You are on page 1of 73

KELOMPOK 2 :

1. Arlena nurlidiawati
2. Aulia rahmi Kelas : VIIc
3. Aziza tunil azam
4. Bella sintia
5. Dola permata sari
Dosen pembimbing : Ridho Asra, M.Farm, Apt
6. Kurnia jefina A.
7. Muheni qori
8. Muhammad iqbal sepriadi
9. Nifa febriani
10. Sofia nofianti
11. Triyana febriani ashal
12. Ziatul azmi KIMIA MEDISINAL
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFARM)
PADANG 2017
simpatik
Sistem saraf Sistem saraf
pusat (ssp) perifer Susunan saraf
otonom (sso)
otak
(otot polos) :
kerja tidak sadar parasimpatik

Susunan saraf
Sumsum tulang motoris/somatik
belakang (otot lurik) :
kerja sadar
OBAT S.S OTONOM (mengendalikan saraf simpatis dan parasiimpatis)

• Simpatomimetik (adrenergik) : • Parasimpatomimetik (kolinergik) :


merangsang saraf simpatis/efek merangsang : merangsang etilkolin : ex:
adrenergik ex: noradrenalin, efedrin, pilokarpin, fisostogmin
isoprenalin dan amfetamin.
• Parasimpatolitik/ (antikolinergik) :
• Simpatolitik (adrenolitik) : menghambat menghambat ex: atropin, alkaloid
saraf simpatis/melawan efek adrenergik belladona, propantelin.
ex: alkaloid sekale, propanolol
OBAT S.S OTONOM (mengendalikan saraf simpatis dan parasiimpatis)

Obat penghambat ganglion : agonis dan antagonis


(menghambat penerusan muskarinik :
impuls pada sel saraf
simpatis dan parasmpatis) Agonis muskarinik:
Betanakol
Ex: amonium kuarterner
GOLONGAN OBAT SISTEM SARAF TEPI

(merangsang simpatis)

(menghambat simpatis)

(merangsang parasimpatis)

( penghambat parasimpatis)
Obat-obat adrenergik mempengaruhi reseptor oleh norepineprin atau epineprin.

Mekanisme kerja obat ini ada 3 :


1. Bekerja langsung
Terikat pada reseptor adrenergik tanpa bekerja pada neuron presinaptik
Epineprin dan Norepineprin
Contoh : - Epineprin - Dobutamin
- Norepineprin - Fenileprin
- Isoproterenol - Metaproterenol
- Dopamin - klonidin

2. Bekerja tidak langsung


Kerja menyebabkan penglepasan norepineprin dari ujung presinaptik. Kerjanya memperkuat efek norepineprin
endogen, tetapi tidak langsung mempengaruhi reseptor prasinaptik
Contoh : Amfetamin
Tiramin

3. Bekerja campuran
Obat-obat ini bekerja ganda, memacu penglepasan norepineprin di ujung presinaptik dan juga mengaktifkan
adrenoseptor pada membran prasinaptik
Contoh : Efedrin
• Adrenergik = adrenomimetik/perangsang • Efek samping
adrenergik/simpatomimetik/perangsang – Sebagai vasopresor &
simpatetik. bronkodilator (sakit
kepala;cemas;tremor;lemah dan
palpitasi)
• S.S.adrenergik: cab.sis saraf otonom n – Sebagai dekongestan hidung (rasa
mempunyai neurotransmiter (epinefrin) pedih; terbakar; kekeringan
mukosa)
• Fungsi S.S adrenergik:
– Sebagai obat mata
(iritasi;penglihatan
– Meningkatan metabolisme KH dan kabur;hiperemia;alergi
pengangkutan lemak dihati konjungtivitis)
– Mengatur tek.drh,denyut – Kelebihan dosis menyebabkan
jantung,pergerakan sal.cerna, kejang;aritmia jantung;
pendarahan otak
pergerakan uterus dan tonus otot
– Pengguna jangka panjang
bronkus. (hipertropi jaringan).
– Vasopresor, bronkodilator,
dekongestan, dan midriatik.
Contoh obat :

Hubungan
struktur -
kerja
katekolamin

• Katekolamin adalah
senyawa yang
mempunyai struktur
katekol (suatu struktur
aromatik dengan dua
gugus hidroksil)
terhubung dengan suatu
amina.
• Katekolamin penting pada
manusia adalah
adrenalin/epinefrin,
noradrenalin/norepinefri
n (NE), dan dopamin.
1. Adrenomimetik yang bekerja secara
langsung membentuk kompleks
dengan reseptor khas
• Sistem cincin aromatik
yang mempunyai 6 atom
• Atom N pada rantai
samping etilamin

• Gambaran struktur
adrenomimetik yang
bekerja langsung dapat
dilihat pada struktur
epinefrin yang
mengandung inti katekol epinefrin
Hubungan struktur dan aktivitas
katekolamin
1. aktivitas agonis pada reseptor adrenergik
a. Struktur induk feniletilamin yang pada
kondisi fisiologik terdapat sebagai ion
feniletilamonium.
b. substituen 3,4-dihidroksi fenolat pada
cincin
c. Substituen yang kecil (R’=H, CH3 atau C2H5)
dapat dimasukkan dalam atom C α tanpa
mempengaruhi aktivitas agonis
d. Atom N paling sedikit mempunyai satu
atom hidrogen (R = H atau gugus alkil)

Gambaran struktur adrenomimetik yang


bekerja langsung dapat dilihat pada
struktur epinefrin yang mengandung
inti katekol
Sistem saraf menghasilkan 2 tipe respons, yaitu:
a. Respon α-adrenergik, secara umum dapat menimbulkan
rangsangan atau vasokonstriksi otot polos, tetapi
kemungkinan juga menimbulkan respons penghambatan,
seperti relaksasi otot polos usus.

b. Respon β-adrenergik, secara umum dapat menimbulkan


Turunan katekolamin adalah
respons penghambatan,seperti relaksasi otot polos dan
vasodilatasi otoy rangka, tetapi kemungkinan juga
epinefrin
menimbulkan rangsangan, seperti meningkatkan
konstraksi dan kecepatan jantung
Adrenomimetik yang bekerja secara langsung
membentuk kompleks dengan reseptor khas
Obat adrenergik = amin simpatomimetik
terdiri dari inti aromatis berupa cincin benzen dan bagian alifatis katekol
berupa etilamin. Substitusi dapat dilakukan pada cincin benzen hidroksi
maupun pada atom C-α, atom C-β, dan gugus amino dari etilamin.
β
HUBUNGAN STRUKTUR DAN AKTIVITAS 3 2 α
1. substitusi pd cincin benzen dan pada atom C- β 1
Gugus amin
4 6
a. substitusi gugus OH pada posisi 3 dan 4 cincin benzen = katekolamin.
Dimana Gugus dihidroksi fenolat membantu interaksi obat dengan 5
reseptor melalui ikatan hidrogen
b. Katekolamin dengan gugus OH pada C- β (mis. epinefrin) sukar sekali
masuks SSP sehingga efek sentralnya minimal. obat-obat ini bekerja
scr langsung dan menimbulkan efek perifer yang maksimal.
epinefrin
c. Penggantian gugus amino dengan gugus –OCH3 akan menghilangkan
aktivitas adrenergik
d. Karena analog monohidroksi dan 3,5-dihidroksi fenil, bertentangan
dengan senyawa-senyawa katekolamin, tidak dimetabolisme oleh hati
oleh katekol-o-metiltransferase, lebih cocok penggunaan oral.
2. Substitusi pada atom C-α
a. Menghambat oksidasi amin simpatomimetik oleh enzim monoamin
oksidase (MAO) menjadi mendelat yang tidak aktif. Sehingga
katekolamin tidak efektif pemberian oral dan masa kerja nya singkat
3. Substitusi gugus amino
a. Makin besar gugus alkil pada atom N, dan Gugus hidroksi alkohol
berikatan reseptor β makin kuat aktivitas β dan menurunkan
aktivitas α, atau kerja simpatomimetik-α berubah menjadi
simpatomimetik-β. Dengan demikian, metilasi nitrogen pada
noraadrenalin, meningkatkan afinitas untuk reseptor-β.

b. Makin kecil gugus alkil pada atom N, ( CH3 ) makin kuat aktivitas
reseptor α, dengan gugus metil memberikan aktivitas yang paling
kuat
Biotransformasi katekolamin
• Penguraian noradrenalin yang dibebaskan, berlangsung
terutama melalui pengasupan kembali ke dalam
• Efek samping
varikositas, disisi lain katekolamin juga diuraikan secara
enzimatik.
– Sebagai vasopresor &
bronkodilator (sakit
• Penguraian scr enzimatik, O-metilasi cepat gugus 3-
hidroksi dengan perantara katekol-0-metiltransferase
kepala;cemas;tremor;lemah
adalah penting, yang berlangsung terutama dalam dan palpitasi)
cairan intrasel. Deaminasi oksidatif oleh monoamin-
oksidase mitokondria, yang berlangsung intrasel, – Sebagai dekongestan hidung
menghasilkan mendelatadehida yang sesuai, yang tidak
dapat dinyatakan dalam jaringan. Dehidrasioleh aldehid (rasa pedih; terbakar;
hidrogenase menghasilkan senyawa asam mendelat
yang sesuai, dan reduksi dengan perantaraan alkohol
kekeringan mukosa)
dehidrogenase memberikan senyawa feniletilglikol.
Asam 4-hidroksi-3-metoksimandelat (asam mandilin
– Sebagai obat mata
mandelat), metanefrin dan 4-hidroksi3 (iritasi;penglihatan
metoksifeniletilengllikol dengan urin dalam bentuk
konjugat kabur;hiperemia;alergi
konjungtivitis)
• Sifat kimia : Senyawa labil. Penyimpanan harus
terlindung cahaya, dalam wadah tertutup rapat. – Kelebihan dosis menyebabkan
– Katekolamin lain seperti o-difenol merupakan
senyawa labil, sedangkan analog katekolamin kejang;aritmia jantung;
dengan struktur3,5-dihidrokdifenil pada
hekekatnya lebih stabil.
pendarahan otak
– Pengguna jangka panjang
(hipertropi jaringan).
2. CLONIDINE
(simpatomimetik langsung)
(DOLA PERMATA SARI)

Hubungan
struktur -
kerja
CLONIDINE

Pengertian Clonidine
Clonidine adalah obat untuk mengendalikan tekanan darah tinggi atau hipertensi
yang dapat membebani pembuluh nadi dan jantung. Selain itu, obat ini bisa digunakan untuk
menangani sensasi panas (hot flush) yang dirasakan saat menopause dan mencegah sakit kepala
vaskular serta migrain.

Clonidine bisa mengurangi efek berbagai zat kimia yang terdapat di pembuluh darah dan
membuat aliran darah lebih lancar dengan cara mengendurkan pembuluh darah.

Mekanisme kerja :
Clonidine merupakan obat jenis alpha agonist. Clonidine menurunkan tekanan darah
dengan cara mengurangi kadar kimia tertentu dalam darah. Hal ini membuat pembuluh darah
mengendur dan jantung berdetak dengan lebih lambat dan mudah. Obat ini dapat digunakan
bersamaan dengan obat tekanan darah lainnya.

Efek samping :
keadaan mengantuk, kepeningan, sakit kepala, depresi, kecemasan, kelelahan,
gangguan tidur, impotensi, mulut kering.
Hubungan Struktur Aktivitas Klonidin
• Adanya gugus orto-
klorida dapat
memperbaiki aktivitas
• Kehadiran gugus α amino
membuat cincin
imidazolin bagian dari
gugus guanidine.
• akibat klonidin, gugus
amino menyerang
langsung cincin orto-
diklorofenil. klonidin ada
dalam bentuk tak
Rumus Kimia IUPAC Klonidin / terionkan sehingga
Clonidine
N-(2,6-dichlorophenyl)-4,5-dihydro-1H-
klonidin dapat melewati
imidazol-2-amine SSP
3. AMFETAMIN
(simpatomimetik tak langsung)
(MUHENI QORI APRIYENI)

Hubungan struktur-
kerja
Adrenergik bekerja secara tak langsung
Contohnya: Amfetamin, metamfetamin, fentermin, klorfentermin,
mefentermin.

• Efek samping
Kegelisahan, pusing, tremor, refleks hiperaktif, suka bicara, rasa tegang,
mudah tersinggung, insomnia, dan kadang-kadang euforia, adiksi.

• Mekanisme kerja
 Amfetamin merangsang pusat napas di modula oblongata dan mengurangi
depresi sentral yang ditimbulkan oleh berbagai obat. Efek ini disebabkan
oleh perangsangan pada korteks dan sistem aktivasi retikular.
 Mekanisme kerja amfetamin di SSP semuanya atau hampir semuanya
melalui pelepasan amin biogenik dari ujung saraf yang bersangkutan amin
biogenik dari ujung saraf yang bersangkutan di otak
 Pada sistem kardiovaskular, amfetamin yang diberikan secara oral
meningkatkan tekanan sitolik dan diastolik. Denyut jantung diperlambat
secara refleks. Pada dosis besar dapat terjadi aritmia jantung.
Struktur kimia turunan obat-obat
adrenergik
STRUKTUR
DASAR
STRUKTUR
TURUNAN
Hubungan struktur amfetamin dan
aktivitas obat
• Struktur Amfetamin
1. Tidak mempunyai gugus hidroksi
fenolat pada posisi 3 dan 4. Hal ini
N-methyl-1-phenylpropan-2-amine dapat meningkatkan absorpsi obat
pada pemberian secara oral dan
2 3 meningkatkan penetrasi obat
2. Tidak mempunyai gugus β-hidroksi
alkohol, sehingga obat bersifat
kurang polar dan lebih mudah
menembus sawar darah otak dan
menunjukan efek rangsangan
1 sistem saraf pusat lebih besar
3. Adanya gugus amina juga penting
terutama untuk aktivitas α-
adrenergik, karena dalam bentuk
kationik dapat berinteraksi dengan
gugus fosfat reseptor yang bersifat
anionik
4. EFEDRIN
(simpatomimetik campuran)
(AULIA RAHMI)
Efedrin
Efedrin merupakan simpatomimetik yang
bereaksi sebagai agonis reseptor
adrenergik/tidak langsung, berdasarkan
kemiripan struktur, membebaskan
noradrenalin dari vesikel penimbunannya
dan serentak menghambat pengasupan
kembalinya dari celah sinaps ke dalam
aksoplasma. Karena itu konsentrasi
Rumus molekul : C10H15NO noradrenalin dan sekaligus tonus
2-metil amino-1 fenilpropan-1 ol hidroksida simpatikus meningkat.
Ketergantungan kerja pada konfigurasi
adalah lebih kecil pada simpatomimetik
yang bekerja tidak langsung dibandingkan
simpatomimetik yang bekerja langsung
Efedrin

MEKANISME KERJA
Amina simpatomimetik yang beraksi sebagai agonis reseptor adrenergik. Aksi
utamanya adalah pada beta-adrenergik reseptor, yang merupakan bagian dari
sistem saraf simpatik. Efedrin memiliki dua mekanisme aksi utama:
1. efedrin mengaktifkan α-reseptor dan β-reseptor pasca-sinaptik
terhadap noradrenalin secara tidak selektif.
Rumus molekul : C10H15NO
2. efedrin juga dapat meningkatkan pelepasan dopamin dan serotonin
dari ujung saraf.
INDIKASI
(Bronkodilator)mengaktifkan reseptor beta adrenergik yang ada di saluran
pernafasan, dekongestan
EFEK SAMPING
kecemasan, gemetar, pusing, Sakit kepala ringan, gastrointestinal distress
(misalnya kram perut), insomnia, denyut jantung tidak teratur, jantung
berdebar-debar, peningkatan tekanan darah, stroke, kejang, psikosis, lekas
marah agresi.
HUBUNGAN STRUKTUR-KERJA
4 1.Gugus amina
Senyawa amino dapat berkekuatan sangat tinggi.
Penting untuk aktivitas agonis adrenergik.
2. Hidroksi fenol
Penggantian gugus OH oleh gugus semacam itu
menghilangkan hampir semua kerja
2 3 farmakologisnya atau kalau tidak demikian,
senyawa yang terbentuk dapat menjadi antagonis.
3. Rantai samping
Berupa 2 carbon penting untuk aktivitas,namun
ada juga pengecualiannya yaitu karbon benzil CH2
Rumus molekul : C10H15NO
(yang dekat cincin) harus mempunyai konfigurasi
2-metil amino-1 fenilpropan- mutlak R.
1 ol hidroksida 4. substituen-N
Gugus atom yang lebih kecil bersubstitusi
menggantikan atom hidrogen pada rantai induk
hidrokarbon (-CH, -CH3) menghasilkan aktivitas α
Sedangkan yang lebih besar bersubstitusi (-CH-
(CH3)2, akhiran-il=melekat) menyebabkan
aktivitas beta.
SINTESIS EFEDRIN

Hidrolisis metil fenil 1,2 diketon dikatalis


menggunakan platina maka akan terbentuk
pseudoefedrin

Senyawa benzaldehida ini ditambahkan secara adisi


asiloin enzimatik menjadi 1-hidroksi-1 fenil aseton
yang dikatalis menggunakan platina yang akan
menghasilkan efedrin
Adrenolitika atau simpatolitika
adalah zat-zat yang melawan
sebagian atau seluruh aktivitas
susunan saraf simpatis.
(adrenolitik/simpatolitik)

Sintesis &
biotransformasi

Farmakologi
& efek
samping

Hubungan struktur &


aktivitas obat
adrenolitik
Contoh obat
adrenolitika

Propanolol
Propranolol adalah obat β-blocker dengan fungsi
untuk menangani tekanan darah tinggi, detak
jantung tak teratur, gemetar (tremor), dan kondisi
lainnya. Obat ini bekerja menghambat kerja bahan
kimia alami tertentu pada tubuh Anda (seperti
epinephrine) yang memengaruhi jantung dan
pembuluh darah. Efek ini mengurangi detak
jantung, tekanan darah, dan ketegangan pada otot-
otot jantung.
Efek samping PROPANOLOL

• detak jantung cepat, lambat atau tak teratur


• mual, muntah, diare, konstipasi, kram perut
• menurunnya nafsu seksual, impotensi,
kesulitan mencapai orgasme
• masalah tidur (insomnia)
• merasa lelah
Struktur PROPANOLOL

Rumus molekul: C16H21NO2 . HCL

Golongan : Beta (β) Blocker Tidak Selektif


Nama kimia/IUPAC : ( + ) -1-Isopropylamino-3-(1-naphthyloxy)propan-2-ol hydrochloride.
Sinonim : Hydrochlorothiazide dan Propranolol Hidroklorida
Hubungan struktur dengan aktifitas
obat PROPANOLOL

• Dalam kelompok zat β-


simpatolitika yang
menarik perhatian ialah
tetapnya struktur rantai
samping.perubahan yg
kecil saja umumnya
sudah menyebabkan
daya kerja berkurang .
Modifikasi propanolol
Karena adanya masalah kelarutan dalam lemak yang tinggi sehingga dapat
menembus jaringan saraf dan menimbulkan depresi jantung.
maka dilakukan modifikasi pada cincin fenil disubstitusikan dengan gugus
bersifat polar ,seperti asetamida terbentuk praktolol
cincin fenil asetamida.
Farmakologi PROPANOLOL
Karena pemblokan reseptor beta,maka
terutama terjadi
• Hambatan pada kerja katekolamin pada
jantung (pemblokan β-1)
• Hambatan pada kerja relaksasi otot usus
(pemblokan β-1) dan otot bronkhus
(pemblokan β-2)
• Hambatan terhadap glikogenolisis dan lipolisis
Sintesis propanolol

Dibuat dengan pembentukan eter antara :


1-naftol dengan alfa-epiklorhidrin (1-klor-2,3-epoksi-propan)
yang akan memberikan 1-klor-3(1-naftoksi)-2-propanol.
Dengan mereaksikan senyawa ini dengan isoprolamin akan
terbentuk propanolol.
Biotransformasi propanolol
Biotransformasi propanolol dimulai dari diberikan secara oral, lalu
propanolol di absorbsi sebanyak 70-100% selanjutnya dimetabolisme
dihati dimana yang menonjol adalah hidroksilasi inti dan oksidasi rantai
samping.Metabolit-metabolit utamanya yaitu:

4-(hidroksi-propanolol) masih bekerja betasimpatolitik senyawa metabolit


terutama dieliminasi melalui ginjal dalam bentuk konyugat.
Efek obat kolinergik dapat dicapai melalui dua jalan, yaitu :
1. Rangsangan pada tempat reseptor khas dan bekerja secara langsung pada
sel efektor saraf parasimpatetik, menghasilkan efek yang serupa dangan
efek yang dihasilkan oleh rangsangansaraf post ganglionik parasimpatetik.
2. Penghambatan enzin asetilkolinesterase dan menimbulkan efek kolinergik
secara tidak langsung.

Obat kolinergik terutama digunakan untuk pengobatangangguan


saluran cerna dan saluran seni. Bebrapa diantaranya digunakan untuk
pengobatan glaukoma dan miastenia gravis.
Efek samping yang ditimbulkan antara lain miosis, berkeringat, airliur
berlebih, bradikardia dan penurunan tekanan darah.
Berdasarkan mekanisme kerjanya senyawa kolinergik dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu senyawa kolinergik dengan efek lang, senyawa
kolinergik dengan efek tidak langsung, dan reaktivator kolineterase.
A. Senyawa Kolinergik Dengan Efek
Langsung
Mekanisme kerja kolinomimetik / agonis
kolinergik [R-N+(CH3)3]
• Kolinomimetik memiliki struktur mirip dengan
asetilkolin sehingga dapat membentuk kompleks
dengan reseptor asetilkolin. Reseptor tersebut
terletak pada membran yang peka. Asetilkolin
dan kolinomimetik dapat mempengaruhi dan
meningkatkan keselektifan permeabilitas
membran terhadap kation.
6. KARBAKOL
(NIPA FEBRIANI)

• Mekanisme kerja : merangssang reseptor


kolinergik di mata dan menyebabkan miosis
• Indikasi : glaukoma
Hubungan struktur dan aktivitas.

1. Aktivitas akan meningkat secara tetap dengan peningkatan jumlah


atom yang terikat pada gugus onium (-N+(CH3)3) sampai R = 5. Bila
R lebih besar dari % aktivitas akan menurun secara tetap pula.
2. Gugus onium (N-kationik) sangat penting untuk aktivitas
kolinergik. Penggantian atom N dengan gugus elektronegatif yang
lain (P,S,As) dan penggantian gugus metil dengan gugus alkil yang
lebih tinggi (etil) akan menurunkan aktivitas
3. Perpanjangan gugus asil akan meningkatkan aktivitas muskarinik
dan menurunkan aktivitas nikotinik
4. Pengnggantian gugus metil ujung dari asetilkolin dengan gugus
NH2 (karbakol) menyebabkan senyawa lebih tahan terhadap
hidrolisis sehingga dapat diberikan secara oral
5. Pemasukan satu gugus metil pada posisi α jembatan etil
menghasilkan senyawa asetil-α-metilkolin dengan aktivitas
nikotinik yang kuat dan aktivitas muskarinik yang lemah. Isomer
(+) dan (-) menunjukkan intensitas efek yang sama.
6. Pemasukan satu gugus metil pada posisi β jembatan etil
menghasilkan senyawa asetil-β-metilkolin (metakolin) dengan
aktivitas nikotinik yang lemah dan aktivitas muskarinik yang kuat.
7. Gugus ester kurang penting untuk aktivitas kolinergik. Gugus ini
dapat diganti dengan gugus keton, eter, hidroksil atau gugus lain
tanpa kehilangan aktivitas kolinergik, penggantian ester dengan
gugus – gugus diatas dalam kenyataannya justru dapat
menimbulkan aktivitas yang lebih besar dibandingkan senyawa
induknya (asetilkolin)
Bekerja mengurangi laju penguraian
asetilkolinmelalaui inhibisi kompetitif
asetilkolinesterase ( Cholinesterase-blocker).
Untuk pemakaian terapi terutama digunakan
zat-zat yang tergolong kelompok senyawa
ester asam karbamat.
7. FISOSTIGMIN
(parasimpatomimetik tidak langsung)
(AZIZA TUNIL AZAM)

Farmakologi,
sifat

Sintesis,
Efek
samping

Hubungan struktur
dan aktivitas
fisostigmin
PARASIMPATOMIMETIK TIDAK
LANGSUNG

FISOSTIGMIN

Bekerja mengurangi laju penguraian asetilkolin


melalaui inhibisi kompetitif asetilkolinesterase (
Cholinesterase-blocker). Untuk pemakaian terapi
R1 terutama digunakan zat-zat yang tergolong kelompok
senyawa ester asam karbamat.
R2 Dikenal juga sebagai esrin,merupakan alkaloid utama
kacang kalabar( Physostigma venosum ), dengan
kandungan lebih kurang 0,1%.Struktur dasar, suatu
pirolo(2,3b) indol, sangat bersudut,karena kedua
R3 cincin pirolidin terpasang –cis pada atom C kiral 3a (
kongfigurasi S) dan 8a (kongfigurasi R). Alkaloid ini
digunakan untuk pengembangan ester asam karbamat
sintetik, neostigmin bromida dan piridostigmin
bromida yang lebih unggul dari zat alamnya dari segi
stabilitas dan kespesifikan kerja.
FARMAKOLOGI
Kerja parasimpatomimetik tidak langsung
dianggap sebagai efek asetilkolin karena
akumulasi asetil kolin terjadi sebagai akibat
blokase enzim. Daerah aktivitasnya sesuai dengan
parasimpatomimetik langsung.
EFEK SAMPING
Stimulasi vagal
Peningkatan molalitas gastrointestinal
Spasme bronkus
Miosis
Meningkatkan saliva dan sekresi trakheobronchial
HUBUNGAN STRUKTUR-AKTIVITAS
FISOSTIGMIN

2
1 1. terikat dengan kepalanya yang kationik (N
kuartener) pada pusat anion asetilkolinesterase.
Pengikatan mestinya langsung melalui gugus
karboksil pada posisi w dari asam asparginat atau
glutamat.
2. Hidrolisis ester asam karbamat serin juga
berlangsung cepat, sehingga menyangkut
pembolakan bolak balik asetilkolinesterase
1. Fisostigmin akan terhidrolisis
dalam suasana basa membentuk
eserolin, Co2 dan metilamin.
Eserolin cepat teroksidasi oleh
oksigen udara menjadi senyawa
kuinoid rubreserin yang berwarna
merah.
Oleh sebab itu larutan garam
Fisostigmin sukar dipertahankan
dan tidak dapat disterilkan secara
panas. Fisostigmin salisilat larut
baik dalam etanol sukar larut air.
Karena mudah mengkristal dan
tidak higroskopik.
Sintesis
• Sebagai senyawa pemula untuk sintesis
neostigmin adalah senyawa 3-N, N-
dimetilaminofenol, yang dibuat dari
N,N-dimetilanin dengan cara nitrasi
dalam suasana asam kuat (sibsitusi
meta),reduksi, diazotasi dan selanjutnya
didihkan. Pengesteran dengan klorida
asam N,N – dimetilkarbomat dan
penguarteneran dengan metilbromida
atau dimetilsulfat memberikan garam
neostigmin yang sesuai.
obat yang mempengaruhi fungsi saraf. Di dalam tubuh
manusia terdiri dari beribu-ribu sel saraf. Sel saraf satu dengan yang
lainnya berkomunikasi melalui zat yang disebut sebagai
neurotransmitter. Terdapat berbagai jenis neurotransmitter
tergantung pada jenis sel sarafnya. Salah satu neurotransmitter utama
di tubuh kita adalah asetilkolin.

Asetilkolin bekerja pada saraf parasimpatis, yakni saraf yang memiliki


efek relaksasi tubuh dan melemaskan otot. Saraf parasimpatis banyak
ditemukan pada otot-otot saluran pencernaan, saluran kencing, paru-paru.
Saraf simpatis tersebut saling berkomunikasi melalui asetilkolin. Obat
antikolinergik bekerja menghambat asetilkolin tersebut sehingga akan
menurunkan fungsi saraf parasimpatis
8. ATROPIN
(Antikolinergik/ Parasimpatik)
(ARLENA NURLITIA WATI)

Efek samping,
mekanisme kerja

Biotransformasi,
Sintesis,
analisis
Antikolinergik/ Parasimpatik
• Obat golongan antikolinergik adalah obat yang mempengaruhi
fungsi saraf. Di dalam tubuh manusia terdiri dari beribu-ribu sel
saraf. Sel saraf satu dengan yang lainnya berkomunikasi melalui zat
yang disebut sebagai neurotransmitter. Terdapat berbagai jenis
neurotransmitter tergantung pada jenis sel sarafnya. Salah satu
neurotransmitter utama di tubuh kita adalah asetilkolin.
• Asetilkolin bekerja pada saraf parasimpatis, yakni saraf yang
memiliki efek relaksasi tubuh dan melemaskan otot. Saraf
parasimpatis banyak ditemukan pada otot-otot saluran pencernaan,
saluran kencing, paru-paru. Saraf simpatis tersebut saling
berkomunikasi melalui asetilkolin. Obat antikolinergik bekerja
menghambat asetilkolin tersebut sehingga akan menurunkan fungsi
saraf parasimpatis.
ATROPIN
RUMUS sruktur : C17H23NO3
Sebagai : Antimuscarinics / Antispasmodik

 EFEK SAMPING
Takikardia
Pandangan kabur
Mulut kering
Susah BAK

 Mekanisme kerja
Atropin menyebabkan blokade reversibel
kerja kolinomimetik pada reseptor muskarinik.

 BIOTRANSPORMASI
Setelah absorpsi yang cepat separuh dari
atropin dieksresikan tidak berubah.hidrolisis
ester mungkin bukan alur metabolisme utama,
karena dalam urin dapat ditunjukkan 20 %
asam tropan bebas.
Hubungan struktur dan aktivitas
Atropin
• Untuk analog asetilkolin tanpa aktivitas instrinsik seperti
oksifenoniumbromida dan metateliniumbromida, ciri
khasnya adalah residu asil yang lipofil dan bervolume besar.
Mereka rupanya difiksasi pada struktur reseptor tambahan
disekitar reseptor muskarin dan karena itu mengakibatkan
afinitas zat yang tinggi.

• Gangguan pada reseptor muskarinik terjadi oleh


pengikatan nitrogen kuarterner atau nittrogen tersier
terprotonasi dari parasimpatolitika pada pusat anionik
sehingga asetil kolin didesak secara kompetitif. Aktivitas
parasimpatolitik dari alkaloid L-hiosiamin, 100 kali lebih
besar dari pada D-hiosiamin
Hubungan sruktur Untuk analog
dengan kerja obat asetikolin tampa
aktivitas insrinsik
seperti
oksipenoniumbromi
da dan
metanteliumbromid
a ciri khasnya adalah
Gangguan pada residu asil yang
reseptor muskarinik lifopil dan
terjadi oleh bervolume besar.
pengikatan nitrogen
kuarterner atau Hanya sedikit menunjang
nitrogen tersier aktivitas antiklinergik
terprotonasi dari
parasimpatolitika
pada pusat anionik
Efek samping

• Takikardia
• Pandangan kabur
• Mulut kering
• Susah BAK

Mekanisme kerja
Atropin menyebabkan blokade reversibel kerja kolinomimetik pada reseptor
muskarinik.

BIOTRANSPORMASI
Setelah absorpsi yang cepat separuh dari atropin dieksresikan tidak
berubah.hidrolisis ester mungkin bukan alur metabolisme utama, karena dalam
urin dapat ditunjukkan 20 % asam tropan bebas.
Sintesis atropin

• N-metoksikabonilpirol + α,α’, α’-tetrabromaseton


katalis N-metoksikarbonil-2,4-dibrom-2,4-dibrom-
besi carbonil 6,7-dehidro-nortropanon dan tanpa isolasi
dengan paladium karbon sebagai katalis dihidrasi menjadi N-
metoksikarboniltropanon.

• Reduksi dengan diisobutilaluminiumhidrida (DIBAH) akan


memberikan dalam waktu yang bersamaan reduksi keton
menjadi hidroksil sekunder dan reduksi karbamat menjadi N-
metil 3-tropanol dan 3-tropanol dengan perbandingan 90:10,
kemudian 3-tropanol diesterifikasi dan radikal asetil dipecah
dengan asam klorida pada suhu kamar.
9. skopolamin
(Antikolinergik/ Parasimpatik)
(M. IQBAL SEPRIADI)

Efek samping,
mekanisme kerja

Biotransformasi,
Sintesis,
analisis
Antikolinergik
Skopolamin
Skopolamin merupakan bentuk heterosiklik
tropan alkaloid yang secara alami ditemukan
pada tanaman solanaceae.
Kegunaan Untuk mencegah rasa mual yang muncul akibat mabuk
perjalanan,mengobati spame saluran pencernaan,dan mengobati
kondisi-kondisi dengan gejala menyerupai penyakit parkinson

Mekanisme kerja Scopolamine berkompetisi dengan neurotransmitter asetilkolin untuk


berkaitan dengan reseptornya.pada kondisi normal,pembentukan
memori awal diperantaian oleh ikatan antara asetilkolin.sayangnya
scopolamine memenangkan kompetisi ini,sehingga memori tidak
dapat terbentuk
Efek samping Pupil-pupil terdilatasikan ,Kantuk ,Disorientasi ,Mulut
kering,Penglihatan kabur ,Pupil-pupil terdilatasikan
Hubungan Struktur Aktivitas
Skopolamin
N berupa amonium kuartener
atau amin tersier yang Adanya gugus OH akan
terprotonasi pada pH meningkatkan aktivitas
fisiologis, membentuk gaya antikolinergik karena dapat
tarik menarik elektrostatik menunjang kekuatan interaksi obat
reseptor melalui ikatan hidrogen

Epoxytropan

Aktivitas antikolinergik. Adanya


gugus besar ini yang terikat pada
gugus alkil yang dapat Gugus Fenil  hanya sedikit
meningkatkan kekuatan ikatan menunjang aktivitas
dengan permukaan reseptor antikolinergik
Sel-sel saraf dalam ganglion ini disebut sel ganglion.
Ganglion dapat distimulasi dan dihambat oleh senyawa yang bekerja terhasap ganglion.
Senyawa yang memblok ganglion (ganglioplegika) menghambat penghantaran stimulus
di ganglion simpatik maupun parasimpatik.

B. Penggolongan Obat
1. Obat ganglion golongan I
Mula-mula merangsang, kemudian menghambat Prototipe: Nikotin.
2. Obat ganglion golongan II
Langsung menghambat ganglion Prototipe: Heksametonium
Menghambat reseptor nikotinik ganglia secara kompetitif (simpatis dan
parasimpatis) Efek yang timbul sesuai dengan hambatan tonus yang dominan, Obat
lain: pentolinium(C5), tetraetil amonium(TEA), klorisondamin, mekamilamin,
trimetafan
Sintesa &
biotransformasi

Hubungan struktur &


aktivitas obat
penghambat ganglion
(nikotin)
Nikotin yang menstimulasi atau memblok
ganglion
rumus molekul : C10H14N2
berat molekul : 162,23
rumus struktur

L-Nikotin, alkaloid utama dari daun Nicotiana. Nikotin(C10H14N2)


merupakan senyawa organic alkaloid, yang umumnya terdiri dari
Karbon, Hydrogen, Nitrogen dan terkadang juga Oksigen. Senyawa
kimia alkaloid ini memiliki efek kuat dan bersifat stimulant
mekanisme kerja
terhadap tubuh manusia,Ganglioplegika dapat digunakan untuk
terapi hipertoni yang berat. nikotin menstimulasi ganglion melalui
depolarisasi membran pasca sinaps.

setelah penyalahgunaan yang menahun nikotin menyebabkan


gangguan aliran darah perifer, yang disebabkan oleh peninggian
efek samping
tonus simpatikus maupun oleh stimulasi langsung otot pembuluh
Sintesa nikotin
1 4 7

2 3 6 8

• Saat merokok, nikotin yang terdapat dalam tembakau sebagi


garam, dibebaskan sebagai basa dan dihirup bersama asapnya
• Pada penguraian oksidatif dengan krom (IV)oksida, terbentuk
asam nikotinat. Jika L-nikotin diubah dengan metiliodida
pada nitrogen piridin menjadi metoiodida, selanjutnya
dioksidasi dalam suasana asam dengan
kaliumheksanianoferat (III), diperoleh L-1-metilnikoton,
yang dapat dioksidasi dengan krom (VI)-oksida menjadi asam
L-higrinat.
Hubungan struktur – kerja nikotin
Kerja memblok ganglion secara
maksimum terjadi pada panjang rantai
4 5 dengan 5.Sebagi kerja sampingan,
3
2 muncul efek relaksasi otot.
1

senyawa amonium monokuaterner yang


sederhana bersifat menstimulasi ganglion.
Bila gugus-gusgus metil pada
tetrametilamonium diganti dengan substituen
yang lebih besar, terjadi perubahan pada pola
kerja. Tetrametilamonium menghambat
penghantar stimulus di ganglion.
Sintesa &
biotransformasi

Hubungan struktur &


aktivitas obat
penghambat ganglion
(nikotin)
golongan obat yang mempengaruhi tidur
benzodiazepin
rumus struktur rumus benzodiazepin terdiri dari cincin benzen (cincin A) yang melekat
pada cincin aromatik diazepin (cincin B). karena benzodiazepin yang
penting secara farmakologi selalu mengandung gugus 5-aril (cincin C)
dan cincin 1,4 benzodiazepin.

kegunaan senyawa obat yang digolongkan sebagai trankuilansia adalah yang


bersifat menghilangkan kecemasan (anksiolitik) dan sedatif, umumnya
juga bersifat merelaksasi otot. wakil yang paling efektif trdapat pada
golongan senyawa 1,4 benzodiazepin. untuk terapi gangguan tidur
digunakan disamping diazepam yaitu nitrazepam dan flurazepam. 1,4
benzodiazepin terikat secara spesifik pada reseptor benzodiazepin yang
ada pada SSP, membentuk satu kesatuan yang fungsional dengan
reseptor GABA.

efek samping kebingungan,pusing, masalah dengan ikatan.


Hubungan struktur – kerja dan aktivitas obat

C5

• 1,4 benzodiazepin-2-on Substituen R1 yang menarik elektron bekerja


meningkatkan aktivitas
• substituen R2 gugus metil memperlihatkan pengaruh yang
menguntungkan, gugus etil dan dan gugus butil tersier mengurangi
aktivitas.
• Penambahan gugus fluor atau clor sebagai R3 pada posisi orto dan residu
fenil juga mempertinggi daya kerja, sedangkan substituen pada posisi
meta dan para tidak menguntungkan.
• Cincin fenil pada C5 dapat digantikan oleh gugus lain seperti residu 2-
piridil.
Agonis Muskarinik
Obat golongan ini dibedakan menjadi 2 yaitu obat
golongan ester dan alkaloid (menyerupai basa).
-Obat golongan ester. Contoh obat golongan ester
ini adalah Metakolin, betanekol, dan Karbakol.
-Obat golongan alkaloid
Pada obat golongan ini strukturnya tidak mirip
dengan asetilkolin, maka obat golongan ini tidak
dapat dimetabolisme oleh enzim
asetilkolinesterase .contoh obat nya pilokarpin
BETANAKOL
(KURNIA JEVINA)

merupakan salah satu obat dari obat obatan


sistem saraf otonom, yang termasuk golongan
obat agonis muskarinik. Dimana obat agonis
muskarinik dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Asetilkolin dan esterkolinin
contohnya : metakolin, karbakol, dan betanekol
2. Alkaloid Kolinergik
contohnya : muskarin, pilokarpin, dan arekolin,
serta senyawa sintetisnya.
Agonis muskarinik tersebut tergolong kedalam
agonis kolinergik yang berarti obat-obat tersebut
dapat berikatan langsung dengan reseptornya.
Obat betanekol langsung berikatan dengan
neurontransmitter utamanya (asetilkolin) dan
obat tersebut aksinya menyerupai/ memacu
asetilkolinnya serta menimbulkan efek.
Betanekol memacu langsung reseptor muskarinik
Mekanisme dengan mengikat dan mengaktifkan reseptor tersebut,
kerja sehingga tonus dan motilitas usus meningkat, dan
memacu pula otot detrusor kandung kemih,serta
merelaksasi trigonum dan sfingter kemih (melemas) ,
sehingga urin terpancar keluar. Obat ini memiliki efek
utama terhadap otot polos kandung kemih dan saluran
cerna. dimana masa kerja dari obat ini sekitar satu jam.

- Kontraksi kandung kemih


farmakodinamik - Penurunan kapasitas kandung kemih
- Peningkatan frekuensi gelombang periostaltik ureter
- Peningkatan tonus dan peristaltik saluran GI
- Peningkatan tekanan dalam esofagus
-Peningkatan sekresi lambung
Betanekol ini mempunyai efek samping berhubungan
Efek samping langsung dengan interaksi obat dengan reseptor
muskarinik, menimbulkan stimulasi umum kolinergik,
berupa banyak berkeringat, salivasi, kemerahan ,
penurunan tekanan darah, mual, diare, dan nyeri
abdomen. Yang dituju ialah reseptor, sel efektor
parasimpatis (otot polos/kelenjar).
HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS
BETANAKOL
Sama dg Hubungan struktur dan
aktivitas.

1. Aktivitas akan meningkat secara tetap dengan peningkatan jumlah


atom yang terikat pada gugus onium (-N+(CH3)3) sampai R = 5. Bila
R lebih besar dari % aktivitas akan menurun secara tetap pula.
2. Gugus onium (N-kationik) sangat penting untuk aktivitas
kolinergik. Penggantian atom N dengan gugus elektronegatif yang
lain (P,S,As) dan penggantian gugus metil dengan gugus alkil yang
lebih tinggi (etil) akan menurunkan aktivitas
3. Perpanjangan gugus asil akan meningkatkan aktivitas muskarinik
dan menurunkan aktivitas nikotinik
4. Pengnggantian gugus metil ujung dari asetilkolin dengan gugus
NH2 (karbakol) menyebabkan senyawa lebih tahan terhadap
hidrolisis sehingga dapat diberikan secara oral
5. Pemasukan satu gugus metil pada posisi α jembatan etil
menghasilkan senyawa asetil-α-metilkolin dengan aktivitas
nikotinik yang kuat dan aktivitas muskarinik yang lemah. Isomer
(+) dan (-) menunjukkan intensitas efek yang sama.
6. Pemasukan satu gugus metil pada posisi β jembatan etil
menghasilkan senyawa asetil-β-metilkolin (metakolin) dengan
aktivitas nikotinik yang lemah dan aktivitas muskarinik yang kuat.
7. Gugus ester kurang penting untuk aktivitas kolinergik. Gugus ini
dapat diganti dengan gugus keton, eter, hidroksil atau gugus lain
tanpa kehilangan aktivitas kolinergik, penggantian ester dengan
gugus – gugus diatas dalam kenyataannya justru dapat
menimbulkan aktivitas yang lebih besar dibandingkan senyawa
induknya (asetilkolin)

You might also like