You are on page 1of 56

DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

1
BUKD 2012 1
GEOGRAFI INDONESIA
Terdiri atas 17.508 Pulau
Satu-satunya Negara yang
Terletak pada Pertemuan 4
lempeng tektonik
Masuk Dalam “Pacific ring
of fire”
yang terdiri atas lebih dari
80 gunung berapi aktif
yang berbahaya

INDONESIA  SUPERMARKET BENCANA


1.545
* Mendadak (akut) :
Adanya korban manusia,rusaknya prasarana,
sarana, fasilitas dll.

Perlahan-lahan (slow onset disaster) :

Menurunnya tingkat kehidupan masyarakat karena


kesulitan memperoleh kebutuhan hidup pokok
akibat kekeringan, kebakaran dll.
Deklarasi Makasar 2000

1. Meningkatkan rasa cinta bernegara, demi terjalinnya


kesatuan dan persatuan bangsa, dimana rasa sehat dan aman
merupakan perekat keutuhan bangsa.
2. Mengusahakan peningkatan serta pendaya gunaan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana yang ada, guna menjamin rasa
sehat dan aman, yang merupakan Hak asasi menusia
3. Memasyarakatkan Sistem penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
Sehari –hari dan Bencana (SPGDTS/B) secara efektif dan efisien.
4. Meningkatkan peran serta masyarakat, dalam pelaksanaan SPGDT
melalui pendidikan dan pelatihan.
5. Membentuk brigade GADAR yang terdiri dari komponen lintas sektor
baik medik maupun non medik, berperan dalam pelaksanaan SPGDT
dengan melibatkan peran serta masyarakat.
6. Dengan terlaksananya butir-butir diatas, diharapkan tercapai
keterpaduan antara pemerintah dan masyarakat dalam menciptakan
keadaan sehat dan aman bagi bangsa dan negara (safe community)
menghadapi GADAR sehari-sehari maupun bencana.
7. Terlaksananya SPGDT menjadi dasar menuju “ Indonesia Sehat 2010
dan Safe Community”
MAKASAR, 15 November 2000
Fix the roof while the sun shine
Jhon f. Kennedy

Keadaan tenang merupakan kesempatan


untuk mempersiapkan diri, memperbaiki
kelemahan-kelemahan, menyempurnakan
berbagai prosedur pemantapan organisasi dan
lain-lain.

Kesiapan dalam bentuk safe


community.
SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT
DARURAT TERPADU

SISTEM YANG TERDIRI DARI KOMPONEN :


• PRA RS – RS – INTER RS
• KOMUNIKASI DAN TRANSPORTASI
• SDM KESEHATAN DAN KESEHATAN
• MULTI SEKTOR

MERUPAKAN RESPONS CEPAT


MENEKANKAN
“TIME SAVING IS LIFE AND LIMB SAVING”
NILAI HAKIKI KEMANUSIAAN
• Keadaan Aman
• Sehat
• Sejahtera
• Keadilan
SAFE COMMUNITY

• Preparedness • Quick Response


• Prevention SPGDT
• Mitigation (Life Saving & Limb Saving)
MENJAGA DAN • Rehabilitation
MEMPERTAHANKAN
EKSISTENSI BANGSA

• Komponen Esensial Kehidupan Manusia


• Titik Berat Pada Peran Masyarakat
• Pemerintah Memfasilitasi
SAFE COMMUNITY
Shared Vision Masyarakat sehat, aman, sejahtera
Public safety center (ASTER)

Masya Pelayanan kesehatan


rakat Akses (Safe, aspek kesehatan SPGDT-S/B)

Instansi
Instansi
- Polisi NonKes
Non kes PERDA
- PMK APBD
- Asuransi Eksekutif
Eksekutif Pemberdayaan, pencegahan
Legislatif
Legislatif penyuluhan
- Pembiayaan
Masyarakat Umum - Perilaku sehat
Pendekatan
(Primary prevention)
struktural
Pendekatan kultural Semua stakeholder
(Pada paradigma sehat: fokus pada primary prevention) berperan serta
10
PUBLIC SAFETY CENTRE
• Pusat pelayanan yang
UJUNGTOMBAK menjamin kebutuhan
SAFE masyarakat dalam
COMMUNITY kegawat- daruratan

PUBLIC • Gabungan AGD 118,


SAR/PK 113, Polisi 110
SAFETY
CENTER • quick response terutama
pelayanan pra RS.
Kepmenkes No. 106/Menkes/SK/I/2004
Tentang
Tim SPGDT dan Pelatihan PPGD / GELS

Untuk melaksanakan SPGDT perlu


dilakukan secara :
• Terkoordinasi antar berbagai sektor
dan program terkait.
• Mulai dari Pra RS sampai RS
(di IRD, HCU & Kamar Jenazah), serta
• Antar Rumah Sakit.
100 % Terpecahkan

Masyarakat
& Masalah
Infra-Struktur Gadar Sebagian Terpecahkan
Yan Gadar

Tak Terpecahkan
•Technical Guidance
•Technical Assistance
Mgt & Technical Assistance

BRIGADE SIAGA BENCANA

• dr. PTT
• RS / Puskesmas
• PMI
• Polri / TNI
• Unsur Lain Terkait
MASYARAKAT AMAN SEHAT SEJAHTERA (ASTER)
(SAFE COMMUNITY)

Wong cilik
/ Rakyat kecil

Kerja sama
antar institusi

PEMDA I KES DPRD Jasa PROFESI


Raharja

PEMDA II POLDA PHRI ASKES LSM

PERLU KEMAMPUAN
ADVOKASI

Evaluasi Pelaksanaan SafeComm 7 Prop/Koes/14-15 Jul.05/Jogja


Strategi pengembangan meliputi:
1. Administrasi dan managemen :
Pembagian tugas dan kewajiban.
2. Sumber daya manusia : Sesuai
kebutuhan setempat.
3. Teknologi : Medik dan non medik.
4. Pembiayaan : Asuransi, subsidi,
prabayar dll.
KEBIJAKAN KEMKES

• Regionalisasi
 9 wilayah +
2 Sub regional
Rujukan
• Desa siaga
• Disaster plan
• dll
Dibawah koordinasi Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan
• Day to day Emergency
• Menyiapkan jaringan RS
Rujukan Bencana
• Menyiapkan Pra Rumah Sakit
• Ambulance service
• Publik Safety Center (PSC)
• Pembentukan Desa Siaga dengan SK Menkes no
564/MENKES/SK/VIII/2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga memberi
peluang berkembangnya safe community di
Masyarakat.
• Menegaskan salah satu kegiatan dari Pos Kesehatan
Desa adalah “Kesiapsiagaan dan penanggulangan
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan"
• Menyiapkan awam khusus siaga bencana
• Menyiapkan awam umum  basic life support
• Diharapkan Desa Siaga telah terbentuk di seluruh
Indonesia dekade ini. Apabila harapan dapat
terlaksana maka proses terciptanya kesiapsiagaan
terhadap bencana dipedesaan akan berjalan dengan
baik.
DISASTER PLAN

–Penyusunan Disaster Plan di Dinkes dan


Rumah Sakit
–Disaster plan RS:
• Internal: Penanganan Bencana di dlm RS
• Ekternal: Penanganan Bencana di luar RS
–Simulasi
–Evaluasi
KETENTUAN UMUM
1. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan
gawat darurat yang memiliki kemampuan :
1. Melakukan pemeriksaan awal kasus – kasus gawat darurat
2. Melakukan resusitasi dan stabilisasi.
2. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit
harus dapat memberikan pelayanan 24 jam secara
terus menerus 7 hari dalam seminggu.
3. Berbagai nama untuk Instalasi/instalasi pelayanan
gawat darurat di rumah sakit diseragamkan
menjadi INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
Lanjut ...

4. Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan pada


organisasi multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi, dengan
struktur organisasi fungsional yang terdiri dari unsur pimpinan
dan unsur pelaksana, yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat darurat di
Instalasi Gawat Darurat (IGD), dengan wewenang penuh.
5. Instalasi Gawat Darurat harus bisa bekerjasama dengan
Instalasi pelayanan medis terkait yang ada di luar maupun di
dalam instansi pelayanan kesehatan tersebut, baik pra rumah
sakit maupun rumah sakit dalam menyelenggarakan terapi
definitif.
6. Dalam pelaksanaan pelayanan di Instalasi Pelayanan Gawat
Darurat harus mempunyai alur pelayanan sebagai berikut :
1. Pelayanan Triase (screening)
2. Ruang resusitasi / stabilisasi
3. Ruang observasi sesuai fasilitas dan kemampuan
yang tersedia didukung kemampuan terapi
definitif
4. Pelayanan rekam medik 24 jam
Lanjut ...

7. Dalam pelayanannya Instalasi Gawat Darurat tidak


diperkenankan menolak pasien gawatdarurat karena
alasan pembiayaan.
8. Instalasi Gawat Darurat wajib menerima pasien gawat
darurat dan menanganinya sesuai klasifikasinya.
9. Dalam pelaksanaan pelayanan di Instalasi Pelayanan
Gawat Darurat harus Dalam kesiagaan menghadapi
musibah massal / bencana :
1. Mempunyai disaster plan yang merupakan bagian dari
Disaster Plan rumah sakit.
2. Mempunyai area yang dapat digunakan untuk penanganan
korban massal akibat bencana.
3. Mempunyai kerjasama dengan sarana dan fasilitas pelayanan
kesehatan di sekitarnya dalam menghadapi musibah massal/
bencana yang terjadi di daerah wilayah kerjanya. (Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu – Bencana)
Lanjut ...

10. Memiliki sarana penunjang pelayanan sebagai berikut :


a. Penunjang Medis :
Radiologi, laboratorium klinik, depofarmasi dan Bank Darah
RS / Instalasi Transfusi Darah RS
b. Penunjang Non Medis :
Komunikasi khusus (telepon, radiomedik) dan ambulans
11. Memiliki SDM yang terampil dalam penanggulangan penderita gawat
darurat.
12. Klasifikasi yang membedakan setiap pelayanan di Instalasi Gawat
Darurat (emerjensi) di rumah sakit, adalah kemampuan dalam
melakukan pemeriksaan awal dan penatalaksanaan pasien gawat
darurat yang diketahui dengan adanya :
1. Ketersediaan sumber daya manusia
2. Ketersediaan fasilitas dan peralatan
3. Ketersediaan sarana pendukung
4. Ketersediaan sistem kendali mutu

Setiap Rumah Sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan


pelayanan gawat daruratnya minimal sesuai dengan kelas
rumah sakitnya.
TUJUAN IGD
• Menurunkan angka kematian dan kecacatan.
• Menerima dan melakukan rujukan pasien atau
mengirim pasien/ melakukan rujukan baik secara
horizontal (setingkat) maupun vertikal (ketingkat
yang lebih tinggi).
• Melakukan penanganan korban musibah massal dan
bencana yang terjadi di dalam maupun di luar rumah
sakit.
• Melakukan penanganan kasus “true emergency”
maupun “false emergency”
KLASIFIKASI

Klasifikasi Instalasi Gawat Darurat terdiri dari :


– Instalasi Pelayanan Gawat Darurat Bintang IV sebagai
standar minimal untuk Rumah Sakit Tipe A
– Instalasi Pelayanan Gawat Darurat Bintang III sebagai
standar minimal untuk Rumah Sakit Tipe B
– Instalasi Pelayanan Gawat Darurat Bintang II sebagai
standar minimal untuk Rumah Sakit Tipe C
– Instalasi Pelayanan Gawat Darurat Bintang I sebagai
standar minimal untuk Rumah Sakit Tipe D
• SDM
• SARANA
• FASILITAS :
– MEDIS
– NON MEDIS
• ORGANISASI DAN TATALAKSANA  KENDALI
MUTU
 LIST OF SERVICES
PERAN IGD
DALAM
PERAN RUMAH SAKIT pada saat bencana

Active Responder
Partisipasi sebagai bagian ‘Disaster
Menerima korban disaster
Hospital networking’

Active Responder & Coordinator Tingkat Lokal


Menjadi koordinator bagi RS berdasar kesepakatan antar RS
sekitarnya setempat

Active Responder dan mampu bergerak ke Tingkat Nasional

Tenaga, Sarana-Prasarana, asistensi manajerial


Pengorganisasian di Rumah Sakit

1. INTERNAL DISASTER : Umumnya


dikoordinasi melalui
2. EXTERNAL DISASTER : K3RS

Instalasi Gawat Darurat


Staf senior IGD sgi koordinator operasional
Perawat sipervisor IGD
Radiomedik
Tim ambulan
Keperawatan
SPGDT-S
(SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU SEHARI-HARI)
Polri
A PENCEGAHAN B
PENANGGULANGAN
PMK
MULTI DISIPLIN
ANTARA LAIN 2 SUMBER DAYA MANUSIA MULTI PROFESI DLLAJR
- HELM YANG MEMBERI PERTOLONGAN MULTI SEKTOR Dll
- SABUK AWAM UMUM PETUGAS DOKTER
PENGAMAN AWAM KHUSUS AMBULANS PERAWAT
TUJUAN
MENCEGAH
MASYARAKAT 3 KOMUNIKASI - KEMATIAN
AMAN / - KECACADAN
SEJAHTERA
(SAFE COMMUNITY) 4 TRANSPORTASI

PASIEN AMBULANS PUSKESMAS RS.KLAS C RS. KLAS A/B

PRA RS INTRA RS INTRA RS

C ANTAR RS
PENDANAAN
TIME SAVING IS LIFE SAVING
RESPONSE TIME DIUPAYAKAN SEPENDEK MUNGKIN
MERUJUK THE RIGHT PATIENT, TO THE RIGHT PLACE AT THE RIGHT TIME
Call Center SPGDT
Petugas Call
Center

Petugas Call Jejaring Informasi RS


Center/IGD RS. A Petugas Call
Center/IGD RS. A
Petugas Call
RS Rujukan Lain
Center/IGD RS. B RS Rujukan Lain Petugas Call
Center/IGD RS. A
RS Rujukan B

Dokter Ahli
Dokter Ahli

Network

?
Dokter Ahli Dokter Ahli

Titik Pelayanan Titik kecelakaan


Kesehatan Puskesmas/Klinik

Pasien
Dokter
Pasien
RUJUKAN RS. KLAS A / B
TERPADU
PERAN UTAMA
TERAPI DEFENITIF BERAT
PENGEMBANGAN SDM

RS. KLAS C RS. KLAS C RS. KLAS C


PERAN
• RESUSITASI
STABILISASI
• TERAPI DEFE-
NITIF SEDANG

PUSKESMAS PUSKESMAS PUSKESMAS

PERAN :
• RESUSITASI / STABILISASI
• TERAPI DEFENITIF RINGAN

(MODEL STRUKTUR SISKESNAS)


1. Triage : Output : Kasus Biru (Gawat ancam jiwa)
Kasus Merah (Gawat Darurat)
Kasus Kuning (Darurat Tak gawat)
Kasus Hijau (Tak Darurat, Tak gawat)

2. Resusitasi Stabilisasi : R.Resusitasi utk kasus Biru


VK Medik, VK Bedah, Mata, THT

3. Diagnostik Definitif : Fasilitas Laboratorium, Radiologi (include


CT Scan) USG, Echo, Endoskopi

4.Terapi Definitif : Kasus Ringan, OK Kecil


Kasus Obstetri
R.Observasi Intensif/Transitional ICU &
Recovery Room
Kamar Operasi Besar
1. SPGDT Sehari-hari
Alur Pelayanan Pasien di IGD
Call center aktif 24 jam dan monitor radio
2. ESKALASI KEGIATAN ke SPGDT-Bencana (kota/lokal)
Aktivasi-Mobilisasi Internal & sistim komando
Aktivasi-Mobilisasi antar RS
Pengiriman team ambulans kelokasi
Pengendalian operasional pertolongan & koordinasi lintas sektor
Realokasi - Perluasan ruang selain untuk kedaruratan harian
3. ESKALASI KEGIATAN ke SPGDT-Bencana (regional/nasional)
Aktivasi team Bencana multidisiplin
Analisa situasi dengan komunikasi kedaerah bencana
Pengiriman team aju sesuai hasil analisa situasi
Penyiapan team lanjutan, Saran-Prasarana, Dana
 Response time
 Kecukupan
 Kesesuaian response

Pelaksanaan operasi pertolongan dan


EVALUASI
penyesuaian berdasar situasi lapangan

• Pra Rumah Sakit


• Intra Rumah Sakit OPERASI
PERTOLONGAN

• Kumpulkan semua informasi yang diperlukan


• Kirim Tim bila diperlukan

RENCANA OPERASI
• Informasi adanya musibah
• Membangun SPGDT-B aktif

ANALISIS SITUASI

SIAGA
PENANGANAN
DI RUMAH SAKIT

IGD

Antar
RS ICU
Pelayanan
Terpadu
1. Medical support
2. Management Support

Kamar
Jenazah HCU
SPGDT
SEHARI-
HARI

ESKALASI

SPGDT
BENCANA
CONTOH KASUS :

AKTIVASI
SPGDT
SEHARI-HARI

BENCANA
DI RSUD Dr. SUTOMO SURABAYA
Dokter, Perawat, Dokter Muda,
Siswa Perawatdiluar dinas / tugas jaga
berdatangan membantu
Tenaga yang ada menangani korban
secara terstruktur
Komando-pengendalian
Perluasan tempat
Mobilisasi tenaga & fasilitas
Perluasan ke Fasilitas RS induk
Kerjasama antar RS

Expansi ruang penerima korban tanpa


mengganggu gawat darurat harian

Logistik cadangan di IRD


SPGDT-Sehari hari

RS Dr.SOETOMO
SEBAGAI

PUSKODALMED, operator
aktif 24 jam monitor

Hubungan koordinatif
Untuk konsultasi, rujukan harian

KESEPAKATAN SEJAK Nov.1982 melalui : Kanwil


Kesehatan Prop.Jatim Dinas
Kesehatan Prop.Jatim PERSI
Cab.Jatim RS Dr.Soetomo
sbg Puskodalmed
UGD RS
Transformasi SPGDT-S menjadi
SPGDT-Bencana SPGDT-B dlm waktu sekitar 10
Pos Cadangan
(Sistim Komando) menit,pola koordinasi menjadi sistim
UGD RS komando

Sebagai Pos Belakang

Dokter Senior sebagai PUSKODALMED Lintas Sektor


“Komandan” RS Dr.SOETOMO

Pos Depan
UGD RS terdekat

Pos Lapangan
AMBULANS GABUNGAN

MANDAT PUSKODALMED dari :


Kanwil Kesehatan Prop.Jatim (saat itu)
Dinkes Prop.Jatim
PERSI Cab.Jatim
SPGDT – B
Evakuasi Medik (Medical)

Tim
Bencana
Multi Disiplin

Didaerah
X X X X Hansip Bencana
4 RS Wilayah 3 RS 2 RS 1 Puskes
Rujukan Propinsi Kabupaten mas
(A,B) (B) (C)
(PusKoDal (Pos (Pos Depan) (Pos Lapangan)
Med) Belakang)
Pusat Koodinasi
Dan Pengendalian
Medik
Transportasi
Komunikasi
Pendanaan

(SISTIM PENDUKUNG)
KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK
PENGUNGSI PENGUNGSI PENGUNGSI
(CLUSTER) (CLUSTER) (CLUSTER)

POSKO KES POSKO KES

POSKO HUBUNGAN
KESEHATAN RADIO MEDIK
LAPANGAN
PUSKESMAS BANGSAL PERAWATAN
DARURAT

SATLAK SATGAS RS. KLAS C BANGSAL PERAWATAN


II KES II DARURAT

SATKORLAK SATGAS RS KLAS A / B BANGSAL PERAWATAN


I KES I DARURAT

PUSDALSIS
KESNAS
PENJELASAN
- PUSDALSIS KESNAS
MODEL DASAR SISTEM RUJUKAN TERPADU Pusat Pengendalian Krisis Kesehatan Nasional
- SATLAK I
UNTUK PELAYANAN KESEHATAN PENGUNGSI Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Dati II
- SATGASKES II
Satuan Tugas Kesehatan Dati II
- SATKORLAK I
RUJUKAN : 1. ALIH INFORMASI (KONSOLTASI) Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan
2. ALIH PASIEN (KIRIM PASIEN) Bencana Dati II
- SATGASKESI
3. ALIH ILMU (PELATIHAN) Satuan Tugas Kesehatan Dati I
- Simbol Hubungan Radio Medik
4. ALIH LOGISTIK (BANTUAN ALAT / OBAT)
Direkrut / mobilisasi
bila ada bencana BSB Tugas
tugas sehari2
Rapid assessment

Triage resusitasi, stabilsiasi


Diagnosa dan terapi definitive
Perawatan

Dukungan manajemen

Surveilance
Penyakit / kesehatan
Kebutuhan dasar
/ sanitasi
Kebutuhan
BSB :
• Diklat : alat bantu, audio visual
• Alat bantu : komunikasi, transportasi
Brigade Siaga Bencana
• Logistik (Stock Piling)
- Obat - Alat medik - Rumah sakit lapangan
Tingkat Nasional Bakornas PBP
Tingkat Propinsi (Dati I) Satkorlak PBP
Tingkat Kabupaten (Dati II) Satlak PBP

Satgas Satgas Satgas


Kesehatan Pekerjaan Umum Sosial
(Disini terkait SPGDT)
Satgas
Kamtibmas
ORGANISASI SIAGA
BENCANA Dukungan
llingkungan
lokal (Satlak)

Program
Regional
Kab/ (Satkorlak)
Kota Propi
RS
Bancana/
nsi Kebijakan
Gawat nasional
darurat (Bakornas)
Wakil
Presiden
GLOBALISASI
(Rekomendasi
MDC)

PUBLIC SAFETY
WHO CENTER
INTERNAL DISASTER
Hilangkan faktor risiko
Perkecil kerusakan yang terjadi
Pulihkan segera fungsi

Gangguan supply oksigen

Gangguan listrik
Gangguan supply air
Gangguan telepon
Kebakaran
Ancaman bom dll
KEWASPADAAN TERHADAP KEBAKARAN
1.RESPONS LOKAL
Upaya pemadaman lokal
Aktivasi sistim Rumah Saki
Persiapan evakuasi
2.RESPONS TK RUMAH SAKIT
Kirim team Kebakaran
Kendalikan aliran listrik
Pompa hidran diperkuat & fokus
Trolley fire emergency utk Rapid respons tk RS 3.PERSIAPAN BANTUAN LUAR RS
Hydran tersebar disemua tempat RS
Bantuan PMK
(Siapkan jalur koridor internal)
4.UPAYA PEMULIHAN FUNGSI
Hal-Hal yang terkait dengan KEWAJIBAN Dokter
Pengirim dan Fasilitasnya
1. Perlunya mengetahui fasilitas yang tersedia,
meliputi: tempat tidur, SDM sebelum proses
rujukan dimulai
2. Pasien dengan keadaan umum belum stabil tidak

3.
boleh dikirim kecuali untuk keperluan medis
Ambulance harus tersedia dan kendaraan harus
PENUH
dilengkapi dengan peralatan life support dan
tenaga kesehatan pendamping harus mempu
mengatasi keadaan yang tidak diinginkan yang
mungkin terjadi selama proses pengiriman/
rujukan berlangsung
4. Semua catatan, hasil pemeriksaan, X-ray dan
informasi-informasi lain tentang pasien harus
disetakan dalam pengiriman, kecuali bila
penundaan akan memperbesar risiko
pengiriman; dalam kasus ini dokumen-doukumen
pasien dapat dikirimkan kemudian sesegera
mungkin
5. Surat pengantar dari dokter dan surat ijin untuk
rujukan harus disertakan bersama dengan pasien
12 Langkah Mewujudkan SPGDT dengan IGD
sebagai Ujung Tombak layanan Prima (ULT)
1. Pelajari UU No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik apa
yang wajib dilakukan;
2. Jangan ada pasien tidak mampu yang tidak dilayani, bahkan
ditolak;
3. Membangun Budaya Customer Care di semua front line;
4. Membuat call centre 24 Jam merangkap customer service di
IGD;
5. Pasien yang tidak bisa dilayani dibantu petugas agar mendapat
tempat untuk dirujuk ke RS lain;
6. Buat jejaring sistem komunikasi di IGD untuk saling merujuk
pasien IGD dan ICU yang tidak dilayani di masing-masing RS;
12 Langkah Mewujudkan SPGDT dengan IGD
sebagai Ujung Tombak layanan Prima (ULT)
7. Meningkatkan Skill Emergency dan Sense of crisis SDM-nya
8. Ambulans untuk pasien tidak mampu dibebaskan tetapi nilai
kontribusi RS tetap di catat, sehingga dapat dikompilasi dengan
seluruh nilai konstribusi RS dipelayanan yang lain
9. Agar para direksi sering melakukan pengawasan langsung
sampai kebawah terhadap mutu pelayanan di Rumah Sakitnya
nya
10.Buat dana peduli sehat tetapi dikelola oleh kelompok informal,
bukan oleh manajemen RS, misalnya Dharma Wanita, dan harus
akuntabel serta laporkan pada donator penanggung jawab setiap
bulan
11.Bila sedemikan sulitnya pasien dan tidak ada biaya di infokan ke
kementerian Kesehatan
12.Menggunakan email grup sebagai media komunikasi
SAFE COMMUNITY
TERIMA KASIH
56

You might also like