Professional Documents
Culture Documents
PERAWATANNYA
Oleh:
Drg. Kamilah Zainuddin
Komplikasi eksodonsia:
A. SISTEMIK Lesi pada Nervus
Syncope, Cardiac Arrest, Dislokasi Mandibula
Shock, dll.
Perdarahan
B. LOKAL
Perforasi Sinus Maksilaris /
Dasar Anthrum / Fistula Oro
Fraktur: Anthral
- pada Mahkota & Akar
Gigi Komplikasi Pada
Penyembuhan
- pada Tulang Alveolar
- pada Rahang - Dry Socket / Alveolalgia /
Osteomyelitis Lokalisata
Laserasi Mukosa:
gingiva, bibir, pipi, lidah, dasar
- Parestesi
mulut, palatum - Infeksi
Trauma pada gigi lawan / gigi - Trismus
sebelahnya - Rasa Nyeri
1. Fraktur
Macam Fraktur pada saat pencabutan gigi:
A. Fraktur pada mahkota / akar gigi
B. Fraktur pada tulang alveolar
C. Fraktur pada rahang
Sering tjd akibat kesalahan operator atau akibat keadaan gigi itu sendiri.
Misalnya:
Pd gigi anterior maksila (t.u. Kaninus), tulang alveolar bag. bukal sering
terangkat karena tipis.
Pd gigi dgn akar >1, yang mana akar2nya sgt konvergen shg pd waktu
pencabutan septum inter radikularis rusak tidak apa2
Pd gigi yg sdh mengalami resesi gingiva. Naiknya septum inter radikularis
menyebabkan gingiva tdk dpt menutupi luka dg jar. granulasi shg septum inter
radikularis hrs dibuang.
Prisip / pedoman:
Setelah pencabutan, mukosa & tulang di sekitar daerah pencabutan harus
diperiksa & diraba dgn ujung jari. Apabila terasa tajam hrs dihaluskan dgn
knabel tang / bone file
C. FRAKTUR TULANG RAHANG
Proses terjadinya:
1. Ketika mulut dibuka, fasies anterior superior kaput kondilus
terdesak ke anterior berkontak dengan facies inferior distal
eminensia artikularis. Jika pada saat itu ada suatu tekanan,
misalnya mulut terbuka terlalu lebar, maka kondilus akan
terdesak ke anterior lereng eminensia.
2. Terjadi kontraksi otot-otot penutup rahang, sehingga kondilus
terkunci di anterior lereng eminensia dan processus
coronoideus terkunci di bawah processua zygomaticus
3. Rasa sakit berasal dari ligamentum yang tertarik dengan paksa.
Penyebab dislokasi mandibula:
1. Komplikasi tindakan ekstraksi gigi
2. Menguap terlalu lebar
3. Membuka mulut terlalu lebar pada saat
anestesi
4. Tertawa berlebihan
Simptom:
1. Mulut dan rahang tidak dapat ditutup
2. Gerakan mandibula sangat terbatas
3. Pada dislokasi bilateral, mulut terbuka lebar,
sedangkan pada dislokasi unilateral akan memberi
gambaran asimetri dan mulut tidak terbuka selebar
dislokasi bilateral
4. Penderita sangat kesakitan
5. Palpasi daerah sendi rahang terasa lekukan yang
dalam
Perawatan:
1. Pasien didudukkan di kursi gigi pd kedudukan kursi
gigi yg paling rendah.
2. Kedua ibu jari tangan operator dibalut dgn
handuk/kain, untuk melindungi jari operator tdk
tergigit pasien saat mandibula mengatup pd posisi
yg tepat
3. Kedua ibu jari dimasukkan ke dlm rongga mulut
pasien, memegang gigi-gigi posterior mandibula
kanan & kiri. Empat jari tangan kanan & kiri yg
lain memegang dagu / korpus mandibula.
4. Mandibula ditekan ke bawah (inferior) pada gigi-
gigi posterior dan tekan ke atas (superior) pada
dagu, disertai tekanan dorong ke belakang
(posterior) pada keseluruhan mandibula.
5. Posisi operator adalah berdiri di muka menghadap
penderita.
6. Kadang-kadang perlu menggunakan muscle
relaxing drug untuk mengendorkan otot-otot yang
tegang karena dislokasi mandibula. Dapat juga
dengan anestesi lokal (infiltrasi) pada otot-otot di
sekeliling kondilus.
6. PENDARAHAN
Y.i keluarnya darah yang tidak dapat berhenti sendiri tanpa
suatu perawatan. Jadi istilah lainnya ialah keluarnya darah
karena suatu keadaan yang abnormal
Fistula oro-antral
saluran yang menghubungkan rongga mulut dan
rongga sinus maksilaris, karena abses, luka, proses
penyakit, atau akibat ekstraksi gigi posterior maksila.
Patogenesis:
gangguan nutrisi pada alveolus karena kerusakan
vasa darah pada socket gigi.
Etiologi:
1. Infeksi bakteri stafilokokus dan streptokokus ke
dalam soket gigi
2. Sekuester dan benda asing masuk ke dalam soket
3. Trauma
4. Larutan anestesi dimasukkan ke dalam soket terlalu
kuat
5. Ekstraksi yang dilakukan pada saat tulang alveolus
menderita periostitis akut atau semiakut
6. Komplikasi DM atau sifilis
7. Penggunaan obat kumur yang terlalu keras/
berkumur terlalu kuat
8. teralalu banyak meludah atau luka ekstraksi
disedot-sedot
9. Melakukan kuretase yang salah
10. Alat eksodonsia tidak steril
11. Pada penderita ”malignan blood disease”
(misal: leukemia), penyembuhan luka
terhambat
12. Ekstraksi pada gigi yang tulang alveolarnya
sklerosis (pengerasan)
Perawatan alveolalgia:
1. Cara Bourgoyne
a. Soket dibersihkan dengan larutan antibakterisidal
(metaphen, merthiolet, iodine,dll)
b. Tulang alveolar yang runcing harus dihaluskan
c. Keringkan dengan kapas steril dan kering
d. Kain kasa yang telah diberi iodoform dicelupkan
pada minyak cengkeh lalu masukkan ke soket selama
24 jam, tanpa tekanan dan jangan terlalu kuat
e. Setelah 24 jam, kain kasa diganti dengan kain kasa
yang diberi metylen blue sulfa, aplikasi selama 2 x
24 jam
2. Cara O’Hearn
a. Tulang alveolar dihaluskan dahulu
b. Kain kasa iodoform dimasukkan dalam soket,
c. Jaringan lunak di sekitar dijahit dengan drain tersebut
d. Pasien diberikan anti sakit
3. Cara Shea
a. Soket dibersihkan dari jaringan nekrotik dan jaringan
tulang yang kasar dihaluskan
b. Berikan suntikan 5000 – 50000 Unit vitamin B
intramuskuler
Menurut Shea, rasa sakit akan berkurang dalam waktu
kurang dari satu jam.
4. Cara Elwell, ada 3 macam perawatan:
a. Kelompok non-septik, yaitu tanpa
pembentukan supurasi dan sekuester.
Tahapan:
- Scalling dan pembersihan gigi tetangga
- Soket diirigasi dengan air garam hangat,
lalu dikeringkan dan diisolasi dengan
kapas
- Isikan darah ke dalam soket dan tunggu
sampai mengental. Darah diambil dari
lengan sebanyak 2 cc (Wasserman).
b. Kelompok septik ringan, yaitu terdapat sedikit
supurasi tetapi tidak ditemukan sekuester. Cara
hampir sama dengan kelompok non-septik, tetapi
pada dasar soket diberi sedikit bubuk
sulfadizin/sulfathiol.
c. Kelompok septik, yaitu terjadi supurasi yang aktif
dengan pembentukan sekuester. Perawatan:
- Irigasi soket dengan air garam hangat
- Dressing dengan kain kasa yang diberi obat
sedatif sampai infeksi menghilang
- Pengisian soket dengan darah segar
5. Cara Levine
a. Soket dihaluskan dan dibersihkan dengan kapas
b. Masukkan pasta zinc oksida kedalam soket, tetapi 1/3
bagian ujung soket jangan diisi pasta.
6. Cara Archer
a. Soket diirigasi dengan air garam hangat dan dikeringkan
dengan kapas dan diisolasi.
b. Kain kasa yang diberi iodoform dan eugenol dimasukkan
dalam soket
c. Masukkan pasta zink oksida diatas soket
d. Letakkan tampon diatas pasta dan intruksikan pasien
untuk menggigitnya.
e. Diulang tiap hari selama 2 sampai 3 hari.
7. Cara lain:
a. Anestesi lokal
b. Jaringan nekrosis dibersihkan dan diirigasi dengan
antiseptik (rivanol) dan dikeringkan dengan kapas
c. Tulang yang runcing dihaluskan
d. Kerok dinding tulang soket untuk membuat
pendarahan baru dengan kuret atau ekskavator
e. Setelah darah menjendal, tutup soket dengan pasta
ZOE (1/3 bagian atas soket)
f. Intruksikan penderita untuk minum obat anti-
inflamasi dan vitamin B1
g. Kontrol setiap hari
Kesimpulan semua perawatan alveolalgia diatas:
1. Menghilangkan rasa nyeri
2. Menghilangkan infeksi
3. Menghilangkan iritasi
4. Memacu pertumbuhan jaringan baru
5. Menutup soket dengan jendalan darah baru
6. Melindungi soket dari kontaminasi bakteri.
B. Parestesi
Dapat disebabkan:
- Jarum suntik yg digunakan, akibat sterilisasi
yg kurang baik
- kalkulus, serpihan gigi & tulang yg tertinggal
- OH buruk
Biasanya diberikan antibiotik & analgetik
D. Trismus