You are on page 1of 38

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA

Proudly Present

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF


PADA PASIEN DENGAN APPENDIKSITIS
Presented By :
KELAS 3B

Bedi Kurniawan Dyah Yuli Rahmawati Erni Kristiyaningsih


(27201262887) (27201262897) (27201262899)
DEFINISI
Appendicsitis adalah peradangan pada
apendiks vermiformis & merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini
dapat mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun.
Apendisitis adalah penyebab paling umum
inflamasi akut pada kuadran kanan bawah
rongga abdomen & penyebab paling umum
untuk bedah abdomen darurat. Apendisitis
adalah peradangan apendiks yang mengenai
semua lapisan dinding organ tersebut.
Akper Notokusumo Yogyakarta
ETIOLOGI
Faktor Presipitasi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria.
Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks
merupakan faktor yang diajukan sebagai
faktor pencetus disamping hiperplasia
jaringan limfa, fekalit, tumor apendiks, dan
cacing askaris terdapat pula menyebabkan
sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat
menimbulkan apendisitis ialah crosi mukosa
apendiks karena parasit seperti E.histolityca.
Akper Notokusumo Yogyakarta
ETIOLOGI
Faktor Predisposisi
• Diet rendah serat dan konsumsi gula
yang tinggi
• Riwayat Keluarga / Gen
• Umur (lebih umum usia 10-30 th)
• Jenis Kelamin (lebih berresiko pada
laki-laki)

Akper Notokusumo Yogyakarta


KLASIFIKASI

APENDIKSITIS AKUT
Apendisitis akut didasari oleh radang mendadak pada
apendiks, disertai maupun tidak disertai rangsang
peritonieum lokal. Gejala apendisitis akut ialah nyeri
samar dan tumpul yang merupakan nyeri visera di
daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini
sering disertai mual, muntah dan umumnya nafsu
makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan
berpindah ke titik Mc.Burney. Nyeri dirasakan lebih
tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan
nyeri somatik setempat.
Akper Notokusumo Yogyakarta
KLASIFIKASI

APENDIKSITIS KRONIK
Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan
jika ditemukan adanya riwayat nyeri perut kanan
bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks
secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria
mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis
menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau
total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan
ulkus lama di mukosa dan adanya sel inflamasi
kronik.
Akper Notokusumo Yogyakarta
MANIFESTASI KLINIS

Akper Notokusumo Yogyakarta


Pathway dan Patofisiologi
KOMPLIKASI

• Perforasi apendiks
• Peritonitis Abses
• Dehidrasi.
• Sepsis.
• Elektrolit darah tidak seimbang.
• Pneumoni.

Akper Notokusumo Yogyakarta


PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium
- Hitung jenis leukosit dengan
hasil leukositosis.
- Pemeriksaan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
3. Ultrasonografi (USG)

Akper Notokusumo Yogyakarta


APENDIKTOMI
APENDIKTOMI KONVENSIONAL
Pembedahan yang konvensional atau terbuka dilakukan
dengan membuat irisan pada bagian perut kanan bawah.
Panjang sayatan kurang dari 3 inci (7,6 cm). Dokter bedah
kemudian mengidentifikasi semua organ-organ dalam
perut dan memeriksa adanya kelainan organ. Lokasi
apendiks ditarik ke bagian yang terbuka. Para dokter
bedah memisahkan apendiks dari semua jaringan di
sekitarnya dan di letakan pada cecum kemudian
menghilangkannya. Jaring tempat apendiks menempel
sebelumnya, yaitu cecum, ditutup dan dimasukkan
kembali ke perut. Lapisan otot dan kulit kemudian dijahit.
Akper Notokusumo Yogyakarta
APENDIKTOMI
APENDIKTOMI LAPAROSKOPI
Apendiktomi laparoskopi menggunakan 3 lobang sebagai
akses, lubang pertama di bawah pusar, untuk memasukkan
kamera super mini yang terhubung ke monitor, lewat lubang
itu pula sumber cahaya dimasukkan, sementara dua lubang
lain diposisikan sebagai jalan masuk peralatan bedah seperti
penjepit atau gunting. Kemudian kamera dan alat-alat khusus
dimasukkan melalui sayatan tersebut dengan bantuan
peralatan tersebut, ahli bedah mengamati organ abdominal
secara visual dan mengidentifikasi apendiks. Kemudian
apendiks dipisahkan dari semua jaringan yang melekat,
kemudian apendiks diangkat dan dipisahkan dari cecum.
Apendiks dikeluarkan melalui salah satu sayatan.
Akper Notokusumo Yogyakarta
APENDIKTOMI
PRE OPERATIF
• Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
• Pemasangan kateter untuk kontrol produksi urin
• Rehidrasi
• Antibiotik dengan spektrum luas, dosis tinggi dan
diberikan secara intravena
• Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti
mengigil, largaktil untuk membuka pembulu-pembulu
darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai
• Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi
Akper Notokusumo Yogyakarta
APENDIKTOMI
INTRA OPERATIF

• Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi


bebas, maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis
dan antibiotik
• Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massa
mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan
drainase dalam jangka waktu beberapa hari.
Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi
elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.

Akper Notokusumo Yogyakarta


APENDIKTOMI
POST OPERATIF
• Observasi TTV • Berikan minum mulai 15 ml/jam selama 4 – 5
• Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam. Keesokan
sehingga aspirasi cairan lambung dapat harinya berikan makanan saring dan hari
dicegah berikutnya diberikan makanan lunak
• Baringkan pasien dalam posisi semi fowler • Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan
untuk duduk tegak di tempat tidur selama
• Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak 2x30 menit
terjadi gangguan, selam pasien dipuasakan
• Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan
• Tindakan operasi lebih besar, misalnya pada duduk di luar kamar
perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi
usus kembali normal. • Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien
diperbolehkan pulang
Akper Notokusumo Yogyakarta
GAMBARAN KASUS
PRE OPERATIF
Ny. T datang ke Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 24 Juli 2012
pukul 23.29 WIB dengan keluhan utama nyeri pada perut sebelah kanan bawah,
yang dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga
mengeluhkan nafsu makan berkurang, kadang mual dan muntah, serta demam.
Pasien baru pertama kali dirawat di rumah sakit dan dilakukan tindakan operasi.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit asma, hipertensi, atau alergi. Keluarga
tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan. Selama keluhan, pasien
dibawa oleh keluarga ke dokter umum dan diberi obat oral, namun nyeri masih
terasa, kemudian pasien dibawa ke Rumah Sakit Dr. Moewardi dan didiagnosis
apendisitis akut sehingga dianjurkan untuk operasi.
Akper Notokusumo Yogyakarta
GAMBARAN KASUS
INTRA OPERATIF
Insisi sepanjang ± 8cm dilakukan pada gridiron melewati titik Mc.Burney kemudian dilanjutkan insisi
lapis per lapis sampai dengan fasia muskulus oblikus eksternus. Fasia diinsisi dengan mess dan
diperlebar dengan gunting, dilakukan split terhadap muskulus oblikus eksternus, muskulus oblikus
internus, dan muskulus transversalis abdominis sesuai arah masing-masing serat otot. Setelah nampak
peritoneum, kemudian peritoneum diangkat dan dilihat hingga tidak terdapat organ intra abdomen
yang terikut, kemudian peritoneum dibuka dengan gunting dan diperlebar sesuai dengan arah insisi
kulit dan mengeluarkan cairan jernih. Sekum diidentifikasi lalu dikeluarkan dan sekum dibungkus
dengan kassa basah, kemudian ditemukan appendiks dengan letak retrocaecal, oedema, dan
hiperemis, namun tidak ditemukan adanya perforasi. Kemudian dilakukan appendiktomi retrograde,
punctum dijahit. Setelah itu dilakukan cek perdarahan dengan menggunakan kassa (sluber) untuk
mengetahui masih adakah perdarahan dari arteri appendikularis & pembuluh darah sekitarnya.
Kemudian peritoneum dijahit menggunakan chromic 2.0, aproksimasi muskulus dengan plain 2.0, fasia
dengan polysorb 2.0, subkutan dengan plain 3.0 dan selanjutnya jahit kulit dengan menggunakan silk
3.0.
Akper Notokusumo Yogyakarta
GAMBARAN KASUS
POST OPERATIF
Pasien tiba di recovery room pada tanggal 25 Juli 2012 pukul 11.50 WIB dengan
posisi tidur terlentang (supine), oksigen 3 ltr/mnt, infus RL 20 tpm. Data
pengkajian fokus yang diperoleh adalah keadaan umum lemah, tekanan darah
120/70 mmHg, nadi 96x/mnt, respirasi 18 x/mnt, suhu 36,40C. Pada pukul 12.10
kondisi pasien dikaji dengan menggunkan Aldrette Score didapatkan total skor 9.

Akper Notokusumo Yogyakarta


AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF


PADA PASIEN DENGAN APPENDIKSITIS
PENGKAJIAN
PRE OPERATIF
• Riwayat, meliputi : umur, jenis kelamin, riwayat pembedahan.
• Pemeriksaan TTV (suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah) di dapat takikardi dan
peningkatan frekuensi napas.
• Pengkajian riwayat penyakit sekarang didapatkan adanya keluhan lain yaitu efek sekunder dari
peradangan apendiks, berupa gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah, dan anoreksia.
• Pengkajian nyeri dilakukan untuk melihat timbul nyeri abdomen disekitar epigastrium dengan
umbilicus. Karakter nyeri yang dapat dikaji yaitu keluhan nyeri, intensitas nyeri dan mengukur
skala nyeri 1-10.
• Pengkajian riwayat terdahulu diperlukan sebagai sarana dalam pengkajian praoperasi untuk
menurunkan risiko pembedahan, seperti pengkajian adanya penyakit DM, hipertensi,
tuberkolosis, atau kelainan hematologis.
Akper Notokusumo Yogyakarta
PENGKAJIAN
INTRA OPERATIF
1. Pengkajian mental : Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga
maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur & memberikan dukungan pada pasien.
2. Pengkajian fisik :
• Tanda-tanda vital (Bila terjadi ketidaknormalan TTV maka perawat harus
memberitahukan kepada ahli bedah).
• Transfusi & infus (Monitor flabot & jalannya aliran transfusi & infus)
• Pengeluaran urin, normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.

Akper Notokusumo Yogyakarta


PENGKAJIAN
POST OPERATIF

• Pada pemeriksaan TTV (suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah) di dapat takikardi dan
peningkatan frekuensi napas. Kaji adanya demam atau peningkatan suhu tubuh pada
pasca pembedahan.
• Pengkajian status nutrisi dan cairan pada klien apakah klien mengalami anoreksia, mual,
muntah dan kembung, hal ini kemungkinan efek dari anestesi pasca pembedahan. Dengan
mengkaji turgor kulit, kelembapan mukosa mulut, pengisian kapiler, intake dan output
cairan
• Pengkajian nyeri, jika klien mengalami nyeri abdomen didaerah luka insisi bedah, maka
perawat harus melakukan pengkaji karakteristik nyeri yaitu yang meliputi durasi, frekuensi,
skala nyeri, hal apa yang dapat menurunkan dan meningkatkan nyeri.

Akper Notokusumo Yogyakarta


PENGELOMPOKAN DATA SENJANG
PENGELOMPOKAN DATA SENJANG
Data Objektif Data Subjektif
Intra Operatif
- Pasien memasuki ruang operasi dengan suhu 16º
Celcius
- Pasien di ruang pembedahan selama 2,5 jam
- Pasien terpasang selimut pada selama proses
pembedahan
- Suhu pasien : 36°C
- Instrument pembedahan dalam keadaan steril
- Pasien mendapatkan tindakan pembedahan
apendiktomi
- Terdapat luka insisi sepanjang 8 cm pada abdomen
kuadran 4
- Pada 1 jam pertama mendapatkan spinal anestesi
dan kemudian diberikan general anestesi
- Pasien terpasang infus RL 20 TPM
- Pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes
mellitus
- Pada 1 jam pertama mendapatkan spinal anestesi
dan kemudian diberikan general anestesi
- Pasien dilakukan pembedahan dalam posisi supine
- Bed side rel pasien telah terpasang
PENGELOMPOKAN DATA SENJANG
ANALISA DATA
Next...
NCP
PRE OPERATIVE
PRE OPERATIF

Akper Notokusumo Yogyakarta


Akper Notokusumo Yogyakarta
Akper Notokusumo Yogyakarta
PRE OPERATIVE
INTRA OPERATIF
INTRA OPERATIVE

Akper Notokusumo Yogyakarta


Akper Notokusumo Yogyakarta
PRE OPERATIVE
POST OPERATIF
POST OPERATIVE

Akper Notokusumo Yogyakarta


Akper Notokusumo Yogyakarta
Akper Notokusumo Yogyakarta
TERIMA KASIH
Semoga Bermanfaat

You might also like