You are on page 1of 102

MATERI PENYULUHAN DAN PELATIHAN

TAHUN 2018
Tujuan Instruksional Umum

Setelah mempelajari materi ini peserta


diharapkan mengetahui dan memahami
tentang Pencegahan,Penaggulangan bahaya
kebakaran dan cara pengelolaan bangunan
agar aman terhadap kebakaran.
 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor: 28 Tahun 2008 Tentang Bangunan
Gedung.
Fire Safety  Keputusan Menteri Negara Pekerjaan
Umum Nomor:11/KPTS/2000 tentang
Management Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran diperkotaan.

 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


Nomor:26/PRT/M/2008 Tentang
Persyaratan Teknis Sisitem Proteksi
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan

MANAJEMEN
Transmigrasi Nomor:PER-04/MEN 1980
Tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat pemadam Api Ringan.
KESELAMATAN  Peraturan Daerah Kota kendari Nomor:2
KEBAKARAN Tahun 2012 Tentang Jasa Umum Retribusi
Pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan.

 Peraturan Walikota Kendari Nomor:41


Tahun 2018 Tentang Perubahan Tarif
Retribusi Pemeriksaan Alat pemadam
Kebakaran.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NO 28 TAHUN 2002
TENTANG
BANGUNAN GEDUNG
Paragraf 2
Persyaratan keselamatan.
Pasal 17

1. Persyaratan Keselamatan bangunan gedung sebagaimana


dimaksud meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung
untuk mendukung beban muatan,serta kemampuan bangunan
gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran.

2. Persyaratan kemampuan Bangunan Gedung dalam Mencegah


dan menanggulangi Bahaya Kebakaran sebagaimana dimaksud
merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan
pengamanan terhadap bahaya kebakaran melalui sistem proteksi
Aktif dan sistem proteksi pasif.
Pasal 19
1. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan sistim
proteksi pasif sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat 3
meliputi kemampuan stabilitas struktur dan elemennya,konstruksi
tahan api,kompartemenisasi dan pemisahan,serta proteksi pada
bukaan yang ada untuk menahan dan membatasi kecepatan
menjalarnya api dan asap kebakaran.

2. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran dilakukan dengan sistim


proteksi aktif sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat 3
meliputi kemampuan peralatan dalam mendeteksi dan
memadamkan kebakaran,pengendalian asap,dan sarana
penyelamatan kebakaran.

3. Bangunan Gedung Selain Rumah Tinggal Harus dilengkapi dengan


sistem proteksi Aktif dan Pasif.

4. Ketentuan mengenai sistem pengamanan bahaya kebakaran


sebagaimana dimaksud dalam ayat 1,ayat 3 diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.
Pasal 44

 Setiap pemilik dan/atau pengguna yang tidak memenuhi kewajiban


pemenuhan fungsi,persyaratan,penyelenggaraan bangunan gedung
sebagaimanan dimaksud dalam UU ini dikenakan sanksi administratif atau
sanksi pidana.
Pasal 45
 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud ad.sbb:
a. Peringatan tertulis.
b. Pembatasan kegiatan Pembangunan
c. Penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung.
d. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan bangunan Gedung.
e. Pembekuan Izin mendirikan bangunan Gedung.
f. Pencabutan Izin mendirikan Bangunan Gedung
g. Pembekuan sertifikat Laik Fungsi bangunan Gedung
h. Pencabutan Sertifikat Laik fungsi
i. Perintah pembongkaran Bangunan Gedung.
KEPMEN NEGARA PEKERJAAN UMUM No:11/KPTS/2000
Tentang
Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di
Perkotaan
BAB II Bagian Pertama Persyaratan Teknis :
Pasal 3
1. Manajemen Penanggulangan Kebakaran diperkotaan Meliputi :
a) Penanganan kebakaran dikota
b) Penanggulangan kebakaran di lingkungan,
c) Penanggulangan Kebakaran di bangunan gedung termasuk ketentuan
mengenai satuan relawan kebakaran serta pembinaan dan pengendalian.

2. Ketentuan teknis mengenai manajemen penanggulangan kebakaran


diperkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari Keputusan Menteri Negara ini.

3. Setiap Orang atau Badan termasuk instansi pemerintah dalam


penyelenggaraan pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung Wajib
memenuhi ketentuan Teknis manajemen penanggulangan kebakaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini.
Pasal 4
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 3 dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian kedua Pengaturan Pelaksanaan di Daerah :
Pasal 5
1. Untuk pedoman pelaksanaan penyelenggaraan manajemen
penanggulangan kebakaran didaerah perlu dibuat peraturan Daerah yang
didasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam Keputusan Menteri Negara ini.
2. Dalam Hal Daerah Belum mempunyai peraturan Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pasal ini,maka terhadap penyelenggara
manajemen penanggulangan kebakaran didaerah diberlakukan ketentuan-
ketentuan manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan
sebagaimanan dimaksud pada pasal 3.
3. Daerah yang telah mempunyai Peraturan Daerah tentang manajemen
penanggulangan kebakaran sebelum keputusan ini diterbitkan harus
menyesuaikannya dengan ketentuan-ketentuan manajemen
penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud pada pasal 3

Bagian Ketiga Sanksi Administrasi:

Pasal 7
1. Penyelenggaraan manajemen Penaggulangan Kebakaran yang melanggar
ketentuan-ketentuan dalam pasal 3 dan pasal 4 Keputusan menteri ini
dikenakan sanksi administrasi yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah
sebagaimana dimaksud pada pasal 5.
2. Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
dikenakan sesuai dengan tingkat pelanggaran,dapat berupa :
a. Peringatan Tertulis,
b. Pembatasan Kegiatan
c. Penghentian sementara kegiatan pemanfaatan sampai dilakukan
Pemenuhan ketentuan manajemen tersebut.
d. Pencabutan ijin yang telah dikeluarkan untuk menyelenggarakan
Pemanfaatan bangunan gedung dan atau lingkungannya.

3. Selain sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat


(2),didalam Peraturan Daerah dapat diatur mengenai pengenaan
denda atas terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan manajemen
penanggulangan kebakaran diperkotaan tersebut.
PERMEN PEKERJAAN UMUM No:26/PRT/2008
Tentang
Persyaratan Teknis Sisitem Proteksi Kebakaran Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Bab II Bagian Pertama Persyaratan Teknis :
Pasal 3
1. Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan Meliputi :
a) Perencanaan Tapak untuk proteksi Kebakaran
b) Sarana penyelamatan,
c) Sistem proteksi pasif dan aktif
d) Pengawasan dan pengendalian.

2. Rincian pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung


dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tercantum pada
lampiran yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan
dengan peraturan menteri ini.

3. Setiap Orang atau Badan termasuk instansi pemerintah dan pemerintah


Daerah dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis
yang diatur dalam peraturan menteri ini.
Bagian Kedua Pengaturan Pelaksanaan di Daerah
Pasal 4
1. Pelaksanaan Persyaratan teknis sistem Proteksi Kebakaran Pada bangunan
gedung dan lingkungan di daerah lebih lanjut dengan peraturan daerah
yang berpedoman pada peraturan menteri ini.

2. Dalam Hal daerah belum mempunyai peraturan daerah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) maka pelaksanaan persyaratan teknis sistem
proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan berpedoman
pada peraturan menteri ini.

3. Dalam hal daerah telah mempunyai peraturan daerah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) sebelum peraturan menteri ini diberlakukan,maka
peraturan daerah tersebut harus menyesuaikan dengan peraturan menteri
ini.
Bab.III Pembinaan Teknis
Pasal 5
1. Dalam melaksanakan pembinaan sisitem proteksi kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan,pemerintah melakukan peningkatan
kemampuan aparat pemerintah provinsi,pemerintah kabupaten/kota
maupun masyarakat dalam memenuhi ketentuan teknis sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 untuk terwujudnya penataan sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan,serta terwujudnya
keandalan bangunan gedung.
2. Dalam melaksanakan pengendalian penyelenggaraan sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan,pemerintah
provinsi,pemerintah kabupaten/kota wajib mengikuti persyaratan teknis
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3.
PERMENAKER Nomor: Per – 04/MEN 1980
Tentang
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat
Pemadam Api Ringan
Bab. II Pemasanagan
Pasal 4
1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan
pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas,mudah dicapai serta dilengkapi
dengan pemberian tanda pemasangan.

2. Pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 75 -125 cm dari


dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan
bersangkutan.

3. Penempatan tersebut ayat (1) antara alat pemadam api yang satu dengan
lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter.

Bab.III Pemeliharaan
Pasal 11
1. Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 kali dalam setahun yaitu:
Pemeriksaan dalam jangka 6 Bulan dan 12 Bulan
Pasal 18
1. Setiap Tabung alat pemadam api ringan harus diisi kembali dengan cara ;
a. Untuk asam soda,busa,bahan kimia harus diisi setahun sekali
b. Untuk Jenis cairan busa yang dicampur lebih dahulu harus diisi 2 Tahun
Sekali
c. Untuk Jenis tabung gas Hydrocarbon Berhalogen,Co2 carbondioksida harus
diisi 3 tahun sekali,sedangkan jenis lainnya diisi selambat-lambatnya 5
tahun.
Pasal 24
Pengurus harus bertanggung jawab terhadap ditaatinya peraturan ini.

BAB.IV
Ketentuan Pidana
Pasal 25
Pengurus yang tidak mentaati ketentuan tersebut pasal 24 diancam dengan
hukuman kurungan selama 3 (tiga) bulan atau denda.

Fire
PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 2 TAHUN 2012
TENTANG
RETRIBUSI JASA UMUM PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN
Bagian kesatu
Nama,Objek,Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 38
Dengan Nama Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran dipungut
retribusi atas pelayanan pemeriksaan dan /atau pengujian alat pemadam
kebakaran.

Pasal 39
Objek Retribusi Pemeriksaan Alat pemadam Kebakaran adalah pelayanan
pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran,alat
penanggulangan kebakaran dan alat penyelamatan jiwa oleh pemerintah
Daerah terhadap alat-alat pemadam kebakaran,alat penanggulangan
kebakaran dan penyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan
oleh masyarakat.
Pasal 40
1. Subjek Retribusi Alat Pemadam Kebakaran adalah Orang Pribadi atau Badan
yang menggunakan/menikmati pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian
alat pemadam kebakaran.
2. Wajib Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah Orang
pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi,termasuk pemungut atau pemotong retribusi pemeriksaan alat
pemadam kebakaran.

Bagian kedua
Cara mengukur tingkat penggunaan jasa

Pasal 41

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis dan volume alat


pemadam kebakaran.
Bagian Ketiga
Struktur dan Besaran Tarif Retribusi
Direvisi Peraturan walikota Kendari Nomor:41 Tahun 2018.
Perubahan Struktur dan Besaran tarif Retribusi Pemeriksaan Alat
pemadam Kebakaran

NO JENIS PELAYANAN BESARAN TARIF


LAMA BARU
1 2 3 4
A. Jenis Busa,Super Busa dan
Sejenisnya:
1.Isi Sampai 25 Liter Rp. 25.000,- Rp. 50.000,-
2.Isi Lebih dari 25 Liter Rp. 50.000,- Rp.100.000,-

B. Jenis Dry Chemical Powder,Gen


CO2,dan Sejenisnya:
1.Berat sampai dengan 6 Kg. Rp. 25.000,- Rp. 50.000,-
2.Berat 6 Kg.samapi dengan 20 Kg Rp. 50.000,- Rp.100.000,-
3.Berat Lebih dari 20 Kg. Rp.100.000,- Rp.200.000,-

C. Jenis Fire Protection Handrank: Rp. 50.000,- Rp.100.000,-


B. SARANA PENCEGAHAN &
PENANGGULANGAN KEBAKARAN
1.Sarana Lingkungan Bangunan
Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran
dan memudahkan operasi pemadaman maka didalam
lingkungan bangunan harus tersedia jalan lingkungan jalur
akses dengan perkerasan yang dapat dilalui kendaraan
pemadam kebakaran.Fasilitas lingkungan bangunan yang
sudah direnacanakan untuk akses pemdam kebakaran
jangan dialih fungsikan untuk kepentingan lain seperti
taman,bangunan istirahat atau fungsi lainnya yang dapat
menghambat akses dan operasi mobil pemdam
 Sudut tikungan/belokan yang cukup.
 Penyediaan lokasi penempatan mobil pemadam.
2. Sarana jalan keluar
Sarana jalan keluar suatu gedung harus bebas dari segala
hambatan.
Ruang tangga tidak dijadikan sebagai gudang dan koridor tidak
dipakai tempat menumpuk barang ( lebar bersih koridor minimum
120 cm)
Pintu tangga darurat tidak boleh dalam posisi terkunci atau terbuka
dengan posisi diganjal.
Tanda exit diterangi secara external dan diberi tanda panah
penunjuk arah.
Lampu penerangan darurat dalam sumuran tangga harus selalu
dalam kondisi menyala.
Pressurizing fan (kipas Bertekanan)harus dapat beroperasi
memberi tekanan pada ruang tangga bila terjadi alarm kebakaran.

KELUAR
EXIT
3.Sarana sistem proteksi aktif
a. Alat Pemadam Api Ringan.
Penyediaan Alat pemadam api ringan dengan jenis,kapasitas dan
daya padam yang sesuai harus tersedia pada tiap lantai dalam
suatu gedung bertingkat.mengenai peletakan,jenis dan kapasitas
alat pemadam kebakaran disesuaikan dengan ketentuan yang ada.
Untuk menjaga agar alat pemadam api selalu siap digunakan maka
perlu dilakukan tindakan pemeriksaan secara berkala yang
berkaitan dengan kondisi slang , tabung, isi bahan pemadam serta
peletakannya.

b. Deteksi Alarm dan Detector


Sistem deteksi kebakaran pada bangunan gedung menggunakan
detektor yang mampu mendeteksi panas,asap dan nyala.pemilihan
jenis detektor yang digunakan dalam suatu bangunan disesuaikan
dengan perancangan penggunaan ruang-ruang dalam suatu
bangunan.Hal ini untuk menghindari terjadinya kesalahan pilihan
dalam penggunaan detektor dalam suatu ruang.
Perangkat yang memberikan tanda terjadinya kebakaran setelah
detektor mendeteksi adalah alarm yang dapat juga dibunyikan
dengan diaktifkannya titik panggil manual(manual call point)
Dalam peringkat kepastian terjadinya kebakaran dan membunyikan
alarm melalui titik panggil manual
JENIS DAN TIPE DETEKTOR
• ULTRA VIOLET
Nyala
Plame Detector • INFRA RED

• RATE OF RISE
Panas
Heat Detector • FIXED TEMPERATURE

• IONIZATION
Asap
Smock Detektor • PHOTO ELECTRIC

• Push bottom
Manual • Full down
• break glass
c. Sistem Sprinkler Otomatis
Pada gedung tinggi yang telah dilengkapi dengan
sistem sprinkler otomatis ,kebakaran yang terjadi akan
dapat terkendali. Namun demikian kendala yang
terjadi dengan gagalnya sistem sprinkler melindungi
bangunan dari kebakaran lebih banyak disebabkan
karena kurang terpeliharannya sistem yang terpasang
tersebut seperti contohnya katup dalam kondisi
tertutup dan tidak disurvei,pompa tidak beroperasi
atau air yang tersedia tidak mencukupi.

d. Sistem Hidran.
Jumlah kotak hidran dalam bangunan harus
disesuaikan dengan luas lantai bangunan.sitem hidran
dalam bangunan memerlukan pasokan jumlah air
yang tersedia dalam reservoir maupun tanki grafitasi
4. Sarana sistem Proteksi Pasif Fire
a. Ketahanan Struktur
Tujuannya adalah konstruksi bangunan harus mampu menciptakan kestabilan
struktur selama terjadi kebakaran sehingga memberi kesempatan pada
penghuni untuk menyelamatkan diri dan bagi petugas pemadam kebakaran
untuk melakukan oprasi pemadam kebakaran.

b. Dinding Tahan Api


Suatu bangunan harus mempunyai elemen bangunan yang pada tingkat
tertentu bisa mempertahankan stabilitas struktur selama terjadi kebakaran.
Dinding luar, dinding biasa dan bahan lantai serta rangka lantai harus dari
bahan yang tidak dapat terbakar . Sifat bahan bangunan dan komponen
struktur bangunan pada bangunan harus mampu menahan penjalaran api
kebakaran dan membatasi timbulnya asap agar kondisi ruang di dalam
bangunan tetap aman bagi penghuni selama melaksanakan evakuasi .

c. Pintu Tahan Api dan Penahan Asap


Pintu tahan api harus sesuai dengan standar pintu kebakaran dan tidak rusak
akibat adanya radiasi panas. Pintu penahan asap harus dibuat sedemikian
rupa sehingga asap tidak akan melewati pintu dari satu sisi ke sisi lainnya.
d. Kompartemenisasi
Merupakan suatu upaya mencegah penjalaran api dan asap
kebakaran dengan cara membatasi dengan dinding , lantai
kolom , balok yang tahan terhadap api untuk waktu yang
sesuai dengan kelas bangunan, ketentuan kompartemen
kebakaran adalah keseluruhan ruang yang ada dalam suatu
bangunan yang di dalamnya dipisahkan menjadi bagian
ruang dalam bangunan oleh penghalang api dan asap
kebakaran yang mempunyai ketahanan terhadap penyebaran
api dengan bukaan yang dilindungi secara baik.

Kompartemen kebakaran diantaranya meliputi dinding


koridor, pintu-pintu ruang , dinding pelindung yang
menyelubungi tangga keluar , penutup-penutup pada bukaan
vertikal (shaft Mekanikal dan eletrikal ), dinding pembatas
antar ruang dan lain-lain.
C.PRINSIP PEMADAMAN KEBAKARAN &
PENYELAMATAN JIWA PADA BG.
1. Pemadaman kebakaran hanya efektif
dilakukan dari dalam gedung.
Pemadaman kebakaran dalam bangunan tinggi efektif
dilakukan dengan sarana proteksi kebakaran yang tersedia
didalam bangunan seperi APAR,Hidran dan Sprinkler otomatis.
pemadaman kebakaran dalam bangunan gedung tidak hanya
didasarkan terhadap respon time tetapi perlu serangan
langsung.
2.Bangunan dikondisikan siap & Mandiri dalam
Menanggulangi Kebakaran
Kemampuan suatu bangunan dalam memadamkan
kebakaran yang terjadi didalamnya secara mandiri
menurut kesiapan dari peralatan proteksi yang
terpasang.Oleh sebab itu kesiapan sarana proteksi
kebakaran yang tersedia pada bangunan harus selalu
dijaga dan diperiksa kesiapannya termasuk
ketersediaan dan kapasitas air sebagai bahan pemadam
utama
3.Penyelamatan jiwa efektif dilakukan melalui
sarana jalan keluar dari dalam gedung atau
tangga darurat kebakaran
Kendala yang sering dihadapi dalam penggunaan
sarana jalan keluar adalah sarana jalan keluar sering
digunakan sebagai gudang penyimpanan barang
bekas atau akses menuju jalan keluar terhalangi oleh
barang-barang serta panah penunjuk arah lokasi pintu
jalan keluar tidak jelas.untuk efektifnya penggunaan
sarana jalan keluar yang telah tersedia perlu dilakukan
pengawasan dan pemeriksaan secara harian.
4.Evakuasi penghuni bangunan terbakar diarahkan
Kebawah

Hal ini dimaksudkan agar tidak terperangkap oleh asap


panas dan api yang cenderung menjalar kelantai atas.
5. Penanganan Keadaan Darurat Kebakaran harus
dipatuhi oleh setiap Penghuni dan pengelola
bangunan Gedung.

Keadaan Darurat adalah Suatu Insiden Mendadak


yang menghendaki adanya reaksi cepat akibat ancaman
keselamatan jiwa dan raga mis : Pemadaman
kebakaran,Pencarian,Penyelamatan,Pertolongan Pertama
dan tindakan Darurat Lainnya.
Dalam Menangani Keadaan Darurat kebakaran prosedur
yang perlu diperhatikan adalah sbb:
PADA SAAT MENEMUKAN KOBARAN API,
AKTIFKAN ALARM KEBAKARAN
ATAU HUBUNGI OPERATOR
JIKA MAMPU, PADAMKAN DENGAN
PERALATAN YANG TERSEDIA
(APAR DAN HIDRAN KEBAKARAN).
 Hentikan kegiatan atau hubungan
telepon.

 Jangan panik, tunggu pengumuman


selanjutnya.

 Jangan melakukan tindakan yang


membuat orang lain panik (lari,
saling mendorong, berteriak).

 Jika bukan regu Peran kebakaran,


carilah exit terdekat; Jangan sekali-
kali gunakan lift.

 Jika sudah berada di luar


bangunan, jangan masuk kembali
untuk alasan apapun.
 Segeratinggalkan ruangan .
 Jangan pikirkan barang.
 Keselamatan jiwa anda lebih penting.
 INGAT
!!! PADA SAAT MENUJU KELUAR,
JANGAN SEKALI-KALI MENGGUNAKAN
LIFT
 TUTUPLAH SEMUA PINTU YANG TELAH ANDA
LEWATI, UNTUK MENGHAMBAT PENJALARAN
API.
 JIKA
TERPERANGKAP DI DALAM
RUANGAN, BERITAHU KEBERADAAN
ANDA KEPADA ORANG DI LUAR.
 TUTUPLAH
CELAH DI BAWAH PINTU
DENGAN KAIN BASAH, UNTUK
MENGHINDARI MASUKNYA ASAP ATAU
KOBARAN API.
 JIKA
TERPERANGKAP DALAM RUANGAN
BERASAP, SELAMATKAN DIRI DENGAN
CARA MERANGKAK. UDARA DIBAGIAN
DIBAWAH RELATIF LEBIH BERSIH DARI
PENGARUH ASAP
AWAS !!!
 JANGAN MELOMPAT
SEPERTI INI, TUNGGU
BANTUAN PETUGAS
RESCUE.
Menuju tempat berhimpun…

 Setelah keluar dari pintu terakhir (muara jalan keluar/Exit


Discharge) langsung menuju tempat berhimpun
(Assembly point) yang telah ditentukan.
 Petugas akan melakukan pendataan personil (penghuni).
 Dilarang memasuki ruangan kembali sebelum dinyatakan
status aman.
Berdasarkan jenis :
1.Media pemadam jenis padat
misalnya:
a. Pasir atau Tanah.
b. Karung,Kain,handuk basah dan
selimut api (Fire Blanket).
c. Tepung Kimia kering.
( Dry Cemical Powder)
2.Media pemadam jenis Cair
Misalnya :
a. Air.
b. Busa.
3.Media Pemadam Jenis Gas.
Misalnya :
a. Karbondioksida (CO2).
b. Nitrogen(N2)
Menurut Perkembangannya :
1. Alat pemadam api tradisional yaitu alat pemadam api
yang menggunakan media/bahan dari alam yang
penggunaannya dan Pemindahannya secara
sederhana atau Trdisional.

2. Alat pemadam api Modern yaitu alat yang lebih dikenal


dengan sebutan APAR(Alat pemadam Api Ringan)
Media pemadam tradisional
a. Media pemadam Tradisional jenis pasir atau tanah ;
efektif digunakan untuk memadamkan api awal fungsi utama
adalah membatasi menjalarnya kebakaran.Metode pemadaman
ini adalah Penyelimutan dimana pasir/tanah akan menutupi
permukaan bahan yang terbakar sehingga suplai oksigen
terisolasi atau oksigen akan terpisah dari proses penyalaan.
b. Media Pemadam Tradisional Jenis Karung Basah.
Karung dalam keadaan kering merupakan benda/media
yang mudah terbakar,tetapi karung dalam keadaan
basah dapat digunakan sebagai media pemadaman.Hal
ini disebabkan karung yang dibasahi akan berakibat sulit
terbakar karena pori-pori karung menjadi rapat,sehingga
bila digunakan untuk menutupi/menyelimuti benda yang
terbakar akan padam.
C. Media pemadam jenis air
Air merupakan lawan utama dari api.air Efektif untuk memadamkan
kebakaran benda padat kecuali logam.Metode pemadam jenis air ini
dilakukan untuk proses pendinginan artinya air akan menurunkan suhu
bahan yang terbakar sehingga tidak mengeluarkan gas yang siap
terbakar. Keuntungan air sangat mudah didapat dalam jumlah yang
besar.
ALAT PEMADAM API MODERN ( APAR )

Pengertian :
Apar adalah Alat pemadam kebakaran yang dapat
dijinjing,dibawa, dioperasikan oleh satu orang dan berdiri
sendiri. Alat pemadam api Ringan mempunyai berat 1 lbs –
35 lbs (1/2 Kg – 16 Kg).Dalam penggunaannya alat
pemadam api ringan hanya untuk api awal/api kecil.setiap
alat harus dilengkapi dengan label atau logo.karena dari
label tersebut kita dapat mengetahui hal-hal penting seperti;
jenis media yang digunakan,aplikasi terhadap kelas
kebakaran,cara penggunaannya dll.
JENIS ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

1. APAR Jenis Air.(Water)


2. APAR Jenis Powder (tepung Kimia)
3. APAR Jenis Foam (Busa)
4. APAR Jenis CO2 (Gas)
5. APAR Jenis Halon.
WATER
1. APAR JENIS AIR
 Mempunyai keuntungan sbb:
1. Mempunyai daya serap panas yang besar.
2. Mempunyai daya pengembangan menjadi
uap yang sangat tinggi
3. Pada temperatur normal, air beratnya relatif
stabil.
4. Mudah disimpan, diangkat dan dialirkan.
5. Mudah didapat dalam jumlah yang banyak.
6. Dapat dipancarkan dalam bentuk : jet,spray,
fog.
7. Efektif digunakan pada kebakaran Kelas A
Benda padat kecuali logam.
2. APAR JENIS POWDER
POWDER

MENURUT KELAS KEBAKARAN YANG DIPADAMKAN POWDER


DIBAGI MENJADI 3 MACAM ;

1. Tepung kimia REGULER adalah tepung kimia yang


efektif untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C.

2. Tepung kimia MULTI PORPOSE adalah tepung kimia


yang efektif untuk memadamkan kebakaran kelas
A,B,C.

3. Tepung kimia SPECIAL DRY POWDER adalah


tepung kimia yang efektif untuk memadamkan
kebakaran khusus kelas D.
BAHAN BAKU POWDER
 Bahan baku tepung kimia reguler :
 Sodium bikarbonat.
 Potasium bikarbonat.
 Potasium carbonat.
 Potasium clorida.

 Bahanbaku tepung kimia multi purpose


Mono ammunium phosphate.

 Bahan baku special dry powder :


Campuran bahan – bahan tepung kimia (kalium
clorida, barium clorida, magnesium clorida,
natrium clorida, kalsium clorida)
Dry Chemical Powder

Prinsip :
Nyala api diselimuti oleh serbuk kimia
Sehingga menghalangi hubungan oksigen
Dengan benda yang terbakar.
F 3. APAR JENIS BUSA
O
A
m
 FOAM :
Kumpulan cairan yang berbentuk
gelembung-gelembung kecil yang berisi
gas / udara yang dapat mengapung di atas
permukaan zat cair dan mengalir di atas
permukaan zat padat..
Keuntungan: Efektif Memadamkan
Kebakaran Kealas A dan B
MACAM-MACAM BUSA
[Menurut cara terbentuknya]
1. BUSA KIMIA .
Busa yang terjadi karena adanya proses kimia.
- Tepung tunggal.
- Tepung ganda.

2. BUSA MEKANIK.
Busa yang terjadi karena adanya proses mekanis,
yaitu berupa campuran dari bahan pembuat busa
yaitu :
- cairan busa.
- air.
- udara.
Gelembung menyelimuti

Bila zat cair yang dipadamkan


FOAM
BAHAN PEMBENTUK BUSA
 KIMIA
 Aluminium sulfat
 Natrium bikarbonat
 Air
 MEKANIK
 Larutan busa
 Udara
 Air
 Alat Pembentuk Busa
4. APAR JENIS CO2
Keuntungan:
1. Efektif untuk kebakaran kelas B
dan C.
2. Berat jenis CO2 1,5 kali berat
udara.
3. Mudah menyebar keseluruh
areal kebakaran.
4. Tidak menghantarkan listrik.
5. Tidak meninggalkan residu.
Kerugiannya :
1. Berat.
2. Dapat menimbulkan listrik
statis.
5. APAR JENIS HALON
HALON

 Halon mempunyai kelebihan sbb :

 Tidak meninggalkan residu.


 Untuk kebakaran klas B .C
 Tidak menghantarkan listrik.
 Berat jenis halon 5 kali berat udara
Menurut KEPPRES RI No.23 Tahun 1992
Mengenai penggunaan bahan Chloro Flouro Carbon
Bahwa mulai 1 Januari 1997 tidak boleh digunakan
 Lapisan Ozon
adalah lapisan yang terdapat pada stratosphere
bumi ( lapisan udara yang berada antara 10 – 60
km dari permukaan bumi ) yang berfungsi
melindungi bumi dari sinar ultra violet matahari
yang membahayakan makhluk hidup .
 Dampak :
 Bahaya kanker kulit .

 Menurunnya sistem daya tahan tubuh .

 Menyebabkan katarak .

 Terganggunya panen pertanian .


SISTEM KERJA APAR
1. Sistem storage pressure: Water,Foam
Powder,Halon.Co2
2. Sistem gas cartridge: Water,Foam,Powder
3. Sistem reaksi kimia: Foam
4. Sistem pompa tangan: Water,Foam,Halon
WATER
HALON
POWDER
FOAM
TIPE ALAT PEMADAM API
FIRE EXTENGUISHER
TYPE TROLER TIPE GAS CARTRIDGE

TYPE SYSTEM THERMATIC TIPE STORAGE PRESSURE


SPESIFIKASI ALAT PEMADAM API RINGAN

BERAT ISI BERAT TOTAL TINGGI TOTAL GARIS TENGAH JARAK LAMA SEMPROT
JENIS APAR
( KG ) ( KG ) ( MM ) (MM) SEMPROT (M) (Det)
SERBUK KIMIA 1 2,6 325 89 1 S/D 2 8
KERING 3 6,8 490 128 2 S/D 4 13
DRY CHEMICAL 6 11,5 560 157 2 S/D 5 15
POWDER 12 21 580 182 3 S/D 6 21
MULTIPURPOSE 20 45 750 258 4 S/D 8 40
50 115 800 390 4 S/D 12 60
10 15 580 180 6 S/D 8 45
AFSL10 15,7 610 180 6 S/D 8 45
BUSA/FOAM 50 130 1100 290 10 S/D 12 180
100 220 1300 390 10 S/D 15 240
150 417 1550 445 15 S/D 20 240
3 12 530 140 1 S/D 2 15
CO2 6 23 940 140 1 S/D 3 25
CARBON DIOXIDA 12 50 1250 2X140 2 S/D 4 35
27 75 1500 230 2 S/D 5 45
Pemasangan dan Penempatan
APAR
SALAH
 Pada posisi yang mudah dilihat,
dicapai / diambil dan dilengkapi
dengan tanda pemasangan .
 Sesuai dengan jenis dan kelas
kebakaran benda yg di lindungi
 Harus menggantung pada dinding / BENAR
dalam lemari kaca .
 Ketinggian 75 – 125 cm dari lantai.
 Pada suhu antara 400 C – 490 C
Recommended Location APAR
NFPA
Recommended Location APAR
Menghitung kebutuhan APAR ditetapkan oleh National Fire
Protection Association (NFPA)
•Aula/Koridor/Perkantoran
Untuk ruang perkantoran dengan luas 200m persegi, sebaiknya
disediakan alat pemadam api dengan media dry chemical
powder seberat 6 kg di tiap ruangannya. Lalu untuk ruangan terusan
atau terbuka seperti koridor dan aula, sebaiknya disediakan APAR
dengan berat dan jenis yang sama berjarak 20 meter tiap unitnya.

•Kamar Tidur/Ruang Kantor/Ruangan berpartisi lainnya


Ruangan dengan partisi seperti kamar tidur dan ruang kantor sebaiknya
juga diproteksi dengan alat pemadam api ringan. Untuk ruangan
tersebut, sebaiknya disediakan alat pemadam api ringan
dengan media dry chemical powderberukuran 3 kg di tiap ruangannya.
•Ruang dengan alat elektronik/Ruang
panel elektronik/Ruang penyimpanan genset
Ruangan dengan alat elektronik dan mekanik sebaiknya
diberi 2 jenis alat pemadam api ringan. Alat pemadam api
ringan yang harus disiapkan adalah APAR dengan
media dry chemical powder bersatuan berat 4 kg dan APAR
dengan media CO2 bersatuan berat 6 kg.

•Area Produksi/Industri/Gardu Listirk


Dengan potensi kebakaran yang cukup tinggi pada
ruangan-ruangan seperti ini, maka ketersediaan APAR
sangatlah mutlak. Pada ruangan ini dihimbau untuk
menyediakan APAR dengan media dry chemical
powder ABC bermuatan besar juga APAR dengan media
CO2 dengan berat 9 kg.
Berdasakan sifat dan karakteristik api beserta elemen
pembentukannya maka secara umum pemadaman dilakukan dengan
cara memutuskan hubungan antara elemennya yakni:

REAKSI
RANTAI
KIMIA
1.PENDINGINAN/PENURUNAN TEMPERATUR ( COOLING )

Untuk memadamkan api dengan cara ini diperlukan suatu cara peniadaan
panas yang lebih cepat dari pada panas yang ditimbulkan oleh api
tersebut.dalam hal ini bahan pendinginan harus langsung mencapai bahan
bakar yang sedang terbakar.proses tersebut dengan cara mengaborsi
kalor/panas sehingga peningkatan panas menjadi terganggu dengan
demikian temperatur penyulutan tdak tercapai,pendinginan akan
menghentikan pula timbulnya uap dan gas yang mudah
terbakar.bahan pendingin yang umum dan praktis adalah air berupa
aliran air jet, atau aliran air spray.
2. PEMINDAHAN BAHAN BAKAR ( STARVATION )

Memindahkan Bahan Bakar Adalah : Pemadaman dengan


memindahkan unsur bahan bakar melalui pembatasan jumlah bahan
bakar proses pemadaman ini bukan saja sulit tapi sangat berbahaya.
Pemindahan bahan bakar merupakan suatu tindakan untuk
mengurangi atau menghilangkan kontak langsung antara benda yang
dapat terbakar dengan panas atau api kebakaran.tindakan ini
dilakukan dengan cara mengangkat atau memindahkan benda yang
dapat terbakar menjauh dari sumber api atau panas.
3. PEMBATASAN OKSIGEN (Smothering)
Adalah : pemindahan atau pemisahan unsur oksigen melalui
pembatasan pasokan supplay udara dengan mengurangi
konsentrasi oksigen sampai dibawah tingkat yang dibutuhkan
untuk pembakaran. hal ini biasa disebut penutupan atau
pengisolasian.
Pembatasan oksigen dapat dilakukan dengan cara pemindahan
oksigen atau dapat pula dilakukan dengan penyemprotan alat
pemadam api jenis karbondioksida.
4.PENGHENTIAN REAKSI KIMIA

Menghentikan reaksi rantai sebagai metode pemadam kebakaran


yang cukup efektif,khususnya untuk pemadam kebakaran dalam
ruangan.dengan metode ini proses pemadaman kebakaran akan
berlangsung cepat karena rantai reaksi pembakaran akan
terganggu ,sehingga reaksi yang diperlukan untuk pembakaran
selanjutnya terputus.Bahan yang bisa digunakan untuk
memutuskan rantai reaksi pembakaran biasanya dalam bentuk gas
seperti CO2 atau Dry Cemical Powder Multifurfose.
1. KLASIFIKASI KEBAKARAN KELAS A
Kebakaran yang terjadi pada benda padat yang
meninggalkan arang/debu bila terbakar.

KAYU KERTAS KAIN PLASTIK KARET

Metode pemadaman :
- Pendinginan Dengan Air.(cooling)
- Pemindahan Bahan Bakar (Starvation)
- Penghentian Reaksi Rantai Kimia (APAR jenis DCP
Kls.a atau DCPM Kls ABC
- Pembatasan Oksigen (Smothering) Secara Tradisional
2. KLASIFIKASI KEBAKARAN KELAS B
Kebakaran yang terjadi pada benda Cair dan Gas
yang mudah terbakar.

BENSIN SOLAR MINYAK TANAH LPG


Metode pemadaman :
- Penghambatan Terhadap Reaksi Rantai Kimia.(Apar Jenis Co2,Foam
DCP.Kls B Atau DCPM.Kls ABC
- Pembatasan Oksigen (Smothering) Secara Tradisional :Karung,Pasir
- Pemindahan Bahan Bakar.(Starvation) dengan Alat khusus
- Penurunan temperatur dengan air (Colling) menggunakan Nosle Fog
Atau Misteri Nozle
3. KLASIFIKASI KEBAKARAN KELAS C
Kebakaran yang Terjadi Pada peralatan Listrik yang Masih
bertegangan. Mis : Peralatan Bertenaga Listrik.

ARUS PENDEK ELECTRONIK


Metode Pemadaman :
- Penghentian reaksi Rantai Kimia (Apar Non Konduksi Mis. Co2
dan DCPM kls.ABC atau DCP kls.C
- Pemutusan terhadap Arus Listrik.
- Pembatasan Oksigen (smothering) secara Tradisional Jenis
Pasir atau Tanah.
4. KLASIFIKASI KEBAKARAN KELAS D
Kebakaran yang Terjadi Pada Logam yang mudah terbakar
Misalnya :
Magnesium, Titanium, Zirconium, Potasium, Lithium,
Calcium, Zinc.

Metode Pemadaman :
Penghentian Reaksi Rantai Kimia Dengan Bahan Pemadam
Khusus,Terutama tepung kimia KeringTertentu/Special Dry
Chemical Powder.kls D.
WASPADALAH
Terhadap Potensi Kebakaran
1.Listrik.
-Memasang kontak listrik secara bertumpuk
-Membuat Aliran Baru Tanpa izin dari PLN.
-Kabel listrik yang terpasang tidak standar dan tidak sesuai muatan listrik
-Membuat cabang aliran lebih dari tiga
-Meletakkan Kabel dibawah Karpet
-Menggunakan kabel kecil untuk peralatan dengan daya besar
-Meninggalkan Peralatan Listrik dalam keadaan aktif.
-Meletakkan Barang-barang cair didekat alat-alat elektronik.

2.Kompor
-MengisiKompor dalam keadaan menyala
-Meletakkan kompor pada dinding yang mudah menyala atau dekat barang
yang mudah terbakar.
-Tidak memeriksa sumbu kompor minyak secara teratur.
-Tidak memelihara saluran gas dari tabung ke kompor secara teratur dan rutin
-Meletakkan kompor Gas Pada Ruangan yang kurang pentilasi udara.
-Meninggalkan rumah saat kompor dalam keadaan menyala.
-Memindahkan Kompor Dalam Keadaan Menyala.
-Mematikan/Menyalakan/Aliran Listrik saat ada kebocoran Gas.

3.Potensi Akibat Lain.


-Merokok ditempat tidur
-Meletakkan anti nyamuk dekat dengan bahan-bahan yang mudah
terbakar.
-Menyalakan lilin didekat atau diatas barang yang mudah menyala
-Menyalakan Korek Api Atau Kompor Pada Saat ada kbocoran Gas.
 SISTEM adalah perpaduan dari sesuatu yang terdiri dari
bagian-bagian yang saling berhubungan dan merupakan satu
kesatuan yang mempunyai tujuan tertentu .

 EVAKUASI adalah upaya pemindahan penghuni dari suatu


tempat / ruangan yang terancam bahaya ketempat yang
aman .

 SISTEM EVAKUASI KEBAKARAN adalah upaya


pemindahan dari tempat berbahaya ke tempat yang aman
dengan mentaati ketentuan atau prosedur yang berlaku dari
suatu tempat atau bangunan .
MAKSUD DAN TUJUAN

 Mengetahui dan memahami tugas yang


harus dilakukan oleh team peran kebakaran
pada saat terjadi kebakaran atau keadaan
darurat.
SIADI DEMEN BABI ( Siapa – Apa - Dimana –
Dengan apa – Mengapa - Bagaimana –
Bilamana )

 Mengimplementasikan prosedur yang telah


dibuat secara efektif.
STANDARD MINIMAL :
STRUKTUR ORGANISASI
KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG (K2G)
KEPALA /
WAKIL K2G

POSKO
- Operator
- Teknisi

KA. PERAN SATPAM PMK


AREA SETEMPAT P3K
LANTAI

R.PEMADAM R. P3K R. EVAKUASI

R. RESCUE R. SALVAGE
TUGAS KEPALA / WAKIL KESELAMATAN
KEBAKARAN GEDUNG

 Pastikan bahwa Dinas Pemadam Kebakaran sudah


dihubungi .
 Menuju ke Posko kebakaran untuk memimpin
operasional
 Pastikan bahwa pemberitahuan kewaspadaan tingkat
pertama telah dilaksanakan .
 Pastikan bahwa peran kebakaran lantai telah
melaksanakan tugasnya .
 Tetap siaga untuk menerima status laporan dan
memperkirakan harus evakuasi bertahap atau
evakuasi total .
TUGAS OPERATOR
 Secepatnya menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran
dan Instansi terkait .
 Jangan memutuskan hubungan telepon sampai Dinas
Pemadam Kebakaran mengulangi berita .
 Mengendalikan sistem pemberitahuan umum .

TUGAS TEKNISI

 Mengatur dan mengontrol peralatan mekanik maupun


elektrik ( lift,alarm,pompa kebakaran,hidran,lampu
darurat, peralatan evakuasi dll )
 Membantu kelancaran tugas bantuan yang datang di TKP
.
TUGAS KEPALA / WAKIL PERAN KEBAKARAN LANTAI

PADA SAAT MENDENGAR ALARM .

 Memeriksa sub-sub panel alarm kebakaran untuk


menentukan sumber alarm tersebut .
 Apabila kebakaran tidak berada pada lantainya
yakinkan bahwa lantainya siap untuk evakuasi .
 Apabila kebakaran di lantainya segera laporkan ke
Posko Kebakaran :
- Namanya .
- Jenis yang terbakar .
- Lokasinya .
- Situasi terakhir .
 Memimpin pelaksanaan operasional di lantainya .
PADA SAAT MENDENGAR PEMBERITAHUAN
EVAKUASI

 Periksa semua ruangan dan perhatikan setiap


penghuni di lantainya untuk melaksanakan evakuasi .
 Pada saat evakuasi berikan perhatian khusus pada
orang cacat, hamil, anak-anak dll .
 Pastikan bahwa seluruh penghuni lantainya sudah
melaksanakan perintahnya .
 Pada saat tiba di tempat berhimpun laksanakan
infentarisasi terhadap penghuni lantainya .
 Laporkan tentang situasi terakhir dan status evakuasi
kepada K3G .
TUGAS SATPAM AREA

 Mengamankan area gedung yang terbakar .


 Mengatur lalu lintas disekitar gedung .
 Mengatur perpindahan kendaraan di tempat parkir
ketempat lain yang aman .
 Mengatur tersedianya jalan masuk bagi bantuan luar
yang datang .
 Menjaga dokumen / barang yang telah diselamatkan
 Sebagai penunjuk jalan bagi bantuan luar yang
datang .
 Selalu berkoordinasi dengan regu / pihak lain
TUGAS PEMADAM KEBAKARAN SETEMPAT

PADA SAAT MENDENGAR ALARM


- Berusaha mengetahui dengan pasti lokasi terjadinya
alarm kebakaran
- Menuju ke Posko Kebakaran untuk memantau
situasi .
- Seorang anggota regu mengatur lift kebakaran dan
menunggu kedatangan petugas pemadam .

PADA SAAT TERJADI KEBAKARAN


- Melaksanakan pemadaman / melokalisir kebakaran
sebelum Petugas Pemadam datang .
- Memberi informasi yang diperlukan oleh Petugas
bantuan yang datang .
- Selalu berkoordinasi dengan regu / pihak lain .
TUGAS P3K ( POLIKLINIK )
 Selalu berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit
terdekat .

 Melakuakan pertolongan dengan cepat dan tepat


apabila ada korban yang mengalami gangguan
kesehatan .

 Membawa korban ke Rumah Sakit apabila ada


korban yang perlu mendapatkan pertolongan lebih
lanjut .
TUGAS REGU PEMADAM KEBAKARAN LANTAI

 Memadamkan dan melokalisir kebakaran serta


menekan kerugian sekecil-kecilnya .

 Memadamkan kebakaran dengan menggunakan


peralatan ( Apar dan Hidran ) secara efektif dan
efesien .

 Melaporkan terjadinya kebakaran, perkembangan


dan hasil pemadaman .

 Selalu berkoordinasi dengan regu atau pihak lain .


TUGAS P3K LANTAI

 Melaksanakan pertolongan pertama


seperlunya dengan cepat dan tepat
apabila ditemuka korban yang
mengalami gangguan kesehatan .

 Mentransportasikan korban
ketempat lain yang aman

 Selalu berkoordinasi dengan regu


atau pihak lain .
TUGAS REGU EVAKUASI LANTAI
 Mengevakuasikan penghuni ketempat berhimpun
yang telah ditentukan .
 Memberi petunjuk, mengarahkan, dan mencarikan
jalan keluar kepada penghuni .
 Selalu mengingatkan penghuni agar tidak
menggunakan lift sekaligus mengarahkan agar
menuju tangga darurat terdekat .
 Selalu mengingatkan kepada ibu-ibu yang memakai
sepatu berhak tinggi harap dilepas .
 Menginformasikan ke regu P3K apabila ditemukan
penghuni yang perlu mendapatkan pertolongan .
 Selalu berkoordinasi dengan regu atau pihak lain .
TUGAS REGU PENYELAMATAN BARANG

 Menyelamatkan barang berharga atau


dokumen penting ketempat lain yang aman yang
telah ditentukan .
 Menyerahkan barang atau dokumen tersebut ke
bagian pengamanan .
 Selalu memonitor situasi terakhir kebakaran .
 Selalu berprinsip bahwa keselamatan jiwa lebih
penting dari harta benda .
 Selalu berkoordinasi dengan regu atau pihak lain .
EVAKUASI KEBAKARAN TEMPAT KERJA

Ketika anda mendengar Ikuti Rote Evakuasi Anda


Alarm Kebakaran,Hentikan Dan berjalan cepat menruni
Semua Pekerjaan Tangga keluar.

Evakuasi dalam Bangunan Lanjutkan Ke area yang


Dengan cara yang tenang Telah ditentukan untuk
Dan tertib. Pengambilan data anda

Tidak memasuki gedung


Jangan Menggunakan Lift/ Kecuali diperintahkan oleh
Elevator Otoritas untuk melakukan
nya.
Ketika anda mendengar Alarm
Kebakaran,Hentikan
Semua Pekerjaan
Evakuasi dalam Bangunan Dengan
cara yang tenang Dan tertib.
Jangan Menggunakan Lift/Elevator
Ikuti Rote Evakuasi Anda Dan berjalan
cepat menuruni Tangga Darurat.
Lanjutkan Ke area yangTelah ditentukan
untuk Pengambilan data anda
Tidak memasuki gedung Kecuali
diperintahkan oleh Otoritas untuk
melakukannya.
REFERENSI
1. Badan Standardisasi Nasional (2000) ,” SNI-SNI tentang Proteksi Kebakaran,” Jakarta.

2. Biro Hukum Pemerintahan DKI, Jakarta (1985),” Kompilasi SK. Gubernur KDKI tentang
Protap-protap dalam rangka Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di DKI,”.

3. Custer, RLP & Meacham, B.J (2001),” Introduction to Performance-based Fire Safety,”
NFPA, Quincy, MA.

4. DKI, Jakarta (2008),” Peraturan Daerah (Perda) no 8 Tahun 2008 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran dalam Wilayah DKI Jakarta,”

5. Departemen PU (2000) ,” Keputusan Menteri PU no 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan


Teknis Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan

6. Friedman, Raymond (1998),” Principles of Fire Protection Chemistry and Physics,” National
Fire Protection Association (NFPA), Quincy, MA, USA.

7. Ganjar Budiarto (2005), Dasar – Dasar Fiire Emergency Plan dan Pemenuhan Sarana
Keadaan Darurat, Kursus Teknik K3 Penanggulangan Kebakaran Tk Ahli Pratama (Klas B)

8. Suprapto (2003),” Hal-hal pokok Dalam Penyusunan Fire Emergency Plan (FEP) pada
Bangunan Gedung dan Industri,” Pelatihan Proteksi Kebakaran Level-B untuk PT. Astra,
BPSI, Jakarta.

9. Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keaselamatan Kerja.

10. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.


“ Selamat Bertugas “

You might also like