FAA 113 014 Wood Kehilangan kemampuan untuk bicara atau untuk memahami sebagaian atau keseluruhan dari yang diucapkan oleh orang lain, yang diakibatkan karena adanya gangguan pada otak. Wiig dan Semel gangguan pada perolehan bahasa yang disebabkan karena kerusakan otak yang mengakibatkan ketidakmampuan dalam memformulasikan pemahaman bahasa dan pengguanaan bahasa Afasia adalah suatu tanda klinis dan bukan penyakit timbul akibat cedera otak atau proses patologik pada area lobus frontal, temporal atau parietal yang mengatur kemampuan berbahasa Cedera otak stroke, trauma, tumor otak Efek samping dari obat fentonil Area cerebrum yang mengintegrasi semua stimulus ini menjadi kemampuan berbahasa area Wernicke ujung posterosuperior girus temporalis superior. Manifestasi klinik ◦ Afasia tidak lancar atau non-fluent ◦ Afasia lancar atau fluent Distribusi anatomi dari lesi yang bertanggung jawab bagi defek ◦ Sindrom afasia peri-silvian Afasia Broca (motorik, ekspresif) Afasia Wernicke (sensorik, reseptif) Afasia konduksi ◦ Sindrom afasia daerah perbatasan (borderzone) Afasia transkortikal motorik Afasia transkortikal sensorik Afasia transkortikal campuran ◦ Sindrom afasia subkortikal Afasia talamik Afasia striatal ◦ Sindrom afasia non-lokalisasi Afasian anomik Afasia global Bentuk Ekspresi Komprehens Repetisi Menamai Komprehensi Komprehensi Lesi Afasia i verbal membaca membaca Ekspresi Tak lancar Relatif Terganggu Terganggu Bervariasi Terganggu Frontal (Broca) terpelihara Inferior posterior Reseptif Lancar Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Temporal (Wermicke) Superior Posterior (Area Wernicke) Global Tak lancar Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Fronto temporal Konduksi Lancar Relatif Terganggu Terganggu Bervariasi Terganggu Fasikulus terpelihara arkualtus, girus supramargin al Bentuk Ekspresi Komprehens Repetisi Menamai Komprehens Komprehens Lesi Afasia i verbal i membaca i membaca Nominal Lancar Relatif Terpelihara Terganggu Bervariasi Bervariasi Girus terpelihara angular, temporal superior posterior Transkortikal Tak lancar Relatif Terpelihara Terganggu Bervariasi Terganggu Peri sylvian motor terpelihara anterior Transkortikal Lancar Terganggu Terpelihara Terganggu Terganggu Terganggu PerisylvianPo sensorik sterior Afasia terjadi akibat kerusakan pada area pengaturan bahasa di otak area Broca dan area Wernick Area Broca (area 44 dan 45 Broadmann) pelaksanaan motorik berbicara Lesi pada area ini kesulitan dalam artikulasi tetapi penderita bisa memahami bahasa dan tulisan Area Wernicke (area 41 dan 42 Broadmann) area sensorik penerima untuk impuls pendengaran Lesi pada area ini penurunan hebat kemampuan memahami serta mengerti suatu bahasa lesi pada area disekitarnya afasia transkortikal Diagnosis afasia tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada pemeriksaan fisik pemeriksaan tambahan lainnya mengetahui penyebab kerusakan otaknya. lesi di daerah antara bagian belakang lobus temporalis, lobus oksipitalis dan lobus parietalis dari hemisfer kiri (dominan) yaitu area Wernicke. Gambaran klinik afasia Wernicke . ◦ Keluaran afasik yang lancar ◦ Panjang kalimat normal ◦ Artikulasi baik ◦ Prosodi baik ◦ Anomia (tidak dapat menamai) ◦ Parafasia fonemik dan semantik ◦ Komprehensi auditif dan membaca buruk ◦ Repetisi terganggu ◦ Menulis lancar tapi isinya "kosong lesi di bagian posterior daerah girus ketiga frontal dari hemisfer kiri (dominan) yaitu sekitar area Brocca (area 44) Ciri klinik afasia Broca: ◦ bicara tidak lancar ◦ tampak sulit memulai bicara ◦ Kalimatnya pendek (5 kata atau kurang per kalimat) ◦ pengulangan (repetisi) buruk ◦ kemampuan menamai buruk ◦ Kesalahan parafasia ◦ Pemahaman lumayan (namun mengalami kesulitan memahami kalimat yang sintaktis kompleks) ◦ Gramatika bahasa kurang, tidak kompleks ◦ Irama kalimat dan irama bicara terganggu ditandai oleh tidak adanya lagi bahasa spontan atau berkurang sekali dan menjadi beberapa patah kata yang diucapkan secara stereotipe lesi luas yang merusak sebagian besar atau semua daerah bahasa oklusi arteri karotis interna atau arteri serebri media pada pangkalnya. Merupakan ketidakmampuan mengulangi kata atau kalimat lawan bicara terutama yang multisilabis (bersuku kata banyak). Afasia konduksi kerusakan pada fasikulus arcuata transmisi informasi dari daerah Wernicke ke daerah Brocca ditandai oleh gangguan berat pada repetisi, kesulitan dalam membaca kuat-kuat (namun pemahaman dalam membaca baik), gangguan dalam menulis, parafasia yang jelas, namun umumnya pemahaman bahasa lisan terpelihara. Afasia jenis ini membuat penderita tidak mampu menyebut nama benda yang dilihat, angka, huruf, bentuk benda dan kata kerja dari gambar yang dilihat Letak lesinya tidak tentu tapi bisa di girus angular dan temporal superior posterior atau berada antara daerah Brocca dan Wernicke Gambaran klinik alasia anomik. ◦ Keluaran lancar ◦ Komprehensi baik ◦ Repetisi baik ◦ Gangguan (defisit) dalam menemukan kata. Afasia transkortikal motorik (masuk afasia non-fluent) ◦ lesi di anterior atau superior dari area broca ◦ Gambaran klinik afasia motorik transkortikal. Keluaran tidak lancar (non fluent) Pemahaman (komprehensi) baik Repetisi baik Inisiasi terlambat Ungkapan-ungkapan singkat Parafasia semantik Ekholalia Afasia transkortikal sensorik ◦ lesi di area informasi dari nonbahasa area ke cerebrum tidak bisa di transfer ke area wernicke’s untuk diubah menjadi suatu bentuk bahasa. ◦ Gambaran klinik afasia sensorik transkortikal Keluaran (output) lancar (fluent) Pemahaman buruk Repetisi baik Ekholalia Komprehensi auditif dan membaca terganggu Defisit motorik dan sensorik jarang dijumpai Didapatkan defisit lapangan pandang di sebelah kanan. Afasia transkortikal campuran ◦ Penyebab anoksia sekunder terhadap sirkulasi darah yang menurun henti jantung, oklusi atau stenosis berat arteri karotis, anoksia oleh keracunan karbon monoksida dan demensia ◦ Gambaran klinik afasia transkortikal campuran Tidak lancar (nonfluent) Komprehensi buruk Repetisi baik Ekholalia mencolok Pemeriksaan pemahaman (komprehensi) bahasa lisan ◦ Konversasi. Dengan mengajak pasien bercakap- cakap dapat dinilai kemampuannya memahami pertanyaan dan suruhan yang diberikan oleh pemeriksa ◦ Suruhan. Serentetan suruhan, mulai dari yang sederhana (Satu langkah) sampai pada yang sulit (banyak langkah) Tanpa afasia menunjukkan 4 atau lebih objek pada suruhan yang beruntun. Pasien dengan Afasia menunjuk sampai 1 atau 2 objek saja. ◦ Pilihan (ya atau tidak) Repetisi ◦ Mengulang kata sederhana banyak kata ◦ Orang normal umumnya mampu mengulang kalimat yang mengandung 19 suku-kata. ◦ Afasia gangguan repetisi daerah perisylvian Pemeriksaan menamai dan menemukan kata ◦ Kesulitan menemukan kata erat kaitannya dengan kemampuan menyebut nama (menamai) anomia. Pemeriksaan sistem berbahasa ◦ Bicara spontan, komprehensi (pemahaman), repetisi, menamai, otak yang dominan (kidal atau tidak) Pemeriksaan menggunakan tangan (kidal atau tidak) Pemeriksaan berbicara – spontan ◦ Apakah bicaranya pelo, cadel, tertegun-tegun, disprosodik (irama, ritme,intonasi bicara terganggu). Pada afasia sering ada gangguan ritme dan irama (disprosodi). Atasi penyebab (stroke, perdarahan akut, tumor otak) Rehabilitasi (terapi bicara) ◦ Tujuan melatih sel-sel yang tidak rusak menggantikan sel-sel yang telah rusak ◦ Dimulai 24 jam pasien stroke masuk rumah sakit lalu dilakukan berkelanjutan 1-2 tahun post stroke ◦ Yang diperlukan : motivasi, memberi stimulasi, melakukan repetisi yang kontinu Dimulai seawal mungkin. Dikatakan bahwa bina wicara yang diberikan pada bulan pertama sejak mula sakit mempunyai hasil yang paling baik. Hindarkan penggunaan komunikasi non-linguistik (seperti isyarat). Program terapi yang dibuat oleh terapis sangat individual dan tergantung dari latar belakang pendidikan, status sosial dan kebiasaan pasien. Program terapi berlandaskan pada penumbuhan motivasi pasien untuk mau belajar (re-learning) bahasanya yang hilang. Terapi dapat diberikan secara pribadi dan diseling dengan terapi kelompok dengan pasien afasi yang lain. Penyertaan keluarga dalam terapi sangat mutlak.