, misalnya untuk gangguan pendengaran
• Perlu ditelaah terus apakah pengobatan harus
diteruskan, dan segera hentikan obat bila dirasa tidak
perlu lagi
• Bila dalam pengobatan ditemukan keluhan atau gejala
penyakit baru, atau penyakitnya memberat, selalu
ditelaah lebih dahulu, apakah perubahan tersebut
karena perjalanan penyakit, komplikasi, kondisi pasien
memburuk, atau justru karena efek samping obat
Penanganan efek samping
• Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi
efek samping.
 Telaah bentuk dan kemungkinan mekanismenya.
 Bila efek samping dicurigai sebagai akibat efek farmakologi yang
terlalu besar, maka setelah gejala menghilang dan kondisi
pasien pulih pengobatan dapat dimulai lagi secara hati-hati,
dimulai dengan dosis kecil.
 Bila efek samping dicurigai sebagai reaksi alergi atau
idiosinkratik, obat harus diganti dan obat semula sama sekali
tidak boleh dipakai lagi.
 Biasanya reaksi alergi/idiosinkratik akan lebih berat dan fatal
pada kontak berikutnya terhadap obat penyebab.
 Bila sebelumnya digunakan berbagai jenis obat, dan belum pasti
obat yang mana penyebabnya, maka pengobatan dimulai lagi
secara satu-persatu.
• Upaya penanganan klinik tergantung bentuk efek samping dan
kondisi penderita.
 Pada bentuk-bentuk efek samping tertentu diperlukan
penanganan dan pengobatan yang spesifik.
 Misalnya untuk syok anafilaksi diperlukan pemberian adrenalin
dan obat serta tindakan lain untuk mengatasi syok.
 Contoh lain misalnya pada keadaan alergi, diperlukan
penghentian obat yang dicurigai, pemberian antihistamin atau
kortikosteroid (bila diperlukan), dan lain-lain.
Contoh efek samping obat
• Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane
• Pendarahan usus, akibat Aspirin
• Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2
• Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin
• Kematian, akibat Propofol
• Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon
• Diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik
• Diare, akibat penggunaan Orlistat
• Disfungsi ereksi, akibat antidepresan
• Demam, akibat vaksinasi
• Glaukoma, akibat tetes mata kortikosteroid
• Hipertensi, akibat penggunaan Efedrin. Hal ini membuat FDA
mencabut status ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai
suplemen makanan
Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
PENGERTIAN

• Aktivitas yg terkoordinasi, bertujuan untuk


mengumpulkan laporan ESO, terutama
ESO yg jarang terjadi, yg severe atau
serius
Mengapa dilakukan MESO?
• Pemantauan keamanan obat sesudah beredar masih
perlu dilakukan karena penelitian atau izin yang
dilakukan sebelum obat diedarkan, baik uji preklinik
maupun uji klinik belum sepenuhnya dapat
mengungkapkan efek samping obar (ESO), utamanya
efek samping yang jarang terjadi ataupun yang timbul
setelah penggunaan obat untuk jangka lama.
• Pada uji klinik  tidak melibatkan pengguna obat yang
termasuk kelompok anak-anak, wanita hamil, wanita
menyusui, usia lanjut
Kegunaan
• Hasil pengkajian aspek keamanan berdasarkan laporan
ESO di Indonesia maupun informasi ESO Internasional
 digunakan untuk pertimbangan suatu tindak lanjut
regulatori, berupa pembatasan indikasi, pembatasan
dosis, pembekuan atau penarikan izin edar dan
penarikan obat dari peredaran untuk menjamin
perlindungan keamanan masyarakat
Pelaksanaan MESO
• Badan POM RI menggunakan metode pelaporan secara
sukarela (voluntary reporting) dari tenaga kesehatan
dengan formulir pelaporan yang dirancang sesederhana
mungkin sehingga memudahkan pengisiannya
• Beberapa cara melakukan MESO (spontaneous
reporting, voluntary , Intensive Hospital Monitoring ,
Record linkage, Limited Record, dll)
Siapa yang melaporkan?
• Tenaga kesehatan, dapat meliputi:
• dokter,
• dokter spesialis,
• dokter gigi,
• apoteker,
• bidan,
• perawat, dan
• tenaga kesehatan lain.
Apa yang perlu dilaporkan?
• Setiap kejadian yang dicurigai sebagai efek samping
obat perlu dilaporkan, baik efek samping yang belum
diketahui hubungan kausalnya (KTD/AE) maupun yang
sudah pasti merupakan suatu ESO (ADR).

You might also like