You are on page 1of 37

FISIOLOGI MENELAN

Proses menelan
• Pembentukan bolus makanan
• Sfingter mencegah terhamburnya bolus
• Mempercepat masuknya bolus makanan ke
dalam faring
• Mencegah masuknya makanan dan minuman ke
nasofaring dan laring
• Kerjasama yang baik dari otot rongga mulut
untuk mendorong bolus ke lambung
• Usaha untuk membersihkan kembali esofagus
Mulut
• Merupakan jalan masuk pertama sistem
pencernaan.
• Berisi organ asesoris, yang berfungsi dalam
proses awal pencernaan
Faring
• Suatu kantong fibromuskular yang bentuknya seperti corong,
yang besar di bagian atas dan sempit di bagiaan bawah serta
terletak pada bagian anterior kolum vertebra.
• Dimulai dari dasar tengkorak lalu menyambung ke esofagus
setinggi vertebra servikal ke-6.
Esofagus
• Esofagus merupakan bagian saluran cerna yang
menghubungkan hipofaring dengan lambung.
• Memiliki panjang dari C6 sampai T11
• Panjang esofagus pada pada bayi 7-14 cm, dan
pada dewasa 25 cm.
• Pada kedua ujung esofagus terdapat otot
sfingter.

• M. krikofaringeus membentuk sfingter esofagus


bagian atas dan terdiri atas serabut-serabut otot
rangka.

• Sfingter esofagus bagian bawah, secara anatomis


tidak nyata  bertindak sebagai sfingter dan
berperan sebagai sawar terhadap refluks isi
lambung ke dalam esofagus.
• Menelan  keseluruhan proses memindahan
makanan dari mulut melalui esofagus hingga ke
lambung
• Proses menelan mempunyai hubungan
koordinasi dengan respirasi dan mastikasi.
• Masing-masing proses tersebut dikontrol oleh
brainstem
Tahapan menelan dibagi menjadi 3:
• Tahap oral/voulunter: mencetuskan proses
menelan
• Tahap faringeal: membantu jalannya makanan
melalui faring ke esofagus
• Tahap esofageal: mengangkut makanan dari
faring ke lambung
Fase oral

Bolus berada di
Bolus makanan tengah lidah karena
Makanan dikunyah
bercampur air liur kontraksi otot
intrinsik lidah

Rongga pada lekukan


Bagian atas dinding
dorsum lidah Kontraksi m. levator
posterior faring
diperluas, palatum velli palatini
terangkat
mole terangkat

Kontraksi m.
Penutupan
palatoglosus, ismus
Bolus terdorong ke nasofaring karena
facium menyempit
posterior kontraksi m. levator
dan bolus tidak balik
velli palatini
ke rongga mulut
Fase faringeal
• Terjadi secara reflek pada akhir fase oral
• Faring dan laring bergerak ke atas oleh kontraksi
dari :
- M. stilofaring
- M. salfingofaring
- M. tirohiod
- M. palatofaring
• Aditus laring tertutup oleh epiglotis karena
kontraksi m. ariepiglotika dan m. aritenoid oblique
• Bersamaan ini terjadi penghentian aliran udara ke
laring maka bolus makanan tidak balik ke esofagus
Fase Esofagal

• Fase perpindahan bolus makanan dari esofagus


ke lambung
• Relaksasi m. krikofaring  introtus esofagus
terbuka bolus makanan ke esofagus 
sfingter kontraksi lebih kuat ( makanan tidak
kembali ke faring)
• Gerak bolus makanan di esofagus bagian atas
karena kontraksi m.konstriktor faring inferior
• Bolus makanan di dorong oleh peristaltik
esofagus
FISIOLOGI BICARA
ANATOMI EKSTRACRANIAL FUNGSI BICARA
• Otot-otot wajah (persarafan N VII/facialis)
• Rongga hidung dan organ dalamnya (concha)
• Sinus paranasal (maksilla, sphenoid, ethmoid)
• Rongga mulut dan organ dalamnya :
▫ Gigi
▫ Lidah (persarafan N XII/hipoglossus)
• Arcus faring (N IX/glossopharyngeus, N
X/vagus), laring, epiglottis, glottis, plica vocalis
(N IX/glossopharyngeus, N X/vagus), otot-otot
sekitarnya
• Trachea
• Merupakan penghubung
faring dan trakea.
• Didesain untuk
memproduksi suara
(fonasi).
• Laring ini tdd 9
kartilago, 3 kartilago
berpasangan dan 3
tidak berpasangan.
• Letak : pada midline di
depan cervikal vertebra
ke 3 s.d c 6.
Terdiri dari tiga
bagian:

Vestibule

Ventricle
• Terdapat vocal fold
(true cord) dan
vestibule cord (false
cord)

Infraglotitic
Pergerakan pita suara (abduksi, adduksi dan tension)
dipengaruhi oleh otot-otot yang terdapat disekitar laring,
dimana fungsi otot-otot tersebut adalah:

1) M. Cricothyroideus 
menegangkan pita suara
2) M. Tyroarytenoideus
(vocalis)  relaksasi pita
suara
3) M. Cricoarytenoideus
lateralis  adduksi pita
suara
4) M. Cricoarytenoideus
posterior  abduksi pita
suara
5) M. Arytenoideus
transversus  menutup
bgn posterior rima glotidis
• Vocal Tract merupakan
acoustic tube dari cross
section.
• Lokasi : vocal fold - bibir.
• Panjang ± 17 cm.
• Luas area cross section :
bervariasi 0-20 cm2 dengan
penempatan bibir, rahang,
lidah, dan velum(soft palate).
• Panjang dan luas Nasal
Cavity : ± 12 cm dan 60 cm3.
Dibuat perangkap (trap-door
action)  fungsi sbg
secondary cavity 
berpartisipasi dalam speech
production- nasal tract.
Sumber rangsang bunyi suara
adalah velocity volume dari
udara yang melewati vocal
cords.
V.T berfungsi sebagai filter
suara. (penyaring)
huruf Udara gerak ke
diproduksi dgn VOCAL
vokal Udara glottis (lubang
SUARA me-↑ tek. udara CORDS
(a,i,u,e,o TERTEKAN antara vocal
di paru-paru BERGETAR.
) cords)
Suara dasar dihasilkan  vocal
tract, lalu disaring dan
Panjang Ligament yang
bergetar :18 mm dan glottal dimodifikasi lagi menghasilkan

yang bervariasi dalam area suara yang jelas. (disebut dengan


dari 0-20 mm2. RESONANSI dan ARTIKULASI).
Otot laryngeal yang Kualitas akhir suara tergantung
mengatur vocal folds
pada :
dibagi menjadi TENSORS,
1. Ukuran
ABDUCTORS, DAN
ADDUCTORS. 2. Bentuk cavitas berhubungan
Naik dan turunnya pitch dgn mulut dan hidung. (bentuk
suara dikontrol : TENSOR cavitas ini dapat berubah karena
– CRICO-THYROID dan
aktivitas bgn lain).
OTOT VOCALIS.
2. Cavitas Hidung
1.Cavitas mulut 3. Kedua cavitas

• Cavitas oral • Cavitas nasal • Dapat berubaha-


• Oropharynx
• Sinus ubah sesuai
• Nasopharynx kontraksi otot.
(dapat berubah2 Fungsi :
dgn cepat memperkuat
dipengaruhi suara
kontraksi otot fundamental 
pharyngeal dan hasil dari vocal
gerakan palatum cords. (fungsi ini
lunak dikenal sbg
RESONANSI).
4. Pergerakan palatum lunak, laring, dan pharynx tercapai
keseimbangan yang baik antara resonansi oral + nasal 
AKHIRNYA menjadi karakteristik dari suara tiap-tiap individu.
• Untuk berkomunikasi, manusia menerima
rangsang melalui organ reseptor umum
maupun khusus.
• Tahapan:
impuls dihantarkan saraf otak

dilanjutkan ke SSP area sensorik

disampaikan ke area motorik:


Broadman 4,6

kembali turun ke SST

sampai di efektor
• Impuls diterima oleh reseptor sensorik: organ reseptor
umum (eksteroresoptif, interoreseptif, proprioreseptif) dan
organ reseptor khusus (penglihatan, pendengaran,
keseimbangan, penghidu, pengecap) menerima rangsang.

• Saraf efferent saraf otak N.I-XII dan saraf spinal:


menghantarkan impuls saraf ke pusat pemrosesan di SSP
• SSP: Broca’s Area (Premotor area “pembuat kata”
terdapat di anterior primary motor korteks dan diatas
fisur sylvian), area auditif (area Wernicke’s), pusat
ideamotor (pusat reflex memilih kata dan kalimat)
merupakan pusat-pusat yang terlibat dalam proses
bicara.
• Saraf efferent dari SSP ke SST: menyampaikan sinyal
saraf kepada efektor untuk melakukan aktifitas bicara.
• Sinyal bunyi diterima area
auditorik primer  kata2
• Diinterpretasikan di area
Wernicke
• Penentuan buah pikiran dan
kata2 yang akan diucapkan
• Penjalaran sinyal dari area
Wernicke  area Broca melalui
fasikulus arkuatus
• Pembentukan kata
• Sinyal ke korteks motorik 
pengaturan otot bicara
Pada ruang kortikal parietal dan
oksipital besar yang dibatasi korteks
somatosensorik anterior, kortrks
penglihatan posterior, dan korteks
pendengaran lateral
Area Pemahaman
Bahasa
Area Proses Awal
Bahasa Penglihatan
(Membaca)
Area Penamaan
Objek
Proses berpikir dalam benak
pikiran
Perluasan pikiran
Perencanaan pola kompleks dan
berurutan dari gerakan motorik
Area Broca
Pembentukan kata
Berkaitan dengan area Wernicke
Belahan anterior lobus temporalis,
ventral lobus frontalis
Pengaturan tingkah laku, emosi,
dan motivasi
Fungsi Interpretasi Bagian
Posterosuperior Lobus
Temporalis

Tempat pertemuan dimana area


asosiasi somatik, visual, dan auditorik
pada bagian posterior lobus temporalis
superior

Lobus parietalis posterior yang paling


inferior (tapat di belakang area Wernicke
dan di posterior bergabung dengan area
visual lobus oksipitalis)
Terima Kasih

You might also like