You are on page 1of 22

Adelia Nur Fadilah

Ari Final Faruq


Ayu Muzdhalifah
Nur’azijah Anjelita
Pritha Lutfia Gitni
• Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana
klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak
ada. (Damaiyanti, 2008)
Faktor Predisposisi
1. Faktor Biologis
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
(herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2. Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi korban, pelaku maupun
saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang dari orang-orang
disekitar atau overprotektif.
3. Sosiobudaya dan lingkungan
Sebahagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial
ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan
pada usia perkembangan anak, pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat
pendidikan yang rendah serta pernah mengalami kegagalan dalam
hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori
halusinasi ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi,
penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya
riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya
kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan,
adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau
masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien
serta konflik antar masyarakat. (Nurhalimah, 2016)
1. Halusinasi Pendengaran (Audio)
Menunjukan persepsi yang salah dari bunyi, musik, kebisingan atau
suara
2. Halusinasi penglihatan
Sebuah persepsi yang salah pada pandangan.
3. Halusinasi Pengecapan (Gustatorius)
Sebuah persepsi yang salah mengenai rasa.
4. Halusinasi penciuman (Olfaktori)
Halusinasi ini melibatkan berbagai bau yang tidak ada.bau ini
biasanya tidak menyenangkan seperti mau muntah, urin, feses, asap
atau daging busuk.
5. Halusinasi sentuhan (Taktil)
Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi palsu terhadap sentuhan atau
suatu yang terjadi di dalam atau pada tubuh.
Tahap I :
Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas
pasien sedang
Perilaku yang Teramati:
1. Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan
suara
3. Respon verbal yang lambat
4. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang
mengasyikan.
Tahap II:
Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas
tingkat berat dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.
Perilaku yang teramati :
1. Peningkatan kerja susunan sarapotonom yang menunjukkan
timbulnya ansietas seperti peningkatan nadi, TD dan
pernafasan.
2. Kemampuan kosentrasi menyempit.
3. Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dan
realita.
Tahap III:
Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku pasien, pasien berada
pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori menjadi menguasai pasien.
Perilaku yang teramati:
1. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari
pada menolak.
2. Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
3. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari ansietas
berat seperti : berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti petunjuk.

Tahap IV:
Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan tingkat ansietas berada
pada tingkat panik. Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait
dengan delusi.
Akibat dari halusinasi adalah resiko perilaku kekerasan. Ini
diakibatkan karena klien berada di bawah halusinasinya yang
meminta dia untuk melakukan sesuatu hal diluar kesadarannya.
(Iskandar; 2012; 56)
Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Isolasi Sosial
1. Masalah keperawatan
a) Risiko perilaku kekerasan
b) Gangguan persepsi sensori: halusinasi
c) Isolasi sosial
• Data Subjektif
Pasien mengatakan :

• Mendengar suara-suara atau kegaduhan.


• Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
• Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya.
• Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu atau monster
• Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan.
• Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
• Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
• Data Objektif
• Bicara atau tertawa sendiri
• Marah-marah tanpa sebab
• Mengarahkan telinga ke arah tertentu
• Menutup telinga
• Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
• Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
• Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
• Menutup hidung.
• Sering meludah
• Muntah
• Menggaruk-garuk permukaan kulit
• (Nurhalimah, 2016)
1. Resiko Perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
3. Isolasi sosial
• SP pada pasien

• SP 1
• Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
• Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
• Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
• Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
• Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
• Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
• Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
• Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian
• SP 2
• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
• Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur
• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
• SP 3
• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
• Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain
• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
• SP 4
• Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
• Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan pasien
di rumah)
• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
• SP pada keluarga

SP 1
• Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
• Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan
jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses
terjadinya
• Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
SP 2
• Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan Halusinasi
• Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
pasien Halusinasi

SP 3
• Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planning)
• Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
• E:\RENCANA INTERVENSI.docx

You might also like