You are on page 1of 23

SUSPENSI

Jainer Pasca Siampa, S. Si., M. Si., Apt.


Sistem Dispersi
Sistem dispersi terdiri atas 2 fase yaitu:
1. Fase terdispersi (fase internal) / suspensoid
Partikel dari fase terdispersi biasanya adalah bahan padat yang tidak
larut dalam medium dispersi. Pada kasus emulsi, fase terrdispersi adalah
cairan yang tidak larut atau tidak bercampur dengan fase cairan
pendispersi.
2. Fase pendispersi (fase eksternal)
Klasifikasi sistem dispersi
Berdasarkan ukuran partikel yang terdispersi, Sistem dispersi secara umum diklasifikasikan
menjadi:
1. Dispersi molekuler (molecular dispersion), memiliki ukuran partikel terdispersi lebih kecil
dari 1,0 nm.
2. Dispersi koloidal (colloidal dispersion), memiliki ukuran partikel terdispersi antara 1nm
sampai 0,5µm. Contoh mikroemulsi, nanopartikel, dan mikrosper.
3. Dispersi Kasar (coarse dispersion), memiliki ukuran partikel lebih besar dari 10-50µm ,
termasuk suspensi dan emulsi.
Suspensi
Suspensi termasuk dalam golongan sistem dispersi dimana bahan padat
terdispersi secara merata di dalam suatu medium dispersi cair.
Suspensi dapat diklasifikasikan sebagai dispersi kasar atau dispersi koloidal,
tergantung ukuran partikelnya. Suspensi dengan ukuran partikel lebih dari
1µm dikategorikan ke dalam suspensi kasar, sedangkan yang memiliki
ukuran dibawah 1µm dikategorikan suspensi koloidal.
Ketika fase terdispersi adalah bahan aktif obat, maka suspensinya disebut
suspensi farmasetika (pharmaceutical suspension).
Berdasarkan rute pemberiannya, suspensi farmasetik diklasifikasikan
menjadi:
1. Suspensi parenteral
2. Suspensi topikal
3. Suspensi oral
Mengapa dibuat formula
suspensi?
1. Obat tidak larut dalam pembawa
2. Menutup rasa pahit zat aktif
3. Meningkatkan stabilitas obat
4. Mendapatkan pelepasan terkontrol/berkesinambungan
(sustained release)
Karakteristik fisik suspensi yang baik
1. Suspensi harus homogen selama penyimpanan dan ketika digunakan.
2. Sedimen yang terjadi selama penyimpanan. Harus mudah tersuspensi
dengan pengocokan biasa.
3. Viskositas tidak terlalu tinggi agar suspensi dapat dikeluarkan dari dalam
wadah dan memudahkan saat pemakaian.
4. Partikel yang tersuspensi harus berukuran kecil dan seragam agar
suspensi yang dihasilkan halus, elegan, dan bebas dari tekstur yang
kasar.

NB : karakteristik fisik sediaan suspensi tergantung pada rute pemberiannya. suspensi oral, secara
umum memiliki viskositas yang tinggi dan mengandung bahan terdispersi yang banyak. Sedangkan
untuk suspensi parenteral, biasanya viskositas redah dan mengandung partikel suspensi kurang dari
5%.
Bahan-bahan penyusun suspensi
1. Komponen dari fase yang tersuspensi (suspending system)/ fase internal
a. Wetting agent (bahan pembasah)
b. Dispersant/ deflocculation agent (bahan pendispersi)
c. Flocculating agent (bahan pemflok)
d. Thickeners
2. Komponen pembawa suspensi/ fase eksternal
e. Pengontrol pH (buffer)
f. Osmotic agent
g. Pewarna, Perasa, Pewangi
h. Pengawet
i. Larutan pembawa
Bahan Pembasah (wetting agent)
Tingkat kebasahan dari suatu bahan padat tergantung pada afinitas bahan obat
dengan air, baik yang bersifat hidrofilik maupun yang bersifat hidrofobik. Padatan
hidrofilik sangat mudah terbasahi dengan air dan dapat meningkatkan viskositas dari
suspensi aqueous. Padatan hidrofobik menolak air, tetapi dapat terbasahi oleh cairan
yang nonpolar.
Bahan pembasah adalah surfaktan yang menurunkan tegangan antar permukaan
dan sudut kontak antara partikel padat dengan cairan pembawa. Biasanya surfaktan
non ionic dengan nilai HLB 7-10 adalah range yang paling baik untuk bahan pembasah
dengan konsentrasi 0,05-0,5%.
Surfaktan
Deflokulan atau Bahan pendispersi
sejati
Deflokulan merupakan bahan yang dapat mengubah muatan permukaan dari partikel
melalui adsorpsi fisik.
Disperse system vol.2
Sistem Flokulasi dan Deflokulasi
Hukum Stoke’s

Keterangan
V = Kecepatan (velocity) (cm/s)
d = Diameter partikel tersuspensi (cm)
ρ1 dan ρ2 = berat jenis partikel tersuspensi dan medium
g = kecepatan gravitasi
η0 = viskositas medium
Hal-hal yang harus diperhatikan saat
membuat formula suspensi
1. Sifat bahan yang tersuspensi.
Partikel yang memiliki tegangan permukaan tinggi, akan sulit terbasahi. Sehigga
digunakan surfaktan. Surfaktan meningkatkan kemudahan partikel terbasahi
(wettability)
2. Ukuran partikel yang tersuspensi.
Reduksi ukuran partikel menurunkan kecepatan sedimentasi dari partikel yang
tersuspensi.
3. Viskositas medium dispersi.
Kestabilan fisik suspensi
1. Kecepatan sedimentasi
2. Volume atau tinggi sedimen
3. Kemudahan redispersi
◦ The parabens are dissolved in
Cara Pembuatan a heated mixture of the
sorbitol solution, glycerin,
syrup, and a portion of the
water.
◦ The mixture is then cooled
and the aluminum hydroxide
added with stirring.
◦ The fl avor is added and purifi
ed water to the volume.
◦ The suspension is then
homogenized, using a hand
homogenizer, homomixer, or
colloid mill.
Peracikan Skala Kecil Suspensi
◦ Kandungan kapsul atau tablet dipecah dalam mortir dengan stamper. Pembawa
yang dipilih dapat berupa produk komersial (tersedia sirup di Apotek)
Pengemasan dan Penyimpanan
Suspensi
All suspensions should be packaged in widemouth
containers having adequate airspace above the liquid
to permit thorough mixing by shaking and ease of
pouring. Most suspensions should be stored in tight
containers protected from freezing, excessive heat, and
light. It is important that suspensions be shaken before
each use to ensure a uniform distribution of solid in the
vehicle and thereby uniform and proper dosage.
SUSPENSI
Bagian ke-2
Metode Pembuatan Suspensi
◦ Metode Dispersi
Metode dispersi dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat
(telah dihaluskan terlebih dahulu) ke dalam mucilage yang telah terbentuk, kemudian
diencerkan. Agar serbuk bahan obat mudah terbasahi, maka biasanya ditambahkan
bahan pembasah terlebih dahulu kemudian ditambahkan ke mucilage.
◦ Metode Presipitasi
atau metode pengendapan. Bahan aktif ditambahkan pelarut organik terlebih
dahulu yang dapat larut dalam air hingga terbentuk larutan. Setelah itu ditambahkan
pelarut kedua, yang merupakan pembawa berair (aqueous) hingga terbentuk pre-
suspension. Setelah itu dihomogenkan dengan pencampuran menggunakan energi
tinggi agar terbentuk endapan.
Suspensi Oral
Bahan pensuspensi yang digunakan dapat bermacam-macam.
Salah satunya adalah PGS (Pulvis Gummosus) yang merupakan campuran sama banyak
dari PGA ( Pulvis Gummi Arabicum), Tragakan, dan Sacharum Album .
PGS ini secara khusus hanya digunakan untuk suspensi oral karena mengandung gula
(Sacharum album)
Peraturan penggunaan PGS adalah 2% untuk bahan obat berkhasiat keras, dan 1%
untuk bahan obat yang kurang / tidak keras. Mucilago PGS dibuat dengan
menambahkan aquades sebanyak 7x bobot PGS
Sedangkan bila menggunakan Na-CMC, maka cara pembuatannya adalah ditabur
diatas air panas (jumlah 20x Na-CMC)
Bila terdapat sirup, maka biasanya digunakan konsentrasi 10% .
Bahan pensuspensi
Secara umum dikelompokkan menjadi 2 kelompok
1. Bahan pensuspensi alami
a. Golongan Gom , contohnya PGA, PGS, Tragakan, Alginat
b. Bukan golongan gom, contohnya Bentonit, veegum
2. Bahan pensuspensi sintetik
a. Derivat selulosa, contoh Metil selulosa, CMC, HPMC
b. Golongan polimer organik, contoh Carbomer

You might also like