You are on page 1of 41

HIPERBILIRUBINEMIA PADA

NEONATUS
PEMBIMBING :
Letnan Kolonel dr. Amin Husni, Sp.A

AULIA SHABRINA SYUKHARIAL


1102012034
Latar Belakang
• >85% bayi cukup bulan yang kembali dirawat
dalam minggu pertama kehidupan disebabkan
oleh hiperbilirubinemia.
• Angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi
cukup bulan dan pada 80% pada bayi kurang
bulan
• Ikterus pada sebagian penderita dapat
berbentuk fisiologik & sebagian lagi mungkin
bersifat patologik  gangguan yang menetap 
kematian
Definisi
• Hiperbilirubinemia pada neonatus atau
neonatal jaundice  peningkatan kadar plasma
bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar
yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau
lebih dari persentil 90.
• Ikterus Neonatorum  keadaan klinis pada bayi
yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit
dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis
akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila
kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL.
• Ikterus pada neonatus dibagi menjadi dua,
yaitu:
▫ Ikterus fisiologis
▫ Ikterus non fisiologis
Ikterus Fisiologis
• Timbul setelah 24 jam pertama dan berlangsung kurang
lebih 7-14 hari
• Bilirubin indirek <10 mg/dL pada neonatus cukup bulan
dan <12,5 mg/dL pada neonatus kurang bulan
• Bilirubin direk <2 mg/dL
• Kenaikan bilirubin <5 mg/dL dalam 24 jam
• Tidak ditemukan gejala dan tanda patologis
Ikterus Non Fisiologis
• Terjadi pada 24 jam pertama kehidupan
• Peningkatan bilirubin total serum >0,5 mg/dL/jam
• Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang
memerlukan fototerapi
• Adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari pada
setiap bayi (muntah, letargi, malas menetek, penurunan
berat badan yang cepat, apnea, takipnea, atau suhu yang
tidak stabil)
• Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan
atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan.
• Bilirubin total serum >17 mg/dL pada neonatus yang mendapat ASI
• Bilirubin direk >2 mg/dL
• Konsentrasi bilirubin total serum 10 mg/dL pada NKB dan 12,5 mg/dL
pada NCB
• Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompabilitas darah, defesiensi
G6PD, atau sepsis)
• Ikterus disertai oleh:
▫ Berat lahir <2000 gram
▫ Masa gestasi <36 minggu
▫ Asfiksia, hipoksia, sindrom gawat napas pada neonatus (SGNN)
▫ Infeksi
▫ Trauma lahir pada kepala
▫ Hipoglikemia, hiperkarbia
▫ Hiperosmolaritas darah
• Ikterus klinis yang menetap setelah neonatus berusia >8 hari (pada
neonatus cukup bulan) atau >14 hari (pada neonatus kurang bulan).
Epidemiologi
• ± 60% pada neonatus cukup bulan dan 80%
pada neonatus kurang bulan.
• Sebuah studi cross-sectional yang dilakukan
Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional
Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003,
menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru
lahir sebesar 58% untuk kadar bilirubin diatas 5
mg/dL dan 29,3% dengan kadar bilirubin diatas
13 mg/dL.
Metabolisme Bilirubin5
• Pembagian metabolisme bilirubin berlangsung
dalam 3 fase, yaitu :
▫ fase prahepatik
▫ fase intrahepatik
▫ fase pascahepatik.
Gambar-2. Metabolisme bilirubin normal. CB, bilirubin
terkonjugasi; UCB, bilirubin tak terkonjugasi
Karakteristik bilirubin
Bilirubin tak terkonjugasi Bilirubin terkonjugasi

Bilirubin indirek Bilirubin direk

Larut dalam lemak (bentuk Tidak larut dalam lemak


bebas)

Tidak larut dalam air Larut dalam air

Berikatan dengan albumin


sebagai transpor

Bersifat toksik terhadap otak Tidak bersifat toksik


Patofisiologi
• Ada 4 mekanisme umum yang menyebabkan
hiperbilirubinemia dan ikterik
▫ Pembentukan bilirubin yang berlebihan
 Penyakit hemolitik atau peningkatan laju destruksi
eritrosit merupakan penyebab tersering dari
pembentukan bilirubin yang berlebihan
▫ Gangguan ambilan bilirubin
 Terjadi gangguan pengikatan bilirubin oleh sel hati
▫ Gangguan konjugasi bilirubin
 imaturitas enzim glukoronil transferase
▫ Kerusakan ekskresi bilirubin direk
 disebabkan oleh faktor fungsional maupun
obstruktif
Etiologi
• Penyebab dari Hiperbilirubinemia
Terkonjugasi :
▫ Hepatitis (hepatitis neonatal idiopatik, hepatitis B,
hepatitis C)
▫ Sepsis
▫ Kelainan metabolik hati
▫ Kerusakan hati karena nutrisi parenteral total
▫ Obstruksi mekanik
• Penyebab dari Hiperbilirubinemia tidak
Terkonjugasi :
▫ Pembentukan bilirubin yang berlebihan
▫ Gangguan ambilan bilirubin
▫ Gangguan konjugasi bilirubin
▫ Kerusakan ekskresi bilirubin terkonjugasi
Penyebab Hiperbilirubinemia
neonatus yang tersering..
• Brest-Milk • Defesiensi G-6PD
Jaundice • Defesiensi piruvat
• Breast-Feeding kinase
Jaundice • Hemoglobinopati
• ABO inkompabilitas • Sumber
• Rh inkompabilitas ekstravaskular
• Sferositosis • Hipotiroid
Gejala dan Tanda klinis
• Ikterus umumnya terlihat pada daerah wajah,
abdomen dan tungkai.
• Tekanan pada dermis (dermis pressure) dapat
menunjukkan progresi anatomik dari ikterus
(wajah ≈ 5 mg/dL; mid-abdomen ≈ 15 mg/dL;
telapak kaki ≈ 20 mg/dL), tetapi pemeriksaan
klinis tidak dapat bergantung pada perkiraan
ini.
• Pada kulit :
▫ Ikterus karena deposisi bilirubin indirek 
menunjukkan pewarnaan kuning terang atau
oranye pada kulit.
▫ Ikterus yang dikarenakan adanya proses obstuktif
(bilirubin direk)  pewarnaan kehijauan atau
kuning kecoklatan.
1. Anamnesis
▫ Riwayat kelahiran sebelumnya dengan ikterus
▫ Golongan darah ibu dan ayah
▫ Riwayat ikterus hemolisis, defesiensi glucose-6-
phosphate-dehydrogenase (G6PD), atau
inkompabilitas faktor Rhesus atau golongan darah
ABO pada kelahiran sebelumnya.
▫ Riwayat anemia, pembesaran hati atau limpa pada
keluarga
2. Pemeriksaan fisik
▫ Bayi tampak berwarna kuning.
▫ Berdasarkan Kramer, maka ikterus dibagi mjadi :
ZONA DAERAH IKTERUS Perkiraan kadar
bilirubin

1 Kepala dan leher 5 mg/dL


2 Leher s/d umbilikus 9 mg/dL
3 Umbilikus s/d paha 11,4 mg/dL
4 Lengan dan tungkai 12,4 mg/dL
5 Tangan dan kaki 16 mg/dL
Diagnosis
• Diagnosis neonatal hiperbilirubinemia dapat
ditegakkan berdasarkan :
▫ anamnesis,
▫ pemeriksaan fisik
▫ pemeriksaan laboratorium.
Gambar-3. Penilaian ikterus berdasarkan kramer
3. Pemeriksaan Penunjang
▫ pemeriksaan bilirubin serum (bilirubin total, bil
direk, bil indirek)
▫ Transcutaneous bilirubinometry
(alat yang menggabungkan algoritma optikal.
Tidak dapat digunakan untuk memantau
perkembangan hasil fototerapi)
▫ Pemeriksaan Pencitraan
 Ultrasonografi
 Radionuclide scanning
Cont’d..
• Pemeriksaan lain yang disarankan 11,12 :
▫ Pemeriksaan golongan darah dan Rhesus pada ibu dan bayi
▫ Direct abtiglobulin test pada bayi (direct Coombs test)
▫ Hemoglobin dan hematokrit
▫ Pengukuran end-tidal carbon monoxide (CO) dalam nafas
▫ Morfologi darah tepi
▫ Hitung retikulosit
▫ Bilirubin direk
▫ Fungsi hati
 SGOT & SGPT  meningkat pada penyakit hepatoseluler
 Alkalin fosfatase & kadar gamma-glutamyltransferase (GGT) 
meningkat pada penyakit cholestasis
 Rasio GGT : SGPT >1 sugestif kuat menandakan adanya obstruksi
bilier tapi tidak membedakan antara cholestasis intra dan
ekstrahepatik.
▫ Tes infeksi virus dan atau parasit: tes ini untuk bayi-
bayi dengan hepatosplenomegali, petechiae,
trombositopenia, atau bukti-bukti lain yang
menandakan penyakit hepatoseluler.
▫ Analisa Gas Darah: resiko toksisitas bilirubin
meningkat dalam keadaan asidosis, sebagian pada
asidosis respiratorik.
▫ Tes fungsi thyroid
Penatalaksanaan
• Ikterus Fisiologis
▫ Bayi sehat, tanpa faktor resiko tidak diterapi. Pada
bayi sehat, aktif, minum kuat, cukup bulan, pada
kadar bilirubin yang tinggi kemungkinan untuk terjadi
kernikterus sangat kecil.
▫ Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat
dilakukan beberapa cara berikut:
 Minum ASI dini dan sering
 Terapi sinar
 Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan
pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat (terutama bila
tampak kuning).
• Ikterus Patologis
▫ Terapi sinar
▫ Transfusi Tukar (Exchange Transfusion)
▫ Gamma globulin
▫ Protoporphyrin
▫ Clofibrate
Terapi sinar
• Menggunakan energi cahaya untuk mengubah
struktur bilirubin menjadi molekul isomer
secara fotoisomerisasi (dari UCB 14Z,15Z
menjadi UCB 4Z,15 E) yang reversibel maupun
isomerisasi struktural menjadi lumirubin yang
tidak reversibel sehingga dapat diekskresikan.
• Fraksi/pigmen bilirubin mengalami reaksi
fotokimiawi menghasilkan :
▫ stereoisomer kuning dari bilirubin
▫ derivat yang kurang berwarna dan berat molekul
yang rendah.
• Produk ini kurang lipofilik daripada bilirubin
dan tidak menyerupai bilirubin, yang dapat
diekskresikan di kandung empedu atau urin
tanpa konjugasi.
• Indikasi terapi sinar pada bayi kurang bulan
Berat Badan (gr) Kadar Bilirubin (mg/dL)

<1000 Fototerapi dimulai dalam


usia 24 jam pertama

1000 – 1500 7–9

1500 – 2000 10 – 12

2000 - 2500 13 – 15
Transfusi Tukar (Exchange Transfusion)
• Dilakukan apabila fototerapi dengan intensif
telah gagal dalam menurunkan kadar bilirubin
• Jika resiko munculnya kernikterus melebihi
resiko yang muncul karena prosedur
• Bayi sudah menunjukkan tanda-tanda
kernikterus
• Komplikasi transfusi tukar termasuk berat :
 asidosis, kelainan elektrolit, hipoglikemia,
trombositopenia, kelebihan volume, aritmia,
NEC, infeksi, graft vs host disease, dan
kematian.5
• Kadar bilirubin yang mendekati kadar kritikal
untuk terjadinya kernikterus
 indikasi dilakukannya transfusi tukar yang
boleh dilakukan pada hari pertama dan hari
kedua awal kehidupan ketika kenaikan dapat
diantisipasi.
• Transfusi tukar sebaiknya tidak dilakukan pada
hari ke-4 pada bayi cukup bulan dan pada hari
ke-7 untuk bayi prematur karena mekanisme
konjugasi bilirubin pada anak sudah mulai
efektif.4,7,8
Gamma globulin
• Inkompatibilitas ABO menjadi penyebab yang
paling sering hiperbilirubinemia neonatus.
• Penelitian baru-baru ini mengatakan bahwa
terapi IVIG (immunoglobulin iv) efektif
mengatasi hiperbilirubinemia pada banyak
kasus anemia hemolitik dengan pemeriksaan
coombs positif melalui :
▫ memblokade reseptor Fc dalam sistem RES
▫ mempercepat katabolisme IgG dengan
mengurangi autoantibody patogenik yang beredar.
Protoporphyrin
• Pada kasus hiperbilirubinemia yang disebabkan
oleh peningkatan produksi, metalloporphyrin
dapat membantu mencegah akumulasi bilirubin.
• Cara kerjanya dengan menghambat aktivitas
dari enzim oksigenasi heme secara kompetitif,
mengurangi enzim dari katabolisme heme.
Clofibrate
• Mengekresikan bilirubin melalui stimulasi
konjugasi hati
• Pada suatu studi, clofibrate ini dapat
menyebabkan peningkatan pembersihan
bilirubin hepatic sebanyak 100 % dalam waktu 6
jam, mengurangi hiperbilirubinemia secara
signifikan dalam 16 jam, menurunkan intensitas
dan durasi jaundice, dan menurunkan
kebutuhan fototerapi.
Pemantauan
• Bilirubin pada kulit dapat menghilang dengan cepat
dengan terapi sinar. Warna kulit tidak dapat digunakan
sebagai petunjuk untuk menentukan kadar bilirubin
serum selama bayi mendapat terapi dan selama 24 jam
setelah dihentikan.
• Pulangkan bayi bila terapi sinar sudah tidak diperlukan
dan bayi minum dengan baik atau bila sudah tidak
ditemukan masalah yang membutuhkan perawatan
dirumah sakit.
• Ajari ibu untuk menilai ikterus dan beri nasehat pada
ibu untuk kembali bila terjadi ikterus lagi.
Tumbuh kembang
• Pasca perawatan hiperbilirubinemia bayi perlu
pemantauan tumbuh kembang dengan penilaian
periodik, bila diperlukan konsultasi ke sub
bagian neurologi anak dan sub bagian tumbuh
kembang.
Prognosis
• Berpengaruh buruk apabila bilirubin indirek
telah melalui sawar darah otak  kernikterus.
• Gejala kernikterus :
▫ Pada masa neonatus (gejalanya ringan) :
memperlihatkan gangguan imun, letargi, dan
hipotonia.
▫ Pada stasium lanjut : atetosis disertai gangguan
pendengaran dan retardasi mental di kemudian
hari.
TERIMA KASIH

You might also like