You are on page 1of 13

ADSORPSI ISOTERMIS

KELOMPOK 4
Pendahuluan

Adsorpsi adalah penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Fenomena
inimelibatkan interaksi fisik, kimia, dan gaya elektrostatik antara adsorbat dengan
adsorben pada permukaan adsorben.
Ada dua macam adsorpsi yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Dalam adsorpsi
fisika, molekul-molekul teradsorpsi pada permukaan dengan ikatan yang lemah
(bersifat reversible, dengan cara menurunkan tekana gas atau konsentrasi zat terlarut).
Sedangkan adsorpsi kimia melibatkan ikatan koordinasi sebagai hasil penggunaan
elektron bersama-sama adsorben dan adsorbat.
Adsorben adalah zat yang mengadsorpsi zat lain. yang memiliki ukuran
partikel seragam, kepolarannya sama dengan zat yang akan diserap dan
mempunyai berat molekul besar. Adsorbat adalah zat yang teradsorpsi zat lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas adsorpsi antara lain, luas permukaan
adsorben, ukuran pori adsorben, kelarutan zat terlarut, pH, dantemperatur
(Castellan,1982).
Adsorpsi isoterm adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben
antara fase teradsorbsi pada permukaan adsorben dengan fase ruah
kesetimbangan pada temperatur tertentu.
Tujuan
Alat dan Bahan

 Alat
Buret, cawan porselin, corong, erlenmayer, gelas kimia, labu ukur,
gelas kimia, statif dan klem, pipet.
 Bahan
Asam asetat, arang aktif, natrium hidroksida, indikator metyl merah.
Cara Kerja

As.Asetat 50 ml (0,06 N ; 0,09 N ; 0,12 N ; 0,15 N) - Titrasi Blanko

+ Karbon Aktif (Diaktifkan dahulu) As.Asetat 50 ml

Kocok dalam 30 menit


Titrasi dengan NaOH 0,1 N
Dengan indikator PP

Diamkan selama 1 jam


Saring (Buang 5 ml pertama)

Titrasi dengan NaOH 0,1 N dengan indikator pp


Hasil Pengamatan

I. Hasil Pengamatan
Volume Titrasi

CH3COOH W (g)
Blanko Perlakuan

0,15 N 89 ml 23,5 ml 350,595

0,12 N 54,5 ml 13 ml 283,824

0,09 N 45,8 ml 7,1 ml 264,589

0,06 N 26 ml 3,5 ml 179,118


Perhitungan

 RUMUS

𝐕𝐓𝐢𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 × 𝑴𝑨𝒘𝒂𝒍
M Akhir = 𝐕𝑨𝒘𝒂𝒍

W = ( VAwal x MAwal x BM ) - ( VAwal x MAwal x BM )


Perhitungan

1. CH3COOH 0,15 N 3. CH3COOH 0,09 N


23,5 𝑚𝑙 × 0,15 𝑁
M Akhir = = 0,075 N M Akhir =
7,1 𝑚𝑙 × 0,09𝑁
= 0,01278 N
50 𝑚𝑙 50 𝑚𝑙

W = ( 50 ml x 0,15 N x 60 ) - ( 23,5 ml x 0,0705 N x 60 ) W = ( 50 ml x 0,09 N x 60 ) - ( 7,1 ml x 0,01278 N x 60


= 450 – 99,405 = 270 – 5,44428
= 350,595 g = 264,55572 g

2. CH3COOH 0,12 N 4. CH3COOH 0,06 N


23 𝑚𝑙 × 0,12 𝑁
M Akhir = = 0,0552 N M Akhir =
3,5 𝑚𝑙 × 0,06𝑁
= 0,0042 N
50 𝑚𝑙 50 𝑚𝑙

W = ( 50 ml x 0,12 N x 60 ) - ( 23 ml x 0,0552 N x 60 ) W = ( 50 ml x 0,06 N x 60 ) - ( 3,5 ml x 0,0042 N x 60 )


= 360 – 76,176 = 180 – 0,882
= 283,824 g = 179,118 g
Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu bahwa konsentrasi asam asetat
sebelum diadsorpsi atau sebelum ditambahkan arang aktif konsentrasi yang didapatkan
cukup tinggi dibandingkan setelah ditambahkan arang aktif. Hal ini dapat dilihat dari
hasil percobaan didapatkan pada konsentrasi asam asetat 0,06 N konsentrasi blanko
yang diperoleh 26 ml dan setelah penambahan arang aktif kemudian dititrasi didapatkan
konsentrasi 3,5 ml dengan berat 179,118 begitupun pada konsentrasi asam asetat 0,15
konsentrasi 0,12 konsentrasi 0,09 N. Dengan demikian, semakin tinggi konsentrasi asam
asetat maka semakin tinggi pula kapasitas adsorpsi arang aktif.
Lampiran

Penimbangan
Lampiran

Proses penyaringan
Lampiran

Hasil titrasi blanko Hasil titrasi+sampel

You might also like