Professional Documents
Culture Documents
Halusinasi
Adaptif Maladaptif
1. Gangguan proses
1. Pikiran logis 1. Pikiran kadang pikir: waham
2. Persepsi akurat menyimpang 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 3. Ketidak mampuan
dengan pengalaman 3. Emosi tidak stabil untuk mengalami
4. Perilaku sesuai 4. Prilaku aneh emosi
5. Hubungan sosial 5. Menarik diri 4. Ketidakteraturan
5. Isolasi sosial
JENIS HALUSINASI
▪ Ada beberapa jenis halusinasi pada klien gangguan jiwa. Sekitar 70%
halusinasi yang di alami klien gangguan jiwa adalah halusinasi
dengar/suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi
penghidung, pengecapan, dan perabaan.
▪ Halusinasi di klasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu halusinasi pendengara,
halusinasi penglihatan, halusinasi pengecapan, halusinasi penghidung,
halusinasi perabaan. Data objektif dikaji dengan cara mengobservasi
prilaku klien, sedangkan data subjektif dikaji melalui wawancara dengan
klien berikut ini merupakan deskripsi kelima jenis halusinasi (Sutejo,
2017: 14) :
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi Dengar / Mengarahkan telinga pada Mendengar suara atau
Suara (Auditory sumber suara bunyi gaduh
hearing voices or Marah-marah tanpa sebab Mendengar suara yang
sounds Hallucinations) yang jelas menyuruh untuk
Bicara atau tertawa melakukan sesuatu yang
sendiri berbahaya
Menutup telinga Mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap
Mendengar suara yang
sudah meningal
Halusinasi Penglihatan Ketakutan pada sesuatu Melihat makhluk
(Visual Hallucinations) atau objek yang dilihat tertentu, bayangan,
Tatapan mata menuju seseorang yang sudah
tempat tertentu meningal, sesuatu yang
Menuju arah tertentu menakutkan atau hantu,
1. Faktor Predisposisi
Hal yang dikaji pada faktor biologis, meliputi adanya faktor herediter gangguan jiwa,
adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
pengunaan NAPZA.
▪ Faktor psikologis
Pada klien yang mengalami halusinasi, dapat ditemukan adanya kegagalan yang
berulang, individu korban kekerasan, kekurangan kasih sayang atau overprotektif.
▪ Sosiobudaya dan lingkungan
▪ Infeksi virus lebih sering terjadi pada tempat-tempat yang ramai serta di
musim dingin dan awal musim semi; infeksi virus dapat terjadi intra uterin
atau pada anak usia dini, anak yang rentan. Penelitian telah
menemukan bahwa wanita dengan tingkat antibodi toksoplasma memiliki
risiko lebih tinggi secara signifikan mengembangkan gangguan spektrum
skizofrenia. (Pedersen et al, 2011 dalam Stuart,2016).
Faktor Presipitasi
▪ Biologis
DISFUNGSI
SOSIAL/KERJA
-Pekerjaan/aktivitas
-Hubungan Interpersonal
-Perawatan Diri
-Mortalitas/Morbiditas
GEJALA KOGNITIF :
GEJALA SUASANA HATI
-Perhatian
:
-Memori
- Distoria
Fungsi eksekutif : abstraksi,
- Bunuh diri
pembentukan konsep, pemecahan
-Keputusasaan
masalah, pengambilan keputusan
Sumber Koping
▪ Proses penyesuaian setelah gangguan jiwa terdiri dari empat tahap dan
dapat berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun (Moller dan
Zauszniewsky,2012. Dalam Stuart,2016:307) :
▪ Disonansi Kognitif (gangguan jiwa aktif) : disonansi kognitif melibatkan
pencapaian keberhasilan farmakologi untuk menurunkan gejala dan
menstabilkan gangguan jiwa aktif dengan memilah kenyataan dari
ketidaknyataan setelah episode pertama. Hal ini dapat memakan waktu
6-12 bulan.
▪ Pencapaian wawasan (attaining insight) : permulaan wawasan terjadi
dengan kemampuan melakukan pemeriksaan terhadap kenyataan yang
dapat dipercaya. Hal ini memakan waktu 6-18 bulan dan tergantung pada
kerberhasilan pengobatan dan dukungan yang berlanjut.
▪ Kognitif yang konstan (stabilitas di segala aspek kehidupan) :
kognitif konstan (cognitive constancy) termasuk melanjutkan
hubungan intrapersonal yang normal dan kembali terlibat dalam
kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan dengan
sekolah dan bekerja. Fase ini berlangsung 1-3 tahun.
▪ Bergerak menuju prestasi kerja atau tujuan pendidikan
(kebiasaan kehidupan / ordinariness) : tahap ini termasuk
kemampuan untuk secara konsisten terlibat dalam kegiatan
harian yang sesuai usia hidup yang merefleksikan tujuan
sebelum gangguan jiwa. Fase ini berlangsung minimal 2 tahun.
Mekanisme Koping
▪ Regresi
Regresi berhubungan dengan proses informasi dan upaya yang di gunakan unuk
menanggulangi ansietas. Energi yang tersisa untuk aktivitas-sehari-hari tinggal
sedikit, sehingga klien menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
▪ Proteksi
Klien sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus internal.
▪ Keluarga mengingkari masalah yang di alami oleh klien (Sutejo,2017)
Pohon Masalah
Psikologis
▪ Klien merasa tersinggung karena tidak diperdulikan oleh keluarga
▪ Klien merasa dirinya tidak berguna
Sosial Budaya
▪ -
Faktor Presipitasi
Kemampuan
Dukungan Sosial Aset Material Kepercayaan
Personal (Personal
(Social Support) (Material Assets) (Positive Beliefs)
Ability)
a.Klien tidak a.Klien diantar ke a.Biaya perawatan a.Klien tidak
memiliki RSJ oleh keluarga rumah sakit memiliki
kemampuan menggunakan kepercayaan untuk
personal BPJS. sembuh.
Mekanisme Koping
Proyeksi
Adalah upaya untuk menjelaskan persepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu
(benda)
Dalam kasus :
▪ Klien marah marah berbicara kacau dan merusak alat rumah tangga
▪ Klien berteriak sambal menutup kedua telinga
▪ Klien kesal dengan suara pacarnya dan berusaha mengusir dengan
melempar barang
Menarik diri
▪ Berkaitan dengan masalah membangun kepercayaan dan
keasyikan dengan pengalaman internal.
Dalam kasus :
▪ Klien menolak gabung dengan teman nya
▪ Klien lebih suka duduk sendiri
▪ Klien lebih suka melamun berjalan mondar mandir tanpa arah
Analisa Data
No Data Masalah
1. DS : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
Klien Mengatakan
- Mendengar suara pacarnya yang telah memutskan
hubungan selama 7 tahun dijalin, pacarnya
mengatakan dirinya tak lebih cantik dari wanita
lainnya.
- Suara muncul pada siang dan malam hari
- Klien kesal mendengar suara pacarnya
- Klien mengatakan gelisah dan sulit tidur
DO :
- Klien marah dan menutup kedua telinganya sambal
berteriak
- Klien berusaha mengusir dengan melempar barang
- Bicara sendiri (kacau)
2. DS : Harga Diri Rendah
Klien Mengatakan
- Klien merasa dirinya tidak berguna lagi
DO :
- Klien lebih banyak menunduk
- Bicara lambat
3. DS : Isolasi Sosial
Klien Mengatakan
- Malas ngobrol dengan teman sekamarnya
DO:
- Saat komunikasi dengan perawat klien blocking
(terdiam)
- Klien lebih suka duduk sendiri
- Klien lebih suka melamun berjalan mondar mandir
tanpa arah
4. DS : Resiko Perilaku Kekerasan
- Klien dibawa oleh keluarga dengan
alasan masuk bicara kacau, marah-
marah dan merusak alat rumah
tangga.
DO:
Isolasi Sosial