You are on page 1of 41

PENYUSUNAN

INDIKATOR MUTU/KINERJA
Nama : dr. C. Tjahjono Kuntjoro, MPH, DrPH
– Jabatan:

Direktur Utama RS. Ken Saras, Kab. Semarang


Konsultan akreditasi FKTP KemKes RI
Surveior Pembimbing KARS
– Pendidikan:
Dokter, FK UGM tahun 1980
Master of Public Health, Univ. of Hawaii 1989
Doctor of Public Health, Univ. of Hawaii 1996
– Riwayat Pekerjaan:
Dirketur Utama RS Ken Saras: 2014 - …….
Direktur Umum, SDM RS Ken Saras: 2010 - 2014
Kabid K2PK Din Kes Prov Jateng: 2009 – 2010
Ka Bapelkes Gombong: 1993 – 2009
Widyaiswara Bapelkes Salaman: 1987 - 1993
Kepala Puskesmas Kutoarjo II: 1982 – 1987
Kepala Puskesmas Banyuurip 1980 - 1982
– HP: 0811282500 Email:kuntjahjono@gmail.com
Mengapa perlu melakukan
pengukuran ?
Present state
Compare to
standard
Compare to
competitors
(benchmarking)
Monitor:
– Stability
– Improvement
– Deterioration
Opportunity for
improvement

Source: Stamatis (1996)


What to measure ?
How to measure ?

The importance of indicators


The importance of instruments
Problems in measurement
Precision
Accuracy
Validity
Reliability
Untuk mengukur perlu
indikator
Indikator untuk mengukur
pencapaian target kinerja/mutu
Indikator sebagai wujud akuntabilitas
pengukuran kinerja
Pertimbangan dalam memilih indikator yang
prioritas untuk menilai kinerja pelayanan
Dipersyaratkan peraturan
perundangan
Dipersyaratkan pemilik
(pertanggung jawaban)
Ketersediaan data
High risk, high cost, high
volume, problem prone
Konsensus
Dipersyaratkan
customer
Cara menyusun indikator
Ada kejelasan tujuan
dan latar belakang
Kejelasan terminologi
yang digunakan
Pengumpulan, analisis,
interpertasi data
Numerator dan
denominator
Threshold (target)
Ketersediaan data
Langkah penyusunan indikator
kinerja
Kesadaran pentingnya mengukur kinerja:
– Paham latar belakang
penyusunan indikator
– Kejelasan tujuan
penyusunan indikator
– Identifikasi pendukung dan
penghambat dan
bagaimana mengatasinya
– Membentuk tim penyusun
– Pelajari sistem mutu yang
ada
– Tentukan sumber
informasi yang dibutuhkan
untuk menyusun indikator
– Workshop untuk mendapat
dukungan dari pihak
terkait
Penyusunan indikator:
– Review indikator yang ada
– Identifikasi unit-unit terkait
– Identifikasi indikator-indikator
yang dapat dimonitor
– Susun indikator
– Tetapkan metoda
pengumpulan data dan sumber
informasi
– Tentukan metoda analisis
– Sosialisasi
– Tetapkan cara pelaporan
indikator
Penerapan indikator:
– Monitor proses pengumpulan
data
– Monitor analisis terhadap
indikator dan pelaporannya
– Monitor penggunaan hasil
analisis indikator
– Monitor tindak
lanjut
Review
– Review indikator,
– Review cara
pengumpulan data,
analisis, hasil analisis,
pemanfaatan indikator
untuk perbaikan, tindak
lanjut perbaikan
– Perbaikan/penambahan
/pengurangan indikator
Evaluasi dan ongoing monitoring
Profil indikator
Indikator Diisi dengan judul indikator

Dimensi mutu Diisi dengan dimensi mutu yang mana yang terkait dengan indikator tsb

Tujuan indikator Diisi dengan apa yang ingin ditunjukkan dengan indikatr tsb (apa
maksud dari penggunaan indikator tersebut); untuk memberi
petunjuk/tanda bahwa…….
Rationalisasi Diisi dengan latar belakang dan alasan mengapa indikator tsb perlu
diambil sebagai alat pengukuran kinerja

Definisi terminologi yang Jika ada istilah yang perlu dijelaskan, maka didefinisikan pada kolom ini
digunakan

Frekuensi updating data Diisi dengan kapan pengumpulan data harus dilakukan apakah tiap
(pengumpulan data) hari, seminggu sekali, tiap bulan sekali, atau tiap tiga bulan sekali

Periode dilakukan analisis Diisi dengan kapan indikator tsb dianalisis untuk kemudian dilaporkan
dan difeedback pada unit terkait

Numerator (pembilang) Pembilang dari indikator tersebut

Denominator (penyebut) Pembagi dari indikator tersebut

Standar pencapaian Diisi dengan target yang harus dicapai


(threshold/target)
Sumber data numerator Diisi dengan dari mana data dapat diperoleh, apakah dari survei, dari
dan denominator data rekam medik, dari register, dsb
Accesss
Akses thd pelayanan

Efficacy Keefektifan
Efficiency
Efisiensi

Safety Keamanan
Continuity Kesinambungan
Of care pelayanan
Technical Kompetensi tehnis
Competence Dimensi Mutu
Amenities Kenyamanan

Human
Hub. Antar manusia
relation
Cara menetapkan threshold
(Katz & Green, 1997)
Sentinel event (kejadian luar biasa, a serious,
undesirable, and often avoidable process or outcome)
indicator: target = 0, misalnya pembedahan pada sisi
yang salah
Rate based indicator:
– Kumpulkan data untuk periode waktu tertentu
– Hitung mean dan standard deviasi
– Tetapkan simpangan yang bisa diterima
– Ingat rate-based indicator tidak pernah 100 %
Rujukan (referensi) sebagai konsensus nasional atau
konsensus profesi
Jika rate based indicator belum dapat ditentukan, dapat
ditetapkan threshold secara konsensus pada tahun
pertama.
Adakalanya threshold tidak dapat ditetapkan, penilaian
terhadap indikator berdasarkan trend naik atau turun.
Tutorial penyusunan indikator
Pukul 10.30 – 12.00: diskusi kelompok
Pelajari standar akreditasi 2012: PMKP dan standar
akreditasi SNARS ed 1: standar TKRS 4, 5 dan 11, dan
PMKP 6, 7, dan 8.
Tetapkan area prioritas pada tingkat RS
Susun indikator area prioritas pada tingkat RS yang
meliputi:
– Indikator area klinis
– Indikator area manajerial
– Indikator Sasaran Keselamatan Pasien
– Susun satu contoh profil indikator
Pukul 13.00 – 14.00: presentasi
Piukul 14.00 – 15.30: diskusi kelompok
Tetapkan unit pelayanan tertentu:
– Tetapkan area prioritas pada unit tersebut
– Susun indikator untuk unit pelayanan tsb, yang meliputi:
Indikator area klinis
Indikator area manajerial
Indikator sasaran keselamatan pasien
Indikator yang terkait untuk penilaian praktik profesional
Susun satu contoh profil indikator

Pukul 15.30 – 17.00: Presentasi


Indikator Rata-rata LOS maternal postnatal sesudah melahirkan

Dimensi mutu Efficiency

Tujuan indikator Memberikan signal apakah postnatal maternal LOS lebih tinggi atau
lebih rendah dibandingkan rata-rata rumah sakit mitra benchmark

Rationalisasi Ada kecenderungan early discharge bagi ibu segera sesudah melahirkan, sehingga
perawatan belum sempurna, ibu sudah dipulangkan, dan dapat membahayakan
bagi ibu dan bayi yang dilahirkan. Pada kasus-kasus tertentu justru terjadi
perpanjangan lama perawatan yang berakibat pasien dirugikan
Definisi terminologi yang Pengertian postnatal :…………….dsb
digunakan

Frekuensi updating Tiap bulan


indikator (pengumpulan
data)
Periode dilakukan analisis Tiap tiga bulan

Numerator (pembilang) Postnatal LOS dari ibu di rumah sakit diukur dalam hari

Denominator (penyebut) Tidak ada

Standar pencapaian
(threshold/target)
Sumber data numerator Data persalinan dan statistik inpatient di rumah sakit
dan denominator
Indikator Angka kelengkapan rekam medis

Dimensi mutu Continuity of care, patient safety

Tujuan indikator Untuk menilai kinerja dokter spesialis dalam melakukan pengisian
dokumen rekam medis

Rationalisasi Dari hasil survey tahun 2005 ternyata 50 % sampel RM yang diambil
tidak diisi lengkap. Kelengkapan pengisian rekam medis sangat
diperlukan untuk tindak lanjut pelayanan medis, begitu juga pada saat
kunjungan ulang pasien.
Definisi terminologi yang Rekam medis adalah………
digunakan Kelengkapan rekam medis meliputi kelengkapan pengisian identitas,
biodata, riwayat penyakit, diagnosis, terapi, tindak lanjug…….
Frekuensi updating Tiap bulan
indikator (pengumpulan
data)
Periode dilakukan analisis Tiap tiga bulan

Numerator (pembilang) Jumlah rekam medis yang disampling yang terisi dengan lengkap pada
periode satu bulan

Denominator (penyebut) Jumlah seluruh rekam medis yang disampling pada periode satu bulan

Standar pencapaian 90 %
(threshold/target)
Sumber data numerator Dokumen rekam medis
Indikator Angka kejadian phlebitis di ruang rawat inap 2 hari setelah
pemasangan infus
Dimensi mutu Keselamatan pasien, kompetensi tehnis

Tujuan indikator Untuk mengetahui apakah petugas bekerja sesuai protap


pemasangan infus
Rationalisasi Dari 100 pasien yang diinfus 10 % mengalami phlebitis dari hasil
survei Jan s/d Mar 2006. Terjadiany phlebitis terkait dengan
ketidak taatan dalam menjalankan prosedur pemasangan infus.
Phlebitis berpotensi untuk terjadinya sepsis
Definisi terminologi yang Phlebitis adalah radang pada pembuluh darah balik setelah
digunakan dilakukan pemasangan infus 2 hari dengan tanda-tanda:.....
Frekuensi updating indikator Setiap bulan
(pengumpulan data)
Periode dilakukan analisis Setiap tiga bulan

Numerator (pembilang) Jumlah pasien yang mengalami phlebitis setelah dilakukan


pemasangan infus 2 hari dalam waktu satu bulan
Denominator (penyebut) Jumlah pasien rawat inap yang dipasang infus dalam waktu satu
bulan
Standar pencapaian ≤5 %
(threshold/target)
Sumber data numerator dan Dokumen rekam medis
denominator
Indikator Angka kejadian phlebitis di ruang rawat inap 2 hari setelah pemasangan infus

Dimensi mutu Keselamatan pasien, kompetensi tehnis

Tujuan indikator Untuk mengetahui apakah petugas bekerja sesuai protap pemasangan infus

Rationalisasi Dari 100 pasien yang diinfus 10 % mengalami phlebitis dari hasil survei Jan s/d
Mar 2006. Terjadiany phlebitis terkait dengan ketidak taatan dalam
menjalankan prosedur pemasangan infus. Phlebitis berpotensi untuk terjadinya
sepsis
Definisi terminologi yang Phlebitis adalah radang pada pembuluh darah balik setelah dilakukan
digunakan pemasangan infus 2 hari dengan tanda-tanda:.....

Frekuensi updating indikator Setiap hari


(pengumpulan data)

Periode dilakukan analisis Setiap bulan

Numerator (pembilang) Jumlah pasien yang mengalami phlebitis setelah dilakukan pemasangan infus
2 hari dalam waktu satu bulan

Denominator (penyebut) Jumlah pasien rawat inap yang dipasang infus dalam waktu satu bulan

Standar pencapaian 5%
(threshold/target)
Penanggung jawab
pengumpulan data
Indikator Ketepatan waktu pembayaran

Dimensi mutu Efektivitas

Tujuan indikator Untuk menunjukkan kinerja administrasi bapel

Rationalisasi (alasan Ketepatan waktu pembayaran klaim akan memperlancar proses


mengapa indikator perlu) pelayanan di PPK

Definisi terminologi yang Waktu pembayaran yang tepat waktu adalah waktu yang dibutuhkan
digunakan mulai dari klaim masuk sampai dengan klaim dibayarkan, tidak melebihi
6 hari kerja
Frekuensi updating Setiap bulan
indikator (pengumpulan
data)
Periode dilakukan analisis Setiap tiga bulan

Numerator (pembilang) Jumlah klaim yang terbayar tepat waktu dalam waktu satu bulan

Denominator (penyebut) Jumlah seluruh klaim dalam satu bulan

Standar pencapaian 100 %


(threshold/target)
Sumber data numerator Data klaim yang ada di bapel pada bulan dimaksud
dan denominator
Indikator

Dimensi mutu

Tujuan indikator

Rationalisasi

Definisi terminologi yang


digunakan

Frekuensi updating
indikator (pengumpulan
data)
Periode dilakukan analisis

Numerator (pembilang)

Denominator (penyebut)

Standar pencapaian
(threshold/target)
Sumber data numerator
dan denominator
Indikator

Dimensi mutu

Tujuan indikator

Rationalisasi

Definisi terminologi yang


digunakan

Frekuensi updating
indikator (pengumpulan
data)
Periode dilakukan analisis

Numerator (pembilang)

Denominator (penyebut)

Standar pencapaian
(threshold/target)
Sumber data numerator
dan denominator
Angka dekubitus :
– Appropriateness dari pelayanan keperawatan
Jumlah pasien yang jatuh dari tempat tidur
dalam waktu satu bulan:
– Patient safety
Angka kelengkapan rekam medis:
– Continuity of care (kesinambungan
pelayanan)
– Patient safety
Kelompok indikator menurut Balance Score Card

Financial Status ROCE

Customer
Customer loyalty
Satisfaction
On time
delivery

Process Process Process


quality cycle time

People Employee skills


(thru learning & growth)
References
Bapelkes Gombong (2000), Laporan Evaluasi Pasca Pelatihan Jaminan Mutu, Gombong.
Katz, J.M., Green, E.,(1997) Managing Quality: A Guide to System-Wide Performance
Management in Health Care, 2nd ed, Mosby, St Louis: 24-32
Meisenheimer, C.G., (1997) Improving Quality: A guide to Effective Programs, 2nd ed, Aspen,
Maryland:33-44.
Mohr, J.J., Batalden, P.B., (2002), Improving Safety on the front lines: the role of clinical
microsystems, Qual Saf Health Care: 11:45-50.
Morris, A.H., Decision support and safety of clinical environment, Qual Saf Health Care. 11:69-
75.
Moss, F., Barach, P., (2002), Quality and Safety in Health Care: a time of transition,
Qual Saf Health Care, 11:1.
NHMRC (National Health and Medical Research Council), 1998, A guide to development,
implementation, and evaluation of clinical practice guidelines, Canberra.
Pusdiklat DepKes RI, (1996) Modul Pelatihan Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar di
Puskesmas, Jakarta
Reason, J., Combating omission errors through task analysis and good reminders,
Qual Saf Health Care, 11:40-44.
Schroeder, P., (1994), Improving Quality and Performance: Concepts, Programs, and
Technioques, Mosby, St Louis: 9-11
Swage, T., (2000), Clinical Governance in Health Care Practice, Butterworth Heinemann,
Oxford: 197.
WHO, Division of Strengthening of Health Services District Health System, The Contemporary
use of Standards in Health Care, 1993.
UU 23/1992
Pasal 53 ayat 2
– Tenaga kesehatan dalam melakukan
tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien
UU No 8/99 Perlindungan
konsumen pasal 5
Hak Konsumen adalah :
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan / atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasdi yang benar, jelas, dan jujur mengani kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa;
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlinndungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkannkompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
UU Perlindungan konsumen
Pasal 7
Kewajiban pelaku usaha adalah :
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;
e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau
garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f. memberi komppensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian
akibat pengguunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
yang diperdagangkan;
g. memberi konpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.
UU Perlindungan konsumen
PERBUATAN YANG DILARANG
BAGI PELAKU USAHA
Pasal 8
(1). Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa
yang :
a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto , dan jumlah dalam hitungan
sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut
ukuran yang sebenarnya;
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana
dinyatakan dalam label , etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode,atau
penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang
dan/atau jasa tersebut;
f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau
DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
promosi penjualan barang danm/atau jasa tersebut;
g. tidak mencvantumkan tanggal kadaluawarsa atau jangka waktu penggunaan/-
pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;
h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal sebagaimana pernyataan ”halal”
yang dicantumkandalam label;
i. tidak memasang label atau membuat penjelsan barang yang memuat nama
barang,ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, atauran pakai, tanggal
pembuatan,akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk
penggunaan yang menurut ketenttuan harus di pasang/dibuat;
UUPK Pasal 44: Standar
Pelayanan
1. Dokter atau dokter gigi dalam
menyelenggarakan praktik kedokteran wajib
mengikuti standar pelayanan kedokteran atau
kedokteran gigi
Standar pelayanan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dibedakan menurut jenis dan strata
sarana pelayanan kesehatan
Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2
diatur dengan peraturan menteri
UUPK Pasal 49
1. Setiap dokter atau dokter gigi dalam
melaksanakan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi wajib menyelenggarakan
kendali mutu dan kendali biaya
2. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat
diselenggarakan audit medis
UUPK Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam
melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai kewajibab:
a. memberikan pelayanan medis sesuai
dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan
medis pasien
e. menambah ilmu pengetahuan dan
mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
dan kedokteran gigi

You might also like