You are on page 1of 66

KOMPLIKASI EKSODONSIA &

PERAWATANNYA

Oleh:
Drg. Kamilah Zainuddin
Komplikasi eksodonsia:
A. SISTEMIK  Lesi pada Nervus
Syncope, Cardiac Arrest,  Dislokasi Mandibula
Shock, dll.
 Perdarahan
B. LOKAL
 Perforasi Sinus Maksilaris /
Dasar Anthrum / Fistula Oro
 Fraktur: Anthral
- pada Mahkota & Akar
Gigi  Komplikasi Pada
Penyembuhan
- pada Tulang Alveolar
- pada Rahang - Dry Socket / Alveolalgia /
Osteomyelitis Lokalisata
 Laserasi Mukosa:
gingiva, bibir, pipi, lidah, dasar
- Parestesi
mulut, palatum - Infeksi
 Trauma pada gigi lawan / gigi - Trismus
sebelahnya - Rasa Nyeri
1. Fraktur
Macam Fraktur pada saat pencabutan gigi:
A. Fraktur pada mahkota / akar gigi
B. Fraktur pada tulang alveolar
C. Fraktur pada rahang

A. FRAKTUR PADA MAHKOTA / AKAR GIGI

Penyebab Fraktur Pada Mahkota / Akar Gigi:


1. Karena teknik ekstraksi yang salah / kurang sempurna
 Kesalahan dalam menempatkan paruh forsep
 Pemilihan forsep yang salah
 Posisi pasien & operator yang salah
 Gerakan ekstraksi yang salah & melebihi batas kekuatan gigi
 Menggunakan daya yang tidak terarah & terlalu besar
2. Keadaan gigi itu sendiri
- Karies gigi yg luas
- Kerapuhan struktur gigi akibat karies yg sgt luas,
karies serviks, kalsifikasi mahkota yg tdk sempurna.
- Pd gigi yg nekrosis & pasca perawatan saluran akar
kalsifikasi akar gigi
- Kelainan akar gigi: bengkok, hipersementosis, akar
supernumerary, ankilosis membran
periodontal hilang shg gigi bersatu dgn tulang
3. Kelainan tulang pendukung gigi:
- radang tulang (Infective Osteitis);
- gigi yg terpisah jauh dg gigi tetangganya, shg tjd
kepadatan tulang krn beban kunyah besar;
- gigi yg mjd abutment suatu bridge atau pegangan
protesa;
- kebiasaan konsumsi makanan keras;
- Kebiasaan mengunyah tembakau atau permen karet;
- gingivitis kronis akan menyebabkan periostitis &
selanjutnya akan tjd eksostosis tulang korteks di
sebelah gigi tsb.
- pd orang tua lamina dura menebal,
kalsifikasi, apikal hipersementosis, tulang alveolar
menebal & padat shg tdk elastis lagi
Alat mengambil Sisa akar:
1. Root forceps 6. Scalpel
2. Root elevators 7. Periosteal elevators
3. Apical Fragmen 8. Needle & needle
Forceps holder
4. Chisel & Mallet 9. Bone File
5. Bone-burs & 10. Rongeur
handpiece
Prinsip pengambilan sisa fragmen fraktur / sisa akar:
 Semua sisa akar harus diambil bagaimanapun sulitnya. Sisa akar tersebut
dapat kita tinggalkan bila kita menduga bahwa jika diambil akan terjadi
komplikasi lain
Misal: - sisa akar M1 atas, dpt masuk ke dalam anthrum
- sisa akar M bawah dpt masuk ke dalam canalis mandbularis
Kadang-kadang fragmen ini dapat diresorbsi oleh tubuh atau akar di dorong
keluar oleh tubuh.
 Membuat trauma sekecil mungkin untuk memperkecil komplikasi
 Orientasi fraktur pada gigi tersebut
Gigi yang sudah dicabut diperiksa terlebih dahulu (JANGAN LANGSUNG
DIBUANG!) untuk mengetahui kedudukan & besar / kecilnya sisa akar yang
tertinggal sehingga dapat mengatur rencana kerja.

Teknik pengambilan sisa fragmen fraktur / sisa akar ditentukan oleh:


1. Ukuran panjang akar gigi yang masih tersisa
2. Kepadatan jaringan pendukung di sekeliling akar gigi tersebut
3. Posisi akar gigi terhadap sinus maksilaris dan kanalis mandibularis
Teknik pengambilan sisa akar:
1. Bila sisa akar msh bisa tercakup forsep akar maka pengambilan dgn forsep
akar
2. Bila sisa akar tdk bisa tercakup oleh paruh forsep akar, maka pengambilan
dgn:
a. Cara tertutup (Close method / Intra Alveolar operation):
tanpa mengurangi jaringan tulang & tanpa membuka lapisan
mukoperiosteal (flap)
Misal: - Menggunakan elevator/ bein
Elevator dimasukkan ke dlm periodontal space
kemudian digerakkan dgn gaya mendorong
- Menjauhkan mukosa shg tulang terlihat kmd diambil
dgn forsep akar.
b. Cara terbuka (Open method / open flap operation):
membuka lapisan jaringan mukoperiosteal (flap) & diikuti dgn
mengurangi jaringan tulang.
Harus diperhitungkan supply darah agar tdk tjd nekrose jaringan. Mrpkn
cara yg terakhir.
Saran – saran:
 Untuk menghilangkan mengurangi tjdnya fraktur pd
waktu pencabutan maka cara-cara manipulasi
ekstraksi harus diperhatikan
 Sebaiknya untuk setiap tindakan pencabutan harus
dilengkapi dengan Rontgen foto gigi yang akan
dicabut
 Apabila dengan salah satu metode pengambilan
fraktur fragmen tidak berhasil, sebaiknya beralih ke
cara yang lain atau penderita segera dirujuknya
 Agar setiap dokter gigi dapat melengkapi alat-alat
yang minimal untuk keperluan pengambilan fraktur
fragmen yang sederhana
B. FRAKTUR PADA TULANG ALVEOLAR

Sering tjd akibat kesalahan operator atau akibat keadaan gigi itu sendiri.
Misalnya:
 Pd gigi anterior maksila (t.u. Kaninus), tulang alveolar bag. bukal sering
terangkat karena tipis.
 Pd gigi dgn akar >1, yang mana akar2nya sgt konvergen shg pd waktu
pencabutan septum inter radikularis rusak tidak apa2
 Pd gigi yg sdh mengalami resesi gingiva. Naiknya septum inter radikularis
menyebabkan gingiva tdk dpt menutupi luka dg jar. granulasi shg septum inter
radikularis hrs dibuang.

Prisip / pedoman:
Setelah pencabutan, mukosa & tulang di sekitar daerah pencabutan harus
diperiksa & diraba dgn ujung jari. Apabila terasa tajam hrs dihaluskan dgn
knabel tang / bone file
C. FRAKTUR TULANG RAHANG

 Jarang terjadi. Biasanya pd pencabutan M3 RB,


dimana kita memaksa gigi keluar dgn bein shg
kemungkinan tjd fraktur pd angulus, ramus, atau
corpus mandibula
 Tjd fraktur pd tuberositas maksilaris. Biasanya
disertai perdarahan hebat krn adanya kompleksus
venous pterygoideus
 Pd kead. patologis. Misalnya: ada kista yg besar,
adamantinoma,osteomyelitis, dll. Yg dpt
menyebabkan rahang mjd tipis & berlubang shg dpt
tjd fraktur. Bahkan fraktur spontan.
2. LASERASI MUKOSA
 Y.i. Sobekan pd mukosa. Biasanya disebabkan oleh operator
yg kurang hati2.
 Plg sering pd gingiva & pd bibir atas.
 Gingiva dpt ikut bersama-sama gigi yg dicabut akibat
perlekatan gingiva pada gigi belum lepas.
Gunting sebagian gingiva yg melekat agar tidak
meluas (bila perlu)
 pd pencabutan gigi RB, bibir atas sering terjepit di antara gigi
dgn paruh forsep, atau terjepit di antara engsel forsep.
 Luka pd sdt mulut akibat membuka mulut terlalu lebar &
terlalu lama
 Elevator meleset & melukai lidah, dasar mulut, ala nasi,
palatum dsb. Pd Lidah banyak pb darah dpt tjd
perdarahan hebat
3. LESI PADA NERVUS
 Pd keadaan abnormal dimana akar gigi dekat
kanalis mandibularis.
 Nervus terkena jarum yg tumpul saat anestesi
lokal Tjd Prolonged anesthesia
 Apabila pd saat penyuntikan ada sisa alkohol
yg masuk ke jaringan & sampai ke nervus dpt
tjd parestesi.
4. TRAUMA PADA GIGI LAWAN /
GIGI TETANGGA
 Ekstraksi pd gigi M & P RB cukup sulit / keras
shg forsep dpt mengenai gigi lawan &
menyebabkan fraktur pd gigi lawannya tsb.
 Gigi tetangga mjd goyang / fraktur akibat
manipulasi elevator yg salah
Terlalu bertumpu pada gigi sebelahnya
5. Dislokasi Mandibula
 Adalah suatu keadaan dimana keluarnya kaput kondilus dari
ruang sendi

Proses terjadinya:
1. Ketika mulut dibuka, fasies anterior superior kaput kondilus
terdesak ke anterior berkontak dengan facies inferior distal
eminensia artikularis. Jika pada saat itu ada suatu tekanan,
misalnya mulut terbuka terlalu lebar, maka kondilus akan
terdesak ke anterior lereng eminensia.
2. Terjadi kontraksi otot-otot penutup rahang, sehingga kondilus
terkunci di anterior lereng eminensia dan processus
coronoideus terkunci di bawah processua zygomaticus
3. Rasa sakit berasal dari ligamentum yang tertarik dengan paksa.
Penyebab dislokasi mandibula:
1. Komplikasi tindakan ekstraksi gigi
2. Menguap terlalu lebar
3. Membuka mulut terlalu lebar pada saat
anestesi
4. Tertawa berlebihan
Simptom:
1. Mulut dan rahang tidak dapat ditutup
2. Gerakan mandibula sangat terbatas
3. Pada dislokasi bilateral, mulut terbuka lebar,
sedangkan pada dislokasi unilateral akan memberi
gambaran asimetri dan mulut tidak terbuka selebar
dislokasi bilateral
4. Penderita sangat kesakitan
5. Palpasi daerah sendi rahang terasa lekukan yang
dalam
Perawatan:
1. Pasien didudukkan di kursi gigi pd kedudukan kursi
gigi yg paling rendah.
2. Kedua ibu jari tangan operator dibalut dgn
handuk/kain, untuk melindungi jari operator tdk
tergigit pasien saat mandibula mengatup pd posisi
yg tepat
3. Kedua ibu jari dimasukkan ke dlm rongga mulut
pasien, memegang gigi-gigi posterior mandibula
kanan & kiri. Empat jari tangan kanan & kiri yg
lain memegang dagu / korpus mandibula.
4. Mandibula ditekan ke bawah (inferior) pada gigi-
gigi posterior dan tekan ke atas (superior) pada
dagu, disertai tekanan dorong ke belakang
(posterior) pada keseluruhan mandibula.
5. Posisi operator adalah berdiri di muka menghadap
penderita.
6. Kadang-kadang perlu menggunakan muscle
relaxing drug untuk mengendorkan otot-otot yang
tegang karena dislokasi mandibula. Dapat juga
dengan anestesi lokal (infiltrasi) pada otot-otot di
sekeliling kondilus.
6. PENDARAHAN
 Y.i keluarnya darah yang tidak dapat berhenti sendiri tanpa
suatu perawatan. Jadi istilah lainnya ialah keluarnya darah
karena suatu keadaan yang abnormal

 Biasanya setelah tindakan bedah di rongga mulut, darah yang


keluar dpt berhenti dengan sendirinya setelah 5 mnt, kec pd
luka-luka yg besar atau bila ada penyakit2 kelainan darah &
kondisi penderita yg mrp predisposisi tjdnya pendarahan

 Dalam keadaan normal, trombosit yg keluar dr pb. Darah akan


segera rusak atau berubah dengan mengeluarkan
trombokinase. Agar darah dpt segera membeku diperlukan
cukup ion Ca, trombosit, protrombin (dihasilkan oleh hepar),
vit. K, & Fibrinogen.
Mekanisme Pembekuan Darah
 Hemostasis adalah suatu proses untuk menghentikan aliran darah yg
keluar dr pembuluh darah yg terluka
 Bila pb. Darah putus maka akan tjd hal2 sbb:
1. Fase vaskuler
Bila pb. Darah kecil terluka, darah yg mengalir keluar akan segera
berkurang akibat tjd vasokonstriksi
2. Fase platelet (trombosit)
bbrp detik stlh tjd luka, trombosit akan keluar dr pb. Darah & dgn segera
menghasilkan trombus. Pd luka yg kecil, pembentukan trombus saja sdh
cukup untuk menghentikan pendarahan. Sdgkan pd luka yg besar
pembentukan trombus ini dpt bertindak pd hemostasis secara permanen
tgt pd pembentukan firin yg padat pd proses pembekuan darah
3. Fase koagulasi
Koagulasi darah adalah suatu proses dmn cairan darah diubah mjd
koagulum atau clot
Faktor faktor yang menybabkan
terjadinya pendarahan:
I. Faktor Lokal
a. terkena / terpotongnya pembuluh darah yang besar
misalnya: arteri atau vena alveolaris inferior
b. Kausa mekanis yg dpt mempengaruhi pembekuan
darah
misalnya: koagulum larut karena terlalu banyak
berkumur, koagulum lepas karena terkena geseran lidah
atau tangan, tampon kurang padat sehingga koagulum
darah yang terjadi tidak cukup kuat menutup pembuluh
darah yang pecah.
c. Karena adanya radang
Tjd hiperemi pd daerah radang shg darah lebih banyak
mengalir
2. Faktor Umum
a. Penyakit2 hepar dengan gangguan
pengeluaran cairan empedu
b.Kelainan susunan darah (Blood Dyscrasia)
Misalnya:
- Kelainan2 pd sel darah spt: anemia,
leukemia,trombositopenia
- Kelainan2 pd susunan plasma darah spt:
kekurangan protrombin atau ion Ca
- Adanya penyakit hemofilia
c. Kelainan pd pembuluh darah
Pd pembuluh darah yg menjadi tidak permeabel & mudah
pecah disebabkan resistensinya kurang. Biasanya pd
defisiensi vit. C yg akan memberikan gejala2 pendarahan
gingiva spontan
d. Pd keadaan tekanan darah meninggi (hipertensi)
Terkadang tjd pendarahan spontan gingiva (tanpa adanya
trauma). Gejalanya hampir sama dengan defisiensi vit. C

Penyakit2 yg memudahkan tjdnya pendarahan disebut


dengan haemorrhagic diathese. Pendarahan hebat yg tdk dpt
ditanggulangi sendiri maka sebaiknya dirujuk ke rumah
sakit.
Macam-macam Pendarahan:
 Menurut waktu
1. Primer
pendarahan sewaktu tindakan pembedahan karena banyaknya / besarnya
pembuluh darah yang terkena / terpotong
2. Intermediate
pendarahan yang terjadi 6 -12 jam sesudah tindakan pembedahan.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh:
- terlepasnya koagulan darah yang menyumbat pembuluh darah yg terputus.
- sesudah pembedahan penderita terlalu aktif shg peredaran darah mjd aktif
3. Sekunder
keluarnya darah 12 jam hingga beberapa hari sesudah tindakan pembedahan.
Pendarahan ini dpt disebabkan oleh karena adanya:
- infeksi sekunder
- keadaan pasien yang lemah sekali
Keadaan ini menyulitkan proses penyembuhan
 Menurut kausanya
1. Pendarahan karena trauma (Traumatic Haemorrhagia)
Misalnya karena:
- kecelakaan
- berkelahi
- tindakan pembedahan
- pencabutan gigi
2. Pendarahan non trauma / spontan (tanpa sebab atau
kekerasan)
Hal ini disebabkan karena:
Penyakit-penyakit sistemik, misalnya: anemia pernisiosa,
leukimia, hemofilia, radang pembuluh darah, scurvy
(hipovitaminosis C) dan lain-lain
 Menurut pembuluh darah yang terkena
1. Pendarahan arterial
akibat terputusnya pembuluh darah arterial. Ditandai
dengan keluarnya darah yang berwarna terang &
memancar seperti air mancur yang sesuai denyut nadi
2. Pendarahan venous
akibat terputusnya pembuluh darah vena yang ditandai
dengan darah yang keluar banyak tetapi mengalir lambat
& berwarna merah tua
3. Pendarahan kapiler
Disini pembuluh darah kapiler terputus & darah yang
keluar merembes. Biasa tjd pd saat pencabutan gigi
 Menurut lokasinya
1. Pendarahan eksterna
Darah keluar bukan saja dari pembuluh
darah yg teluka / sobek tetapi jg keluar ke
permukaan tubuh melalui kulit / mukosa
2. Pendarahan interna
Disini darah keluar melalui pembuluh
darah tetapi tidak keluar melalui tubuh
Penatalaksanaan Pendarahan
 Waktu pendarahan (bleeding time) normal: 2 – 5 menit
Waktu pembekuan (clotting time) normal 4 – 7 menit, max 12
menit
 Apabila tdp indikasi sistemik, maka sebaiknya dikonsultasikan ke
rumah sakit / dokter spesialis (hematologist)
 Perawatan pendarahan secara lokal:
1. Tekanan
Pd pencabutan gigi, yg biasa kita hadapi adalah pendarahan
kapiler. Pendarahan disini dpt dikontrol dengan tekanan yaitu
dengan kain kasa atau tampon padat
2. Biologis
Dengan obat2an misalnya: adrenalin (sebagai vasokonstriktor) yg
diteteskan di atas tampon & ditekankan di atas luka, atau trombin,
fibrin, novocel, topostatin (sebagai hemostatik lokal) yg
dimasukkan ke dalam luka
3. Kauterisasi kimia
Dipakai disini ferric chloride, asam tannik
4. Kauterisasi listrik
Dipakai kauter kawat platina
5. Pengikatan atau penjahitan
Dilakukan bila yg terputus pb darah yg besar.
6. Hemostat
Dipakai untuk menjepit pb darah. Pd pb darah yg
kecil biasanya perdarahan akan lgs terhenti. Pd pb
darah yg besar harus diikuti dgn pengikatan /
penjahitan pb darah.
7. Fistula Oro-antral
Fistula: pipa atau saluran yang sempit

Fistula oro-antral
 saluran yang menghubungkan rongga mulut dan
rongga sinus maksilaris, karena abses, luka, proses
penyakit, atau akibat ekstraksi gigi posterior maksila.

Nama lain: Perforasi sinus maksilaris /


Perforasi dasar anthrum
Penyebab fistula oro-antral:
1. komplikasi eksodonsia gigi maksila posterior:
a. Penggunaan elevator yang salah, sehingga mendorong
gigi/akar gigi ke dalam sinus
b. Elevator yang tidak sengaja terpeleset dan melubangi
dinding dasar sinus
c. Rongga sinus meluas sampai akar gigi posterior maksila
d. Granuloma atau infeksi kronis pada periapikal
e. Odontektomi gigi impaksi dan imbeded
f. Fraktur processus alveolaris
2. Enukleasi kista maksila yang besar yang berbatasan dengan
dinding antrum
Pemeriksaan Fistula oro-antral  Uji Hidung:
1. Hidung penderita ditutup rapat
2. Intruksikan untuk menghembuskan nafas
melalui hidung yang masih tertutup tersebut
3. Letakkan kaca mulut menghadap lubang
soket yang dicurigai adanya fistula oro-antral
4. Periksa pada kaca mulut apakah terjadi
pengembunan uap air, jika buram maka
terdapat fistula oro antral.
Perawatan fistula oro-antral:
A. Perawatan yang segera (immediate) pada
saat terjadi fistula
B. Perawatan pada fistula yang sudah lama
terjadi (long standing fistula)
A. Perawatan segera (immediate) pd saat terjadi fistula
- Insisi pada jaringan mukoperiosteal bukal dan
palatal
- Buat flap pada bagian bukal/ buccal pedicle flap
(Cara lain: rotated palatal pedicle flap)
- Procesus alveolaris pada soket yang mengalami
fistula dikurangi (trimming) ketinggiannya.
- Flap bukal dan mukoperiosteal palatal
dipertemukan dan dijahit dalam keadaan tidak
menegang
- Letakkan spon/tampon diatas luka dan pasien
diintruksikan menggigitnya.
- Antibiotik, analgetik, anti inflamasi, obat tetes hidung
- Intruksikan pasien untuk membuang dahak melalui mulut
daripada hidung, menghisap rokok tidak terlalu dalam,
dan minum menggunakan sedotan.
- Kontrol setelah 48 jam

B. Perawatan pada fistula yang sudah lama terjadi


(long standing fistula)
Perawatan sama dengan perawatan immediate,
tetapi sebelumnya dilakukan eksisi semua epitel
pada sepanjang fistula dan di muara lubang fistula.
Buccal Flap
Rotate Palatal Pedicle Flap
Metode relaksasi
8. Komplikasi pada Penyembuhan
A. Alveolalgia / Dry Socket
B. Parestesi
C. Infeksi
D. Trismus
E. Rasa nyeri
A. Alveolalgia / Dry Socket
Alveolalgia = dry socket ,
 infeksi pada soket gigi pasca ekstraksi
yang tidak terisi jendalan darah, disertai rasa
sakit dan jaringan nekrosis.

Patogenesis:
gangguan nutrisi pada alveolus karena kerusakan
vasa darah pada socket gigi.
Etiologi:
1. Infeksi bakteri stafilokokus dan streptokokus ke
dalam soket gigi
2. Sekuester dan benda asing masuk ke dalam soket
3. Trauma
4. Larutan anestesi dimasukkan ke dalam soket terlalu
kuat
5. Ekstraksi yang dilakukan pada saat tulang alveolus
menderita periostitis akut atau semiakut
6. Komplikasi DM atau sifilis
7. Penggunaan obat kumur yang terlalu keras/
berkumur terlalu kuat
8. teralalu banyak meludah atau luka ekstraksi
disedot-sedot
9. Melakukan kuretase yang salah
10. Alat eksodonsia tidak steril
11. Pada penderita ”malignan blood disease”
(misal: leukemia), penyembuhan luka
terhambat
12. Ekstraksi pada gigi yang tulang alveolarnya
sklerosis (pengerasan)
Perawatan alveolalgia:
1. Cara Bourgoyne
a. Soket dibersihkan dengan larutan antibakterisidal
(metaphen, merthiolet, iodine,dll)
b. Tulang alveolar yang runcing harus dihaluskan
c. Keringkan dengan kapas steril dan kering
d. Kain kasa yang telah diberi iodoform dicelupkan
pada minyak cengkeh lalu masukkan ke soket selama
24 jam, tanpa tekanan dan jangan terlalu kuat
e. Setelah 24 jam, kain kasa diganti dengan kain kasa
yang diberi metylen blue sulfa, aplikasi selama 2 x
24 jam
2. Cara O’Hearn
a. Tulang alveolar dihaluskan dahulu
b. Kain kasa iodoform dimasukkan dalam soket,
c. Jaringan lunak di sekitar dijahit dengan drain tersebut
d. Pasien diberikan anti sakit

3. Cara Shea
a. Soket dibersihkan dari jaringan nekrotik dan jaringan
tulang yang kasar dihaluskan
b. Berikan suntikan 5000 – 50000 Unit vitamin B
intramuskuler
Menurut Shea, rasa sakit akan berkurang dalam waktu
kurang dari satu jam.
4. Cara Elwell, ada 3 macam perawatan:
a. Kelompok non-septik, yaitu tanpa
pembentukan supurasi dan sekuester.
Tahapan:
- Scalling dan pembersihan gigi tetangga
- Soket diirigasi dengan air garam hangat,
lalu dikeringkan dan diisolasi dengan
kapas
- Isikan darah ke dalam soket dan tunggu
sampai mengental. Darah diambil dari
lengan sebanyak 2 cc (Wasserman).
b. Kelompok septik ringan, yaitu terdapat sedikit
supurasi tetapi tidak ditemukan sekuester. Cara
hampir sama dengan kelompok non-septik, tetapi
pada dasar soket diberi sedikit bubuk
sulfadizin/sulfathiol.
c. Kelompok septik, yaitu terjadi supurasi yang aktif
dengan pembentukan sekuester. Perawatan:
- Irigasi soket dengan air garam hangat
- Dressing dengan kain kasa yang diberi obat
sedatif sampai infeksi menghilang
- Pengisian soket dengan darah segar
5. Cara Levine
a. Soket dihaluskan dan dibersihkan dengan kapas
b. Masukkan pasta zinc oksida kedalam soket, tetapi 1/3
bagian ujung soket jangan diisi pasta.
6. Cara Archer
a. Soket diirigasi dengan air garam hangat dan dikeringkan
dengan kapas dan diisolasi.
b. Kain kasa yang diberi iodoform dan eugenol dimasukkan
dalam soket
c. Masukkan pasta zink oksida diatas soket
d. Letakkan tampon diatas pasta dan intruksikan pasien
untuk menggigitnya.
e. Diulang tiap hari selama 2 sampai 3 hari.
7. Cara lain:
a. Anestesi lokal
b. Jaringan nekrosis dibersihkan dan diirigasi dengan
antiseptik (rivanol) dan dikeringkan dengan kapas
c. Tulang yang runcing dihaluskan
d. Kerok dinding tulang soket untuk membuat
pendarahan baru dengan kuret atau ekskavator
e. Setelah darah menjendal, tutup soket dengan pasta
ZOE (1/3 bagian atas soket)
f. Intruksikan penderita untuk minum obat anti-
inflamasi dan vitamin B1
g. Kontrol setiap hari
Kesimpulan semua perawatan alveolalgia diatas:
1. Menghilangkan rasa nyeri
2. Menghilangkan infeksi
3. Menghilangkan iritasi
4. Memacu pertumbuhan jaringan baru
5. Menutup soket dengan jendalan darah baru
6. Melindungi soket dari kontaminasi bakteri.
B. Parestesi

 Adalah perasaan baal terus menerus akibat tjd


lesi pd nervus.
 Bagian mulut yang terkena biasanya bibir
bawah mulai dr garis median sp sudut mulut
 Biasanya diberikan suplemen untuk
mempercepat penyembuhan saraf & anti
inflamasi
C. Infeksi

 Dapat disebabkan:
- Jarum suntik yg digunakan, akibat sterilisasi
yg kurang baik
- kalkulus, serpihan gigi & tulang yg tertinggal
- OH buruk
 Biasanya diberikan antibiotik & analgetik
D. Trismus

 Adalah keadaan membuka mulut yg sangat


terbatas
 Mandibula tdk dpt membuka mulut secara
bebas karena tjd ketegangan & kekakuan otot
E. Rasa Nyeri
 Biasanya disebabkan oleh:
- Trauma yg besar
- Adanya tl. Alveolar yg tajam
- Infeksi pd luka karena pemeliharaan
kebersihan yg kurang
- Adanya alveolalgia
 Diberikan analgetik & pengobatan sesuai
kausa
Kesimpulan
Beberapa hal yg hrs diperhatikan setelah pencabutan:

1. Gigi jgn lgs dilepas dari tang


Periksa keutuhan akar gigi untuk
mempermudah rekonstruksi
2. Socket diperiksa
Ketajaman tulang sekitar socket, ada tidaknya fragmen gigi,
tulang, kalkulus yang tertinggal. Bila ada spooling dg
larutan fisiologis.
3. Pd luka bekas ekstraksi, beri tampon steril lalu pasien
disuruh menggigit tampon selama 30 mnt – 1 jam spy
alveolus terisi oleh koagulum.
4. Jika pencabutan sulit & terdapat peradangan,
perlu diberikan anti inflamasi
5. Pd pencabutan lebih dari satu gigi,
diperlukan penjahitan pd papila interdental,
baru di atasnya diberi tampon
Instruksi yg diberikan pd pasien:

 Tampon digigit selama 30 mnt – 1 jam


 Jk tjd pendarahan, tampon digigit lebih keras lagi
 Tidak boleh memegang / mempermainkan luka bekas
ekstraksi
 Sesudah makan spy berkumur pelan-pelan, supaya
koagulum tdk larut bersama saliva
 Obat hrs dimakan sesuai petunjuk
 Pasien tdk boleh menghisap2 luka bekas ekstraksi
 Jika dilakukan penjahitan, maka jahitan dibuka
setelah 5 – 7 hari

You might also like