Professional Documents
Culture Documents
Angina Gagal
pektoris jantung
Anatomi fisiologi jantung
• Jantung adalah organ Jantung terdiri dari 3 lapisan
berongga, berotot yang yaitu :
terletak di tengah thoraks 1. Lapisan luar : epikardium
dan menempati rongga 2. Lapisan tengah :
antara kedua paru yang miokardium (lapisan
disebut mediastinum. otot)
• Fungsi jantung adalah 3. Lapisan dalam :
endokardium
memompa darah ke
jaringan, mensuplai O2
dan nutrisi sambil
mengangkut CO2 dan
sampah hasil
metabolisme
1. Pengertian ANGINA PEKTORIS
Angina pektoris adalah nyeri hebat yang terletak didada (toraks)
yang disebabkan oleh kekurangan pasokan darah (iskemia) pada otot
jantung / miokard. Hal ini ditandai oleh perasaan terdesak, sesak
napas dan terasa berat.
Defenisi Lanjutan...
angina pektoris adalah nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah
dan oksigen terhadap miokardium
Angina pektoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjad sebagai
respon terhadap suplai oksigen yang rendah ke sel-sel miokardium.
Angina pectoris adalah “jeritan” otot jantung yang merupakan sakit pada
kekurangan oksigen; suatu gejala klinis yang disebabkan oleh iskemia miokard yang
sementara. Akibat tidak adanya keseimbangan antara kebutuhan oksigen miokard dan
kemampuan pembuluh darah koroner menyediakan oksigen secukupnya untuk
kontraksi miokard.
2. Klasifikasi angina pektoris
3. Penyebab / etiologi
aterosklerosis (radang pd pembuluh darah
karena penumpukan plak ateromatus)
berkurang aliran darah = berkurang O2
Hipoperfusi
Anemia (berkurangnya jumlah eritrosit serta
hemoglobin dalam 100mL)
Hipovolemia
Artritis (penyakit autoimun saat diserang
oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) -->
peradangan sendi
Polisitemia
Gangguan katup jantung
Aorta insufisiensi (kembalinya darah ke
bventtrikel kiri dari aorta selama diastole.
Dimana katup kehilangan fungsi yang normal
dan gagal menghakbat kembali darah
setelah kontraksi dari setiap ruang jantung
dari aorta adendens ke dalam ventrikel
selama diastole)
FAKTOR RESIKO
DAPAT DIUBAH (DIMODIFIKASI) TIDAK DAPAT DIUBAH
• Diet (hiperlipidemia) • Usia
• Rokok • Jenis kelamin
• Hipertensi • Ras
• Stress • Hereditas bawaan
• Obesitas
• Kurang aktivitas
• Diabetes melitus
• Adapun faktor resiko yang dapat • Faktor yang dapat
di ubah, ialah : menimbulkan serangan angina
pectoris ini harus dihindari dan
sebaiknya mengurangi aktifitas
a. Obesitas kerja agar serangan angina
b. Hipertensi tidak timbul, seperti :
c. Hiperlipidemia
d. Merokok a. Emosi
e. Emosi b. Stress
f. Diabetes Melitus c. Kerja terlalu berat
g. Kurang olahraga d. Makan terlalu banyak
h. Kolesterol tinggi e. Banyak merokok
i. Tekanan psikologi f. Hawa terlalu panas
j. Psikososial dan Berat g. Hawa dingin dan lembab
badan berlebih
Faktor yang memperberat serangan angina pectoris sebaiknya
dihindari, ialah :
a. Obesitas
b. Hipertensi
c. Anemia
d. Hipertiroidisme
e. Aritmia
f. Penyakit paru obstruktif kronik
g. Aktifitas berlebih h. Tekanan psikologi.
4. Patofisiologi angina
atau
5. Gejala/ manifestasi klinik
5. Gejala/ manifestasi klinik
1. Nyeri ulu hati dan nyeri dada menetap, pada bagian tengah dan epigastrium
tidak hilang dengan istirahat, nyeri yang timbul dapat menyebabkan hipotensi,
shock, dan gagal jantung banyak keringat, kulit lembab dan pucat.
2. Sensasi tekanan
3. Perasaan tercekik
4. Sesak nafas
5. Pucat yang berlangsung selama hampir 5 menit, namun ada juga sampai 30
bahkan lebih dari 30 menit
6. Nyeri dada yang khas, lokasi nyeri yaitu retrosternal
7. Rasa tertarik pada kerongkongan
8. Tekanan darah menurun.
9. Dyspnea kelemahan dan membuat pingsan. Nausea dan vomiting. Cemas dan
gelisah. Tachicardia atau bradhicardia. Yang jarang dikeluhkan seperti kelebihan
berat,nafas pendek.
Diagnosa
6. Komplikasi angina pektoris
1. Infraksi myokardium yang akut
2. Tachicardia dan fibrilasi ventrikel
3. Kematian jantung secara tiba-tibaDispnea
4. Menurunnya nadi perifer
5. Gangguan kontraktilitas
6. Abnormalitas sirkulasi
7. Disritmia ventrikuler berat
8. Dekompensasi jantung atau komplikasi paru dan
dispnea
TUGAS PATOFISIOLOGI
ISKEMIA OTOT JANTUNG
( GAGAL JANTUNG )
Stadium A Kelas I
Memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi Pasien dengan penyakit jantung tetapi tidak ada pembatasan
gagal jantung. Tidak terdapat gangguan struktural aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan kelelahan
atau fungsional jantung. berlebihan, palpitasi, dispnea atau nyeri angina.
Stadium B Kelas II
Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang Pasien dengan penyakit jantung dengan sedikit pembatasan
berhubungan dengan perkembangan gagal jantung, aktivitas fisik. Merasa nyaman saat istirahat. Hasil aktivitas
tidak terdapat tanda dan gejala. normal fisik kelelahan, palpitasi, dispnea atau nyeri angina.
Stadium D Kelas IV
Penyakit struktural jantung yang lanjut serta gejala Pasien dengan penyakit jantung yang mengakibatkan
gagal jantung yang sangat bermakna saat istirahat ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik apapun tanpa
walaupun telah mendapat terapi. ketidaknyamanan. Gejala gagal jantung dapat muncul bahkan
pada saat istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas
2. Berdasarkan Gangguan Fungsi
• Gagal jantung Sistolik
Gagal jantung sistolik yang utama berkaitan dengan
curah jantung yang tidak adekuat dengan kelemahan,
kekelahan, berkurangnya toleransi terhadap exercise, dan
gejala lain dari hipoperfusi.
• Gagal Jantung Diastolik
Gagal jantung diastolik berhubungan dengan
peningkatan tekanan pengisian. Pada banyak pasien yang
mempunyai hipertrofi ventrikel dan dilatasi, abnormalitas
kontraksi dan relaksasi terjadi secara bersamaan.
3. Gagal jantung akut -kronik
• Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba
• Gagal jantung kronik terjadinya secara perlahan
4. Berdasarkan letak
• Gagal jantung kanan
Gagal jantung kanan terjadi Jika abnormalitas yang
mendasari mengenai ventrikel kanan secara primer
seperti stenosis katup paru atau hipertensi paru sekunder
terhadap tromboembolisme paru sehingga terjadi
kongesti vena sistemik.
• Gagal jantung kiri
Pada gagal jantung kiri, ventrikel kiri secara mekanis
mengalami kelebihan beban atau melemah, mengalami
dispnea dan ortopnea akibat dari kongesti paru.
2. Klasifikasi
Klasifikasi fungsional seseorang dengan penyakit jantung :
Gagal jantung kanan maupun kiri dapat disebabkan oleh beban kerja(tekanan atau
volume) yang berlebihan dan atau gangguan otot jantung itu sendiri. Beban volume atau
preload disebabkan karena kelainan ventrikel memompa darah lebih banyak semenit
sedangkan beban tekanan atau afterload disebabkan oleh kealinan yang meningkatkan
tahanan terhadap pengaliran darah ke luar jantung. Kelainan atau gangguan fungsi miokard
dapat disebabkan oleh menurunnya kontraktilitas dan oleh hilangnya jaringan kontraktil (
infark miokard ).Dalam menghadapi beban lebih, jantung menjawab ( berkompensasi )
seperti bila jantung menghadapi latihan fisik. Akan tetapi bila beban lebih yang dihadapi
berkelanjutan maka mekanisme kompensasi akan melampaui batas dan ini menimbulkan
keadaan yang merugikan.
PATOFISIOLOGI
Disfungsi sistolik disebabkan oleh penurunan massa otot (infark
miokardial), kardiomiopati serta hipertrofi ventrikel. Sedangkan disfungsi diastolik
diisebabkan oleh peningkatan kekakuan ventrikel, hipertrofi ventrikel dan pnyakit
miokardialyang bersifat infiltratif, iskemia maupun infark miokardial.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat), terjadi infark miokardium dan terjadinya gagal jantung.
Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
meningkatkan beban kerja jantung dan mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung. (sebagai mekanisme kompensasi terjadi peningkatan kontraktilitas
jantung/takiaritmia sehingga kebutuhan oksigen otot jantung meningkat dan
dapat terjadi hipoksia dan asidosis akibat penumpukan asam laktat).
Hipertrofi otot jantung (tidak dapat berfungsi secara normal), dan akhirnya akan
terjadi gagal jantung
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif kondisi ini secara langsung
merusak otot jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5.Gejala gagal jantung
• trombus ventrikel kiri : perbesaran ventrikel kiri dan penurunan curah jantung meningkatkan
kemungkinan pembentukan trombus
meningkat
meningkat
Cardiac output/curah jantung
4. Patofisiologi hipertensi
5. Gejala hipertensi
• nyeri dada
• pendarahan tiba-tiba dihidung
6. komplikasi
6. komplikasi
6. komplikasi
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin,
darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena
arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah
dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan
TUGAS PATOFISIOLOGI
(DIABETES MELITUS)
Diabetes tipe 2, dengan berat badan berlebih. Kebanyakan kasus terjadi pada orang dewasa,
tetapi kejadian tersebut naik pesat pada anak, karena peningkatan tingkat obesitas. Diabetes
tipe 2 sering disertai dengan hipertensi dan kolesterol tinggi. Meskipun beberapa pasien
dengan diabetes tipe 2 memerlukan suntikan insulin, sebagian besar diobati dengan obat oral.
Gejala cenderung jauh lebih ringan di tipe 2 dibandingkan dengan tipe 1 ketika penyakit
muncul pertama kali, tetapi komplikasi diabetes tipe 2 sering terjadi dan bisa mengancam
jiwa.
Diabetes mellitus gestasionaL diabetes gestasional pertama kali muncul selama kehamilan.
Hormon yang disekresikan oleh plasenta – estrogen, progesteron, hormon pertumbuhan,
corticotrophin-releasing hormon, dan prolaktin – mengurangi fungsi insulin, mengakibatkan
gula darah tinggi. Pengobatan dengan perubahan pola makan dan / atau obat-obatan
(biasanya insulin) sangat penting untuk mencegah komplikasi janin. Meskipun kadar gula
darah biasanya normal setelah lahir, banyak wanita dengan diabetes
3. etiologi
3. etiologi
• DM TIPE I • DM TIPE II
• Riwayat keluarga: Ketika seorang sanak • Riwayat keluarga diabetes tipe 2 pada
famili (orang tua, anak, saudara kandung) keluarga tingkat pertama (orang tua, anak,
memiliki diabetes, risiko mengembangkan saudara kandung) atau kedua (paman, bibi,
diabetes tipe 1 adalah sekitar 10 sampai 15 kakek, nenek, cucu, keponakan)
persen. Banyak kemungkinan gen sedang • Usia yang lebih tua
diselidiki. • Obesitas perut
• Paparan protein susu sapi: Konsumsi susu • Sejarah diabetes gestasional
sapi pada anak usia dini telah diselidiki
sebagai faktor penyebabnya. • Adanya hipertensi dan kolesterol tinggi
• Infeksi virus pada janin atau pada masa kecil • Ras dan Etnis: Afrika-Amerika, Latin, Indian
• Berat lahir lebih besar dari 4.49 kg Amerika / Alaska Pribumi, serta Asia dan
Kepulauan Pasifik memiliki risiko lebih besar.
• Preeklamsia (tekanan darah tinggi pada ibu
hamil)
• Dilahirkan oleh seorang ibu yang lebih tua
dari 25 tahun
4. Patofisiologi DM tipe 1
4. Patofisiologi DM tipe 2
5. gejala
Manifestasi Klinis
a. DM Tipe I : b. DM Tipe II Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lama dan progresif maka DM
- Poliuria, polidipsia terjadi akibat Tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi
konsentrasi glukosa dalam darah cukup dengan gejala ringan seperti :
tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, - Kelelahan
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam - Iritabilitas
urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran - Poliuria
cairan dan elektrolit yang berlebihan yang
disebut diuresis osmotik. - Polidipsia
- Polifagia : akibat menurunnya simpanan - Luka pada kulit yang lama sembuh
kalori dan defisiensi insulin mengganggu - Infeksi vagina
metabolisme protein dan lemak yang - Pandangan kabur (jika kadar glukosanya
menyebabkan penurunan berat badan. sangat tinggi sekali).
- Kelelahan dan kelemahan.
- Nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, napas berbau aseton,
perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian yaitu akibat dari ketoasidosis, yang
merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh bila
jumlahnya berlebihan.
Pemeriksaan Diagnostik
• Pemeriksaan Kadar Glukosa
a. Gula darah puasa di atas 140 mg/dl.
b. Gula darah sewaktu di atas 200 mg/dl
c. Gula darah 2 jam PP lebih dari 200 mg/dl
- HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik) Terjadi jika asupan cairan kurang dan dehidrasi, memungkinkan resiko terjadinya
koma. Dehidrasi terjadi akibat hiperglikemia, sehingga cairan intrasel berpindah dan ke ekstrasel. Juga karena diuresis osmotik
(konsentrasi glukosa darah melebihi ambang ginjal) dapat terjadi kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar.
- Perubahan makrovaskuler Penderita diabetes dapat mengakibatkan perubahan aterosklerosis pada arteri-arteri besar. Penderita
NIDDM mengalami perubahan makrovaskuler lebih sering daripada penderita IDDM. Insulin memainkan peranan utama dalam
metabolisme lemak dan lipid. Selain itu, diabetes dianggap memberikan peranan sebagai faktor dalam timbulnya hipertensi yang
dapat mempercepat aterosklerosis. Pengecilan lumen pembuluh darah besar membahayakan pengiriman oksigen ke jaringan-
jaringan dan dapat menyebabkan ischemia jaringan, dengan akibatnya timbul berupa penyakit cerebro vascular, penyakit arteri
koroner, stenosis arteri renalis dan penyakit-penyakit vascular perifer. - Perubahan mikrovaskuler
Ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran basal pembuluh kapiler, sering terjadi pada penderita IDDM dan bertanggung
jawab dalam terjadinya neuropati, retinopati diabetik.
· Nefropati Salah satu akibat dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan struktur dan fungsi ginjal. Empat jenis lesi yang sering
timbul adalah pyelonefritis, lesi-lesi glomerulus, arterisclerosis, lesi-lesi tubular yang ditandai dengan adanya proteinuria yang
meningkat secara bertahap sesuai dengan beratnya penyakit.
· Neuropati Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem syaraf otonom, medula spinalis atau sistim saraf pusat.
Neuropati sensorik/neuropati perifer. Lebih sering mengenai ekstremitas bawah dengan gejala parastesia (rasa tertusuk-tusuk,
kesemutan atau baal) dan rasa terbakar terutama pada malam hari, penurunan fungsi proprioseptif (kesadaran terhadap postur
serta gerakan tubuh dan terhadap posisi serta berat benda yang berhubungan dengan tubuh) dan penurunan sensibilitas terhadap
sentuhan ringan dapat menimbulkan gaya berjalan yang terhuyung-huyung, penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat
penderita neuropati beresiko untuk mengalami cedera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui.
· Retinopati diabetic Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina selain retinopati, penderita diabetes juga
dapat mengalami pembentukan katarak yang diakibatkan hiperglikemi[` yang berkepanjangan sehingga menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
Terima kasih