You are on page 1of 121

GANGGUAN

HEMATOLOGI

Reno D. Rumbino, dr

LOGO
SEL DARAH MERAH
( ANEMIA )
Click icon to add picture
Darah
merupakan
8%
BB Total

70 Kg
= 5600 mL
Siklus Pembuatan SDM

Jumlah SDM dlm sirk tergantung pembentukan &


pemecahan : SEIMBANG **

 Sutul → SDM → matur eri → sirkulasi 120 hari


 Bahan Penting : EPO ( Erythropoetin Factor)
 Katabolisme di RES
Definisi

 Anemia : sindroma klinik ~ penurunan vol


eritrosit, kadar Hb, dan jumlah eritrosit dalam
darah

 Hb Normal:
- Umbilicus : 17,0 ± 5,0 g/dl
- Anak 5-10 th : 11,0 ± 11,5 g/dl
- Dewasa pria : 13,5-17,5 g/dl
Wanita : 11,5-15,5 g/dl
Batasan

 Anemia: kadar Hb (Hemoglobin) atau Hct


(hematokrit) < nilai normal

Pria Hb : < 14 g/dl


Hct : < 42%
Wanita Hb : < 12 g/dl
Hct : < 37%
GEJALA KLINIK

 Gejala Anemia:
1. Terkait dg salah satu fx SDM (alat transpor 02)
2. Gejala kompensasi hipoksia jaringan
3. Gejala penyebab

 SDM ↓ → kadar Hb ↓ → anoksia jar taget organ


→ reaksi kompensasi target organ terhadap
anoksia.
 Gejala anemia akan timbul jika kadar Hb ≤ 7,0
g/dl
Patogenesis Anemia

1. Gangguan produksi sel darah merah


(abnormalitas proliferasi atau maturasi)
2. Kehilangan darah yang melampaui
kapasitas kompensasi anemia
3. Peningkatan penghancuran eritrosit
1. PE ↓ PRODUKSI SEL DARAH MERAH
a) Anemia Hipoproliferatif
1. Proliferasi terganggu ok suplai besi

2. Produksi eritropoetin ↓
3. Kehilangan/hambatan fungsi sel
stem
b) Gangguan Maturasi (Ineffective
Erythropoesis)
1. Terjadi selama maturasi sel darah
merah
2. Eritroblast gagal
3. Diganti oleh RE sel
Gangguan Maturasi Inti Sel, karena :
1. Slow sel division
2. Sintesis DNA terhambat karena gangguan
co-enzim (B12 & folic acid)
3. Obat (kemoterapi, sitostatika)
Menghambat sintesa asam inti cth: MTX
 DHFR (co-enzim produksi asam inti)

 ANEMIA MEGALOBLASTIK
Gangguan Maturasi Sitoplasma
Bila ada gangguan sintesa Hb :
1. Eritrosit menjadi kecil (Hb )
2. Umur eritrosit ↓
3. Gangguan sintesis heme

 ANEMIA HIPOKROMIK MIKROSITIK


– Anemia Defisiensi Besi (ADB)
– THALASEMIA
– Anemia Sideroblastik
Stomatitis Angularis
2. KEHILANGAN DARAH
(PERDARAHAN)
a) Perdarahan Akut : Trauma fisik
b) Perdarahan kronik
 Gangguan gastrointestinal (misal ulkus,
hemoroid, gastritis, atau kanker Kolon),
 Infeksi Parasit (infeksi cacing tambang)
 Penggunaan obat obatan yang
mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal
OAINS)
3. Pe ↑ PENGHANCURAN SEL DARAH
MERAH (HEMOLISIS)
a) Deformabilitas Eritrosit
• Makrositosis
• Spherositosis herediter
• Target cell
b) Pe↑ phagositosis
• Collagen disease
• Lymphoid malignancy
• Hipersplenisme
c) Hemolisis intravaskuler
• Mechanical disruption
• Antibody mediated hemolysis
• Complement mediated hemolysis (PNH)
• Oxidant stress
• Lysin’s generated oleh bakteri tertentu
(racun dalam sirkulasi)
Tugas

1. Patogenesis Anemia VS Hasil Lab ADT ?


2. Perbedaan Anemia Defisisensi Besi dan
anemia Pada Penyakit Kronis
3. Penghancuran Eritrosit : Patofisiologi Defek
Ekstrakorpuskular & Intrakospukular
SEL DARAH
PUTIH &
IMUNOLOGI

LOGO
HIPERSENSITIVITAS
 Hipersensitivitas atau alergi  suatu kondisi
respon imunitas yg menimbulkan reaksi yg
berlebihan atau reaksi yg tidak sesuai, yg
berbahaya bagi host.

 Tdd 4 tipe Hipersensitivitas 

I, II, III dan IV


Hipersensitivitas Tipe I
(Reaksi Alergi)

 Terjadi hanya dalam waktu beberapa menit


setelah Ag bergabung dgn Ab yg sesuai
 Klinis : Anafilaktik sistemik / alergi atopi
 Mediator yg berperan:
1. Histamin (mediator utama)  vasodilatasi, pe↑
permeabilitas kapiler &kontraksi otot polos.
2. Prostaglandin dan Tromboxan 
 Prostaglandin  bronkokonstriksi & dilatasi
serta peningkatan permeabilitas kapiler
 Tromboxan  agregasi trombosit
IgE → sel mast, basofil
Hipersensitivitas Tipe II

 Disebut juga Cytotoxic Antibodi Reaction


 Melibatkan pengikatan antibodi (IgG atau IgM)
ke antigen permukaan sel atau molekul matriks
ekstraseluler
 Ab dapat mengaktifkan komplemen untuk
menghancurkan sel tsb
 Contoh: Demam rematik, sindroma Good
pasture, Steven Johnson syndrome
Sindroma Good pasture

Destruksi
keratinosit karena
obat-obatan

Steven Johnson syndrome


Hipersensitivitas Tipe III

 Hipersensitivitas Kompleks Imun (Ag-Ab)


 Ab berikatan Ag  terbentuk kompleks imun
 IgG terlibat dalam proses ini dan aktivasi
komplemen  pelepasan mediator dan
peningkatan permeabilitas vaskuler
 Terjadi khas 4-10 jam
 Contoh: Glomerulonefritis pasca-infeksi, artritis
rheumatoid, SLE, poliartritis nodosa
Hipersensitivitas Tipe IV

 Disebut juga hipersensitivitas tipe lambat


 Fungsi Limfosit T tersensitisasi scr spesifik,
bukan mrpk fungsi Ab
 Respon dimulai beberapa jam (atau beberapa
hari) setelah kontak dgn Ag
 Contoh:
1. Respon Tes Tuberkulin
2. Rejeksi organ yang ditransplantasikan
3. Dermatitis Kontak
Reaksi Hipersensitivitas I - IV
IMUNODEFISIENSI
Imunodefisiensi ec:

1. Penurunan Jumlah WBC ec:


 # Sutul / defisiensi kongenital
Radiasi, obat-obatan (kemoterapi,
infeksi (HIV, EBV), tumor primer/
metastase
 Defisiensi kongenital : sindrom
DiGeorge (Def. sel T)
 Kehilangan (infeksi HIV-limfosit)
2. Penurunan Fungsi WBC
1. Defisiensi komplemen / antibody →
kegagalan opsonisasi
2. Defisiensi adhesi leukosit
3. Penyakit Chediak-Higashi → #lokomosi
& fagositosis
4. Kegagalan produksi toksin
(granulomatosa kronis,den defisiensi
mieloperoksida.
NEUTROFIL
Pe↑ Neutrofil

1. Infeksi
2. Penyakit Inflamasi
3. Malignansi
 Acute Myelogenous Leukemia (AML)
 Chronic Myelogenous Leukemia (CML)
Pe↓ Neutrofil

1. Intoksikasi obat
2. Kemoterapi
3. Infeksi
4. Defisiensi Kongenital langka
5. Pansitopenia
LIMFOSIT
Pe↑ Limfosit

1. Penyakit inflamasi kronis


2. Infeksi virus dan fungus
3. Malignansi
 Acute Lymphocytic Leukemia (ALL)
 Chronic Lymphocytic Leukemia (CML)
Pe↓ Limfosit

1. Intoksikasi obat
2. Kemoterapi
3. Infeksi (HIV)
4. Defisiensi kongenital
5. Pansitopenia
BASOFIL, SEL-SEL
MAST DAN
EOSINOFIL
Basofil, sel Mast dan IgE terlibat dalam
reaksi alergi
Eosinofil me↑ pada:
1. Neoplasia,
2. Alergi,
3. Asma,
4. Penyakit vascular kolagen dan
5. Infeksi parasit
MALIGNASI
HEMATOLOGI
1. LEUKEMIA

 Proliferasi sel darah putih di dalam sumsum


tulang
2. LIMFOMA

 Proliferasi sel darah putih (Sel B dan Sel T) di


dalam jaringan limfatik (Limfonodi, lien)
 Khas : sel Reed-Sternberg ~~ mata burung
hantu (“owl eyes”)
TROMBOSIT &
FAKTOR
PEMBEKUAN

LOGO
HEMOSTASIS

 Hemostasis adalah proses pembentukan bekuan


di dinding pembuluh darah yang rusak dan
pencegahan pengeluaran darah sambil
mempertahankan darah dalam keadaaan cair di
dalam system vascular.

 Mekanisme sistemik kompleks yang saling


terkait  keseimbangan antara koagulasi dan
anti koagulasi.
Respon Terhadap Cedera

1. Konstriksi Pembuluh Darah (Spasme


Vaskuler)
2. Pembentukan sumbat trombosit (Platelet
Plug)
3. Pembekuan Darah (Koagulasi)
• 15-20 min  trauma besar
• 1-2 min  trauma kecil
4. Pembentukan jaringan fibrosa atau
penghancuran bekuan darah
Pembentukan Sumbat
Trombosit

1. Pembuluh Darah Rusak


 Trombosit kontak dengan serat kolagen, sel
endotel
2. Aktivasi Trombosit
 Membengkak, bentuk tidak beraturan, sticky
(lekat-lekat), protein kontraktil berkontraksi

 Sekresi ADP ++; Tromboxan A2


3. Mengaktifkan Trombosit Lainnya
Mekanisme Pembekuan
Darah
Reaksi Kimia Kompleks (€ Faktor Pembekuan Darah)

1. Terbentuknya aktivator protrombin akibat


kerusakan pembuluh darah atau darah.
2. Activator protrombin mengkatalisir perubahan
protrombin menjadi thrombin
3. Trombin bekerja sebagai enzim untuk merubah
fibrinogen menjadi benang-benang fibrin
bersama dengan trombosit, sel darah dan
plasma membentuk jendal darah (blood clot)
Awal Proses Pembekuan

 Aktivator protrombin dibentuk melalui 2 cara :


1. Jalur Ekstrinsik : dimulai terjadinya trauma
PD dan Jaringan sekitar  15 detik
2. Jalur Intrinsik : berawal di dalam darah
sendiri  1 – 6 menit

 Pada kedua jalur, faktor pembekuan darah


memegang peran yang utama.
KEADAAN
HIPOKOAGULABEL
1. PE↓ FAKTOR PEMBEKUAN

Vit K
diperlukan
oleh hati
untuk
pembentuka
n protrombin
dan faktor
koagulasi
lainnya
Hemofilia B (penyakit
Christmas) : Def. F. IX

Hemofilia A (Hemofilia
Klasik) : Def. F. VIII
2. PE↓ FUNGSI & JUMLAH
TROMBOSIT

1.
Disfungsi
Trombosit
2. Pe↓ Jumlah Trombosit

Ec: Pe↓ produksi & Pe↑ destruksi


trombosit
Penurunan Produksi (# Sutul) ec :
1. Malignansi
2. Radiasi
3. Obat-obatan (kemoterapi)
4. Infeksi
Kehilangan/destruksi trombosit ec :
1. Infeksi
2. Obat-obatan (heparin, alcohol, kuinidin)
3. Autoimunitas
4. Konsumsi/agregasi trombosit yang abnormal
• Thrombotic Thrombocytopenic Purpura
(TTP) / Hemolytic Uremic Syndrome (HUS)
• Disseminated Intravascular Coagulation
(DIC)
KEADAAN
HIPERKOAGULABEL
 Hiperkoagulabilitas → bekuan Darah → emboli
→ Iskemia → Hipoksia jaringan
 Protein C, S, dan antitrombin III → check &
balances
Predisposisi
 Faktor V Leiden : Mutasi factor V → Aktivitas F.
V tidak dapat dihentikan oleh protein C
 Antibodi antifosfolipid (~ Lupus/independent),
kehamilan, malignansi, kontrasepsi oral,
turnulensi aliran darah, gagaljantung, stasis (→
DVT)
Anti-koagulan
Intravaskular

Sel
Mast &
Basofil
MALARIA

LOGO
Definisi Malaria

 Penyakit infeksi yang disebabkan parasit


Plasmodium yang hidup dan berkembang biak
dalam sel darah merah manusia.
 Ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
 Spesies plasmodium pada manusia :
1. P. falciparum
2. P. vivax
3. P. ovale
4. P. malariae
Patogenesis :

1. Demam
 Timbul bersamaan dengan pecahnya skizon
darah yang mengeluarkan macam-macam
antigen.
 Antigen merangsang sel-sel makrofag,
monosit atau limfosit → sitokin
(kemokin, interferon, interleukin, limfokin &
TNF) → aliran darah → hipotalamus →
demam.
2. Anemia
Karena pecahnya eritrosit yang terinfeksi. P.
falciparum menginfeksi seluruh stadium eritrosit
sehingga anemia terjadi pada infeksi akut dan
kronik
3. Splenomegali
Plasmodium dihancurkan oleh makrofag dan
limfosit. Penambahan sel radang ini
menyebabkan limpa membesar.
Diagnosis

 Didasarkan pada :
Gejala
Tanda klinis
Ditemukan parasit di dalam darah
 Untuk daerah tanpa fasilitas laboratorium hanya
berdasarkan gejala dan tanda klinis disebut
malaria klinis
Aspek klinis

Malaria Berat
Malaria Berat

 Disebabkan o/ infeksi plasmodium falsiparum


 Gejala :
- panas yang ireguler, tidak periodik
- sering temperatur > 40˚C
- sakit kepala, nyeri punggung, lesu
- mual, muntah dan diare
- anemia, lekopeni dan monositosis
 Masa inkubasi 9-14 hari
 Parasit sulit ditemukan pada penderita dengan
pengobatan supresif
Siapa yang berisiko ?

1. Anak anak
2. Ibu hamil
3. Orang yang bepergian ke daerah
endemik malaria
Kriteria Malaria Berat

1. Malaria serebral
2. Kejang berulang > 2x/24jam
3. Gangguan kesadaran ringan
4. Kelemahan otot tanpa kelainan neurologic
5. Post mortem ditemukan parasit pada jaringan
otak
6. Edema akut /ARDS (Adult Respiratory Distress
Syndrome)
7. Anemia berat, Hb < 5 g% atau Ht < 15%
8. Gagal sirkulasi atau syok (sistolik < 70 mmHg)
9. Perdarahan spontan atau DIC
10.Gagal ginjal akut
11. Hemoglobinuri makroskopis
12.Asidemia atau asidosis, pH <7.25 dengan bic
nat <15 mmol
13.Hiperparasitemia > 5%
14.Ikterik, bilirubin > 3 mg%
15.Hipoglikemi < 40 mg%
16.Hiperpireksia > 40˚C
Malaria Serebral

 Kira-kira 2% pada penderita non imun


 Ditandai oleh :- Koma
- Soporous (GCS < 7)
- Ggn kesadaran ringan-berat
- Perubahan tingkah laku
 Sitoadherensi, sekuestrasi dan Rosetting →
Sumbatan kapiler pembuluh darah otak →
anoksia otak.
Edema Paru

 Sering pada orang dewasa dan jarang pada


anak → kematian
 Terjadi karena kelebihan cairan atau ARDS
 Faktor yang memudahkan timbulnya edema
paru :
- Kelebihan cairan
- Kehamilan
- Hiperparasitemia
- Hipotensi
- Asidosis
- Uremia
Edema paru

 Gejala : peningkatan respirasi


 Pemeriksaan radiologis : peningkatan gambaran
bronkho-vaskuler tanpa pembesaran jantung

ARDS : Sindrom kegagalan pernafasan berat


akibat penyebab apapun, ditandai dengan Pa
O2 < 70%
Manifestasi Gastro-Intestinal

 Gejala GI → Hiponatermia
- Tidak enak di perut - Flatulensi
- Mual, muntah - Diare, konstipasi

 Berat → sindroma “Billious Remittent Fever”:


Gejala gastro intestinal dengan
- Ikterik (hepatomegali & pe↑ SGOT/SGPT)
- dan Gagal ginjal
Kelainan Hati (Malaria Biliosa)

 Sering dijumpai pada infeksi malaria falsiparum


 Peningkatan transaminase ringan sd sedang
jarang > 200 iu
 Ikterus yang berat sering dijumpai walaupun
tanpa diikuti kegagalan fungsi hati
 Hepatomegali dan splenomegali dengan nyeri
ringan
Malaria algid

Adalah terjadinya syok vaskuler dengan


gambaran klinik berupa :
- Perasaan dingin dan basah pada kulit
- Temperatur rektal tinggi
- Kulit tidak elastik
- Pucat
- Pernafasan dangkal
- Nadi cepat
- Tekanan darah turun
 Dihubungkan dengan septikemi gram negatif
Gagal ginjal akut (GGA)

 Kreatinin > 3 mg% atau urin < 400 ml/24jam


 Lebih 50% karena pre-renal (dehidrasi)
 5-10% → nekrosis tubulus akut (ATN)
 Gangguan ginjal diduga adanya anoksia karena
pe↓ aliran darah ke ginjal akibat sumbatan
terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus
 Faktor risiko : hiperparasitemia, hipotensi,
ikterus dan hemoglobinuri
Blackwater Fever
(Haemoglobinuri)

 Komplikasi infeksi p.falsiparum yang berulang-


ulang pada penderita non imun
 Akibat pengobatan kina yang tidak adekuat.

 Penderita dengan
kekurangan
enzim G6PD,
karena
pemberian
primakuin
Hipoglikemia

Cadangan glikogen berkurang terutama pada


anak-anak dan ibu hamil

Mekanisme Hipoglikemi
 Konsumsi glukosa meningkat, karena :
 Febris, infeksi (parasite)
 Proses glikolisis anaerob di jaringan

 Obat-obatan quinine → Produksi insulin me↑


 Proses glukoneogenesis di hati me↓
 Uptake glukosa di perifer (jaringan) me↑
Perdarahan

 Perdarahan spontan berupa :


- Perdarahan gusi
- Epistaksis
- Perdarahan di bawah kulit
(petikie, purpura, ekimosis)

 Perdarahan terjadi karena :


1. Trombositopeni (pengaruh sitokin)
2. Gangguan koagulasi intravaskuler (<10%)
karena gangguan fungsi hati
Gangguan metabolik lainnya

 Asidosis metabolik, ditandai :


- Hiperventilasi
- Peningkatan asam laktat (pH turun)
- Peningkatan bikarbonat

 Asidosis disertai :
- Edema paru
- Hiperparasitemia
- Syok
- Gagal ginjal
- Hipoglikemia
Tugas

1. Patofisiologi ARDS pada MB ?


2. Patofisiologi Syok pada MB ?
3. Patofisiologi Trombositopenia pada MB ?
4. Patofisiologi Ikterik pada MB ?
5. Patofisiologi sindroma “Billious Remittent
Fever pada MB ?
6. Mengapa Primakuin tidak boleh diberikan pada
penderita defisiensi enzim G6PD ?
SEPSIS

LOGO
 Sepsis adalah Sepsis menggambarkan suatu
sindrom klinis kompleks yang timbul pada saat
respons awal pejamu yang sesuai terhadap
infeksi menjadi teramplifikasi dan kemudian
mengalami disregulasi
 Berdasarkan konferensi internasional tahun
2001 memasukkan petanda procalcitonin (PCT)
sebagai langkah awal dalam mendiagnosa
sepsis.
 Penelitian prokalsitonin (medan) : petanda
sepsis mendapatkan nilai PCT 0,80 ng/ml sesuai
untuk sepsis akibat infeksi bakteri dan kadarnya
semakin meningkat berdasarkan keparahan
penyakit.
 Sepsis disebabkan oleh bakteri gram negatip
(70%), bakteri gram positip (20-40%), jamur dan
virus (2-3%), protozoa.
 Produk bakteri yang berperan penting pada
sepsis adalah lipopolisakarida (LPS) yang
merupakan komponen utama membran terluar
bakteri gram negatif dan berperan terhadap
timbulnya syok sepsis.
 LPS mengaktifkan respon inflamasi sistemik
(Systemic Inflamatory Response
Syndrome/SIRS) yang dapat mengakibatkan
syok serta Multiple Organ Failure (MOF).
 Respon tubuh terhadap patogen melibatkan
berbagai komponen sistem imun dan sitokin,
baik yang bersifat proinflamasi maupun
antiinflamasi.
1. Sitokin proinflamasi : TNF, IL-1, dan IFN-γ yang
bekerja membantu sel untuk menghancurkan
mikroorganisme yang menginfeksi.
2. Sitokin antiinflamasi : IL-1ra, IL-4, dan IL-10 yang
bertugas untuk memodulasi, koordinasi atau represi
terhadap respon yang berlebihan.
 Sedangkan IL-6 dapat bersifat sebagai sitokin pro-
dan anti-inflamasi sekaligus.
 Manifestasi klinik inflamasi sistemik disebut
systemic inflamation respons syndrome (SIRS),
sedangkan sepsis adalah SIRS ditambah tempat
infeksi yang diketahui.
 Meskipun sepsis biasanya berhubungan dengan
infeksi bakteri, namun tidak harus terdapat
bakteriemia.

You might also like