You are on page 1of 55

Asuhan Keperawatan

Halusinasi

Suci Tarmira 1610711120 Santi SH 1610711120


Dewi Astri Y 1610711118 Rizky A. I 1610711124
GUIDE POINT
▪ TEORI (HALUSINASI)
▪ ANALISA KASUS (HALUSINASI)
PENGERTIAN HALUSINASI

▪ Istilah halusinasi berasal dari bahasa latin hallucination yang bermakna


secara mental mengembara atau menjadi linglung. Jardi, dkk. (2013)
menegaskan “the term hallucination comes from the latin
“hallucination”: to wander mentally or to be absent-minded”
▪ Halusinasi di definisikan sebagai impresi atau pengalaman yang salah .
Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respons
neurobiologis maladaptif. Klien sebenarnya mengalami distorsi sensorik
sebagai hal yang nyata dan meresponnya. Pada halusinasi tidak ada
stimulus eksternal atau internal yang diidentifikasi. Halusinasi dapat
muncul dari salah satu panca indera (Stuart & Laraia, 2016).
▪ Menurut varcarolis, halusinasi dapat didefinisikan sebagai
tergantungnya persepsi sensori seseorang, dimana tidak
terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering adalah
halusinasi pendengaran (Auditory-hearing voices or sounds),
penglihatan (Visual-seeing prsons or thing),penciuman
(Olfactory-smelling odors), pengecapan (Gustatory-
experiencing tastes).
KESIMPULAN
Halusinasi merupakan suatu gejala gangguan jiwa dimana klien
merasakan suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada. Klien
mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan,
misalnya klien melihat suatu bayangan menakutkan, padahal
tidak ada bayangan tersebut.
ETIOLOGI
▪ Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan
karena panik, stress berat yang mengancam ego yang lemah,
dan isolasi sosial menarik diri (Townsend, M., 1998 dalam
Wijayaningsih, 2015).

▪ Menurut (Carpetino, L.J, (1998:381) dalam Wijayaningsih,2015)


isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau
kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau
keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain
tetapi tidak mampu untuk membuat kontak.
SKIZOFERNIA (Stuart,2016)
▪ Skizofrenia adalah salah satu dari gangguan jiwa. Gangguan
jiwa lainnya termasuk gangguan skizofreniform, gangguan
skizoafektif, gangguan waham, gangguan psikotik singkat dan
gangguan psikotik induksi zat (American Psychiatric
Association, 2016 dalam Stuart, 2016).
▪ Pengkajian melibatkan pemahaman cara di mana otak
memproses informasi dari indera dan respons perilaku yang
dihasilkan. Perilaku ini akan disusun dalam kategori :
Kognitif adalah Persepsi Adalah Emosi dijelaskan dalam
tindakan atau proses identifikasi dan hal suasana hati dan
mengetahui, melibatkan interpretasi stimulus afek.
kesadaran dan penilaian berdasarkan informasi
yang memungkinkan yang diterima melalui
otak untuk memproses penglihatan, suara, rasa,
informasi dengan cara sentuhan, dan
menyediakan akurasi, penciuman. Masalah
penyimpanan, dan persepsi adalah gejala
pengambilan. pertama yang sering
terjadi pada banyak
penyakit otak.
Definisi perilaku dan Sosialisasi Adalah Kesehatan Fisik Orang
gerakan “normal” kemampuan untuk dengan Skizofernia
didasarkan pada budaya, membentuk hubungan memiliki morbiditas dan
kesesuaian usia, dan
penerimaan social. kerjasama dan saling mortalitas yang lebih
Respons maladaptif tergantung dengan tinggi dari pada penyakit
neurobiologis menyebabkan orang lain. Masalah fisik. (Lawrence et
perilaku dan gerakan yang social dapat al,2010;Platt et al,
aneh, tidak sedap mengakibatkan penyakit 2010;Jetse et al,2011
dipandang, secara langsung dalam stuart,2016)
membingungkan, sulit untuk Maupun tidak langsung.
mengola, disfungsional ,
dan membingungkan orang
lain.
RENTANG RESPON NEUROBIOLOGI HALUSINASI
(Stuart,2016)
Rentang respons

Adaptif Maladaptif

1. Gangguan proses
1. Pikiran logis 1. Pikiran kadang pikir: waham
2. Persepsi akurat menyimpang 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 3. Ketidak mampuan
dengan pengalaman 3. Emosi tidak stabil untuk mengalami
4. Perilaku sesuai 4. Prilaku aneh emosi
5. Hubungan sosial 5. Menarik diri 4. Ketidakteraturan
5. Isolasi sosial
JENIS HALUSINASI
▪ Ada beberapa jenis halusinasi pada klien gangguan jiwa. Sekitar 70%
halusinasi yang di alami klien gangguan jiwa adalah halusinasi
dengar/suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi
penghidung, pengecapan, dan perabaan.
▪ Halusinasi di klasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu halusinasi pendengara,
halusinasi penglihatan, halusinasi pengecapan, halusinasi penghidung,
halusinasi perabaan. Data objektif dikaji dengan cara mengobservasi
prilaku klien, sedangkan data subjektif dikaji melalui wawancara dengan
klien berikut ini merupakan deskripsi kelima jenis halusinasi (Sutejo,
2017: 14) :
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Dengar /  Mengarahkan telinga pada  Mendengar suara atau
Suara (Auditory sumber suara bunyi gaduh
hearing voices or  Marah-marah tanpa sebab  Mendengar suara yang
sounds Hallucinations) yang jelas menyuruh untuk
 Bicara atau tertawa melakukan sesuatu yang
sendiri berbahaya
 Menutup telinga  Mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap
 Mendengar suara yang
sudah meningal
Halusinasi Penglihatan  Ketakutan pada sesuatu  Melihat makhluk
(Visual Hallucinations) atau objek yang dilihat tertentu, bayangan,
 Tatapan mata menuju seseorang yang sudah
tempat tertentu meningal, sesuatu yang
 Menuju arah tertentu menakutkan atau hantu,

Halusinasi Pengecapan  Adanya tindakan  cahaya


Klien seperti sedang
(Gustatory mengecap sesuatu, merasakan makanan
Hallucinations) gerakan mengunyah, atau rasa tertentu, atau
sering meludah, atau mengunyah sesuatu
muntah
Halusinasi  Adanya gerakan  Mencium dari bau-
Penghidung cuping hidung bauan tertentu,
(Olfactory karena mencium seperti bau mayat,
Hallucinations) sesuatu gerakan masakan, feses,
mengunyah, sering bayi, atau parfum
meludah, atau  Klien sering
muntah mengatakan sering
menyertai klien
demensia, kejang,
atau penyakit
Halusinasi Perabaan  Mengaruk-garuk  Klien mengatakan ada
(Tactile Hallucinations) permukaan kulit sesuatu menggerayangi
 Klien terlihat menatap tubuh, seperti tanggan,
tubuhnya dan terlihat seranga, atau makhluk
merasakan sesuatu yang halus
aneh seputar tubuhnya  Merasakan sesuatu di
permukaan kulit, seperti
rasa yang sangat panas
dan dingin, atau rasa
tersengat aliran listrik
Mengkaji Waktu

▪ Perawat perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya


halusinasi yang dialami oleh klien. Hal tersebut dilakukan untuk
menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi. Selain
itu, pengkajian tersebut digunakan untuk menghindari situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi, sehingga klien tidak larut dengan
halusinasi nya. Pengetahuan tentang frekuensi terjadinya halusinasi
dapat dijadikan landasan perencanaan frekuensi tindakan untuk
mencegah terjadinya halusinasi.
Mengkaji Respons Terhadap Halusinasi

▪ Dalam tujuannya untuk mengetahui dampak halusinasi pada klien dan


respons klien ketika halusinasi itu muncul, perawat dapat menanyakan
kepada klien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi
timbul. Perawat juga dapat menanyakan kepada keluarga atau orang
terdekat klien. Selain itu, perawat dapat mengobservasi dampak
halusinasi terhadap klien jika gangguan tersebut muncul.
Fase Fase Halusinasi
▪ Intensitas halusinasi meliputi empat tingkat, mulai tingkat I
hingga tingkat IV. (Sutejo, 2017: 11)
Tingkat Karakteristik Halusinasi Perilaku Klien

Tingkat I  Mengalami ansietas  Tersenyum


Memberi rasa nyaman kesepian, rasa bersalah, dan  Menggerakan bibir tanpa
Tingkat ansietas sedang ketakutan suara
Halusinasi merupakan  Mencoba berfokus pada  Menggerakan mata dengan
suatu kesenangan pikiran yang dapat cepat
menghilangkan ansietas  Respons verbal yang lambat
 Pikiran dan pengalaman  Diam dan konsentrasi
sensori masih ada dalam
kontrol kesadaran (jika
ansietas dikontrol).
Tingkat II  Pemgalaman sensori  Peningkatan sistem saraf
Menyalahkan menakutkan otak, tanda-tanda
Tingkat ansietas berat  Mulai merasa kehilangan ansietas, seperti
Halusinasi kontrol peningkatan denyut
menyebabkan rasa  Merasa dilecehkan oleh jantung, pernafasan, dan
antipati pengalaman sensori tekanan darah
tersebut  Rentang perhatian
 Menarik diri dari orang menyempit
lain  Konsentrasi dengan
  pengalaman sensori
NON PSIKOTIK  Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
Tingkat III  Klien menyerah dan  Perintah halusinasi
Mengontrol tingat menerima pengalaman ditaati
ansietas berat sensorinya  Sulit berhubungan
pengalaman sensori  Isi halusinasi menjadi dengan orang lain
tidak dapat ditolak atraktif  Rentang perhatiannya
lagi.  Kesepian bila hanya beberapa detik
pengalaman sensori atau menit
berakhir :  Gejala ansietas berat
  berkeringat, tremor, dan
PSIKOTIK tidak mampu mengikuti
perintah.
Tingkat IV  Pengalaman sensori  Perilaku panik
Menguasain tingkat menjadi ancaman  Berpotensi untuk
ansietas panik yang  Halusinasi dapat membunuh atau bunuh
diatur dan dipengaruhi berlangsung selama diri
oleh waham. beberapa jam atau  Tindakan kekerasan
hari. agitasi, menarik diri,
atau katatonia
 Tidak mampu
merespons perintah
yang kompleks
 Tidak mampu
merespons terhadap
Pengkajian
Proses terjadinya halusinasi pada klien akan dijelaskan dengan mengunakan konsep stres adaptasi
Stuart (2013) yang meliputi stresor dari faktor predisposisi dan presipitasi.(Sutejo,2017).

1. Faktor Predisposisi

Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah :


▪ Faktor biologis

Hal yang dikaji pada faktor biologis, meliputi adanya faktor herediter gangguan jiwa,
adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
pengunaan NAPZA.
▪ Faktor psikologis

Pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya kegagalan yang
berulang, individu korban kekerasan, kekurangan kasih sayang atau overprotektif.
▪ Sosiobudaya dan lingkungan

Klien dengan halusinasi didapat sosial ekonomi rendah, riwayat


penolakan lingkungan pada usia perkembangan anak, tingkat
pendidikan rendah, dan kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak berkerja
Faktor Predisposisi (Stuart,2016)
▪ Skizofrenia adalah gangguan perkembangan saraf otak.
Skizofrenia adalah gangguan neurobiologis kompleks sirkuit
otak neurotransmiter, defisit neuroanatomikal, kelainan
neuroelektrikal dan disregulasi neurosirkulatori.
Genetik
▪ Skizofrenia memainkan peran pada skizofrenia tetapi sulit untuk
memisahkan pengarus genetik dan lingkungan. Tujuan dari penelitian
genetik adalah untuk memetakan kerentanan genetik yang dapat
mengembangkan skizofrenia dan kemudian mengembangkan tindakan
genetik sebagai modalitas tritmen.
▪ Skizofrenia disebabkan oleh interaksi berbagai mekanisme biologis,
lingkungan dan pengalaman. Anak-anak yang memiliki orang tua
biologis dengan skizofrenia dan diadopsi pada saat lahir oleh sebuah
keluarga tanpa kejadian gangguan memiliki risiko yang sama seperti jika
orang tua biologis mereka telah mengangkat mereka.
NEUROBIOLOGI

▪ Penelitian menunjukkan bahwa korteks prefrontal dan korteks limbik


mungkin tidak sepenuhnya berkembang pada otak orang dengan
skizofrenia. Dua hasil penelitian neurobiologis yang paling konsisten
dalam skizofrenia adalah penurunan volume otak dan perubahan
sistem neurotransmiter.
▪ Studi neurotransmiter. Teori ini menyampaikan area mesolimbik
memiliki jalur dopamin di area prefrontal mesokortikal yang hipoaktif,
dan ketidakseimbangan terjadi di antara sistem neurotransmiter
dopamin dan serotonin (dan mungkin antara yang lain juga
▪ Dopamin penting dalam respon terhadap stres dan memiliki
banyak koneksi ke sistem limbik. Korteks prefrontal memiliki
beberapa reseptor dopamin sendiri, tapi mungkin mengatur
dopamin di sirkuit lain di otak. Dopamin hadir pada tingkat
tinggi di otak selama masa remaja akhir, ketika skizofrenia
biasanya pertama kali muncul.
Dopamin ditemukan dalam tiga bagian otak :
▪ Substansia nigra motor tengah, yang memengaruhi gerakan
dan koordinasi
▪ Otak tengah, yang melibatkan emosi dan memori.
▪ Koneksi hipotalamus-pituitari, yang melibatkan respon
emosional dan pola koping stres
▪ Serotonin juga berimplikasi pada skizofrenia. Serotonin memiliki efek modulasi
pada dopamin. Generasi pertama obat antipsikotik antipikal adalah kombinasi
serotonin/agen yang menghalangi dopamin, menjelaskan keberhasilan
perbaikan dengan antipsikotik. Memblokir serotonin dalam sistem limbik
meningkatkan dopamin frontal dengan efek menggantungkan yaitu
meningkatkan gejala negatif.

▪ Glutamat adalah neurotransmiter utama dalam otak . penelitian tentang


pengaruh PCP (phencyclidine), sebuah obat yang tampaknya meniru gejala
skizofrenia pada volunteers normal, telah menyebabkan pemahaman yang lebih
baik tentang bagaimana glutamat berinteraksi dengan dopamin. Fungsi
kompleks reseptor utama glutamat yaitu N-metil-d aspartat (NMDA) terganggu
oleh PCP. Sistem komunikasi otak yang penting telah ditemukan menjadi
abnormal pada korteks prefrontal dan talamus dalam studi postmortem orang
dengan Skizofernia.
 
Teori Virus dan Infeksi

▪ Bukti menunjukkan bahwa paparan virus influenza pada saat prenatal,


terutama selama trimester pertama, mungkin menjadi salah satu faktor
etiologi skizofrenia pada beberapa orang, tetapi tidak pada orang lain
(Brown dan Derkits, 2010 dalam Stuart, 2016).

▪ Infeksi virus lebih sering terjadi pada tempat-tempat yang ramai serta di
musim dingin dan awal musim semi; infeksi virus dapat terjadi intra uterin
atau pada anak usia dini, anak yang rentan. Penelitian telah
menemukan bahwa wanita dengan tingkat antibodi toksoplasma memiliki
risiko lebih tinggi secara signifikan mengembangkan gangguan spektrum
skizofrenia. (Pedersen et al, 2011 dalam Stuart,2016).
Faktor Presipitasi

▪ Biologis

Salah satu stresor yang mungkin adalah gangguan dalam


umpan balik otak yang mengatur jumlah infromasi yang dapat
diproses dalam waktu tertentu. Jika terlalu banyak informasi
yang dikirim sekaligus atau jika informasi tersebut rusak, lobus
frontal mengirimkan pesan yang berlebihan pada gaglia basalis.
▪ Gejala Pemicu

Stres tertentu sering mendahului episode baru dari penyakit.


Kata pemicu digunakan untuk mengambarkan stres tersebut.
Pemicu umum respon neurobiologis berkaitan dengan
kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku. Klien dengan
skizofrenia dapat belajar mengenali pemicu yang biasanya
direspon sangat reaktif dan mereka dapat diajarkan untuk
menghindarinya, jika mungkin, dan menghubungi perawat
penanggung jawab kesehatan jiwanya untuk membantu jika
mereka tidak dapat mengatasinya.
Tanda dan Gejala
▪ Tanda dan gejala halusinasi di nilai dari hasil observasi terhadap klien
serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah
(Sutejo,2017:13) :
Data subjektif
▪ Mendengar suara-suara atau kegaduhan
▪ Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
▪ Mendengarkan suata yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
▪ Melihat bayangan sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu
atau moster
▪ Mencium bau-bau seperti bau darah, urine, atau feses
▪ Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
Data Objektif
▪ Berbicara atau tertawa sendiri
▪ Marah-marah tanpa sebab
▪ Mengarahkan telinga ke arat tertentu
▪ Menutup telinga
▪ Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
▪ Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
▪ Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
▪ Menutup hidung
▪ Sering meludah
▪ Muntah
▪ Mengaruk-garuk permukaan kulit.
Gejala Positif dan Negatif Dari Skizofrenia
(Stuart,2016) GEJALA POSITIF :
GEJALA NEGATIF :
- Waham
- Afek datar
- Halusinasi
- Alogia
- Gangguan pemikiran
- Avolition/apatis
- Bicara kacau
- Anhedonia/asosialitas
- Perilaku bizar
- Defisit perhatian
- Afek tidak tepat

DISFUNGSI
SOSIAL/KERJA
-Pekerjaan/aktivitas
-Hubungan Interpersonal
-Perawatan Diri
-Mortalitas/Morbiditas

GEJALA KOGNITIF :
GEJALA SUASANA HATI
-Perhatian
:
-Memori
- Distoria
Fungsi eksekutif : abstraksi,
- Bunuh diri
pembentukan konsep, pemecahan
-Keputusasaan
masalah, pengambilan keputusan
Sumber Koping
▪ Proses penyesuaian setelah gangguan jiwa terdiri dari empat tahap dan
dapat berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun (Moller dan
Zauszniewsky,2012. Dalam Stuart,2016:307) :
▪ Disonansi Kognitif (gangguan jiwa aktif) : disonansi kognitif melibatkan
pencapaian keberhasilan farmakologi untuk menurunkan gejala dan
menstabilkan gangguan jiwa aktif dengan memilah kenyataan dari
ketidaknyataan setelah episode pertama. Hal ini dapat memakan waktu
6-12 bulan.
▪ Pencapaian wawasan (attaining insight) : permulaan wawasan terjadi
dengan kemampuan melakukan pemeriksaan terhadap kenyataan yang
dapat dipercaya. Hal ini memakan waktu 6-18 bulan dan tergantung pada
kerberhasilan pengobatan dan dukungan yang berlanjut.
▪ Kognitif yang konstan (stabilitas di segala aspek kehidupan) :
kognitif konstan (cognitive constancy) termasuk melanjutkan
hubungan intrapersonal yang normal dan kembali terlibat dalam
kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan dengan
sekolah dan bekerja. Fase ini berlangsung 1-3 tahun.
▪ Bergerak menuju prestasi kerja atau tujuan pendidikan
(kebiasaan kehidupan / ordinariness) : tahap ini termasuk
kemampuan untuk secara konsisten terlibat dalam kegiatan
harian yang sesuai usia hidup yang merefleksikan tujuan
sebelum gangguan jiwa. Fase ini berlangsung minimal 2 tahun.
Mekanisme Koping
▪ Regresi

Regresi berhubungan dengan proses informasi dan upaya yang di gunakan unuk
menanggulangi ansietas. Energi yang tersisa untuk aktivitas-sehari-hari tinggal
sedikit, sehingga klien menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
▪ Proteksi

Dalam hal ini, klien mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan


mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu benda.
▪ Menarik diri

Klien sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus internal.
▪ Keluarga mengingkari masalah yang di alami oleh klien (Sutejo,2017) 
Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Perubahan sensori persepsi: halusinasi

Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronik


Diagnosis Keperawatan

▪ Berdasarkan data yang di peroleh, ditetapkan bahwa diagnosis


keperawatan halusinasi adalah : gangguan sensori persepsi:
Halusinasi ………..
Analisa Kasus
Seseorang wanita berusia 27 tahun, belum menikah, dirawat untuk kelima
kalinya di RSJ sejak tahun 2008 dengan diagnosa medik Skizofrenia
paranoid. Klien mengatakan pembayaran dan perawatan selama di RSJ
menggunakan BPJS (data tambahan). Klien dibawa oleh keluarga dengan
alasan masuk bicara kacau/berbicara sendiri, marah-marah dan merusak
alat rumah tangga. Klien kesal mendengar suara pacarnya yang kemarin 1
minggu lalu memutuskan hubungan sudah 7 tahun lamanya secara sepihak
dan berkata bahwa dirinya tidak lebih cantik dari wanita lainnya (data
tambahan) dan berusaha mengusir dengan cara melempar barang. Klien
marah dan menutup kedua telinganya sambal berteriak (data
tambahan).Suara muncul pada malam dan siang hari. Klien juga malas
ngobrol dengan teman sekamarnya. Klien bercerita selama di rumah juga
selalu marah-marah, hal ini terjadi karna ia tersinggung dengan keluarga
yang tidak mempedulikan dirinya sehingga klien jarang untuk kontrol ke
dokter dan sudah putus obat lebih dari 1 bulan.
Klien merasa dirinya tidak berguna lagi, (data tambahan). Dari hasil
observasi perawat didapatkan data klien tampak senyum-senyum sendiri,
pandangan mata klien ke satu sudut ruangan, kontak mata mudah beralih,
gelisah, sulit tidur, tidak nafsu makan (data tambahan) saat komunikasi
dengan perawat klien lebih banyak menunduk, bicara lambat dan blocking
(terdiam). Klien menolak bergabung dengan temannya, lebih senang duduk
sendiri, melamun atau berjalan mondar-mandir tanpa arah. Ketika perawat
bertanya dengan klien tentang keluarga dan pacarnya wajah klien berubah
memerah dan tegang, pandangan tajam, dan mengepalkan tangannya.
PENGKAJIAN
Faktor Predisposisi
Biologis
▪ Klien terdiagnosa medik Skizofrenia Paranoid
▪ Klien dirawat untuk ke-5 kalinya di RSJ sejak tahun 2008

Psikologis
▪ Klien merasa tersinggung karena tidak diperdulikan oleh keluarga
▪ Klien merasa dirinya tidak berguna

Sosial Budaya
▪ -
Faktor Presipitasi

▪ Klien kesal mendengar suara pacarnya yang memutuskan


hubungan secara sepihak (1 minggu yang lalu)
▪ Klien jarang untuk kontrol ke dokter dan sudah putus obat
lebih dari 1 bulan.
Penilaian Stressor / Tanda dan Gejala
RESPONS
KOGNITIF AFEKTIF FISIOLOGIS PERILAKU
SOSIAL
a.Kesal dengan a.Marah-marah a.Sulit tidur a.Lebih senang a.Klien menolak
suara b.Berbicara b.tidak nafsu duduk sendiri bergabung
pacarnya kacau makan b.Lebih banyak dengan
b.Suara muncul c.Gelisah menunduk temannya
pada malam d.Takut c.Melamun atau b.Saat diajak
dan siang hari e.Berteriak dan berjalan berbicara oleh
c.Merasa menutup mondar perawat klien
tersinggung kedua telinga mandir tanpa Blocking
karena tidak arah (terdiam)
f. Kontak mata
diperdulikan beralih
oleh keluarga
g.Pandangan
d.Merasa mata ke satu
dirinya tidak sudut
berguna ruangan
h.Bicara lambat
Sumber Koping

Kemampuan
Dukungan Sosial Aset Material Kepercayaan
Personal (Personal
(Social Support) (Material Assets) (Positive Beliefs)
Ability)
a.Klien tidak a.Klien diantar ke a.Biaya perawatan a.Klien tidak
memiliki RSJ oleh keluarga rumah sakit memiliki
kemampuan menggunakan kepercayaan untuk
personal BPJS. sembuh.
Mekanisme Koping

Proyeksi
Adalah upaya untuk menjelaskan persepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu
(benda)
Dalam kasus :
▪ Klien marah marah berbicara kacau dan merusak alat rumah tangga
▪ Klien berteriak sambal menutup kedua telinga
▪ Klien kesal dengan suara pacarnya dan berusaha mengusir dengan
melempar barang
Menarik diri
▪ Berkaitan dengan masalah membangun kepercayaan dan
keasyikan dengan pengalaman internal.
Dalam kasus :
▪ Klien menolak gabung dengan teman nya
▪ Klien lebih suka duduk sendiri
▪ Klien lebih suka melamun berjalan mondar mandir tanpa arah
Analisa Data
No Data Masalah
1. DS : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
Klien Mengatakan
- Mendengar suara pacarnya yang telah memutskan
hubungan selama 7 tahun dijalin, pacarnya
mengatakan dirinya tak lebih cantik dari wanita
lainnya.
- Suara muncul pada siang dan malam hari
- Klien kesal mendengar suara pacarnya
- Klien mengatakan gelisah dan sulit tidur

DO :
- Klien marah dan menutup kedua telinganya sambal
berteriak
- Klien berusaha mengusir dengan melempar barang
- Bicara sendiri (kacau)
2. DS : Harga Diri Rendah
Klien Mengatakan
- Klien merasa dirinya tidak berguna lagi

DO :
- Klien lebih banyak menunduk
- Bicara lambat
3. DS : Isolasi Sosial
Klien Mengatakan
- Malas ngobrol dengan teman sekamarnya

DO:
- Saat komunikasi dengan perawat klien blocking
(terdiam)
- Klien lebih suka duduk sendiri
- Klien lebih suka melamun berjalan mondar mandir
tanpa arah
4. DS : Resiko Perilaku Kekerasan
- Klien dibawa oleh keluarga dengan
alasan masuk bicara kacau, marah-
marah dan merusak alat rumah
tangga.

DO:

- Ketika perawat bertanya dengan


klien tentang keluarga dan pacarnya
wajah klien berubah memerah dan
tegang, pandangan tajam, dan
mengepalkan tangannya.
Pohon masalah
Resiko Perilaku
Kekerasan

Perubahan sensori persepsi:


halusinasi

Isolasi Sosial

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


kronik
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (pendengaran)
2. Harga diri rendah
3. Isolasi social
4. Resiko Perilaku Kekerasan
SIMPULAN
▪ Istilah halusinasi berasal dari bahasa latin hallucination yang bermakna secara mental mengembara
atau menjadi linglung. Jardi, dkk. (2013) menegaskan “the term hallucination comes from the latin
“hallucination”: to wander mentally or to be absent-minded”. Halusinasi di definisikan sebagai impresi
atau pengalaman yang salah. Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respons
neurobiologis maladaptif. Klien sebenarnya mengalami distorsi sensorik sebagai hal yang nyata dan
meresponnya. Pada halusinasi tidak ada stimulus eksternal atau internal yang diidentifikasi.
Halusinasi dapat muncul dari salah satu panca indera (Stuart & Laraia, 2016).
▪ Skizofrenia adalah penyakit otak neurobiologis yang serius dan terus-menerus. Ini adalah salah satu
dari sekelompok gangguan jiwa.
▪ Terdapat macam-macam jenis halusinasi serta tingkatannya untuk membedakan atau
mengklasifikasikan mengenai halusinasi. halusinasi
▪ Rentang respon neurobiologi meliputi tentang respon adaptif, seperti pemikiran logis dan persepsi
yang akurat, sedangkan respon maladaptif, seperti distorsi pikiran, halusinasi, dan psikosis.
▪ Sebuah sistem umum untuk mengkategorikan daftar gejala skizofrenia adalah “gejala positif” (perilaku
berlebihan) dan “gejala negatif” (hilangnya perilaku).
DAFTAR PUSTAKA
▪ Stuart.2016.Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa
Stuart. Ed. 1. Singapore : Elsevier
▪ Sutejo.2017. Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan
Keperawatan Kesehatan Jiwa : Gangguan Jiwa dan
Psikososial. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
▪ Wijayaningsih, Kartika S. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik
Keperawatan Jiwa. Jakarta : TIM
JADILAH INDIVIDU SEHAT JIWA 
TERIMAKASIH

You might also like