You are on page 1of 40

Penyelesaian Sengketa

Alternatif (ADR)
Hukum Bisnis....
Penyelesaian Sengketa Alternatif

 Adalah penyelesaian sengketa diluar


pengadilan.
 Lahir di Timur melalui ajaran confusius
kemudian berkembang di Barat dengan
tujuan menyelesaikan sengketa dengan
harmoni dan kekeluargaan
Beberapa Alasan Memilih ADR
 Pengadilan bukan tempat orang berbisnis tetapi
tempat orang2 “nakal”
 Pengusaha asing lebih suka menyelesaikan
sengketa melalui arbitrase di luar negeri karena
menganggap sistem hukum dan pengadilan
setempat asing bagi mereka;
 Hakim negara berkembang tidak menguasai
sengketa dagang yg melibatkan hubungan niaga
dan keuangan internasional yang rumit;
Beberapa Alasan Memilih ADR

 Orang bisnis menyukai sengket mereka


bersifat tertutup
 Melalui pengadilan akan merenggangkan hub
bisnis karena hasilnya siapa salah dan siapa
menang
 Penyelesaian melalui pengadilan memakan
waktu yang lama dan biaya yg mahal.
 Pengadilan setempat bersikap subjektif
terhadap mereka (pengusaha asing)
Penyelesaian Sengketa
 Macam-Macam Penyelesaian Sengketa Perdata
Sengketa Perdata

Non Ajudikasi Penyelesaian Ajudikasi

Negosiasi Pilihan

Gagal
Pengadilan Arbitrase

Mediasi Konsiliasi
Negosiasi

• Perundingan langsung antara dua


pihak yang bersengketa tanpa ada
penengah.
• Perlu memahami 3 aspek : cultural,
legal, practical.
Model-Model Negosiasi
• Positional
• Interest Based

Positional
1. Hard Negosiator (kompetitif): Masing-masing
pihak berusaha untuk mendapatkan bagian yang
terbesar dan memenangkan negosiasi tersebut.

2. Soft Negosiator: Selalu memberikan konsesi atau


mengikuti kemauan yang diminta pihak lain, karena
ia lebih mementingkan hubungan baik dan
dinomorsatukan.
Ciri-Ciri Perundingan Positional
• Dimulai dengan menawarkan sebuah solusi
• Sikap dan perilaku negosiator seperti membagi kue
• Tujuannya bagaimana memperoleh potongan kue
yang terbesar
• Mereka memposisikan pihak sebagai musuh yang
harus dikalahkan bukan sebagai teman untuk
menyelesaikan masalah
• Solusi hanya satu, yakni solusi saya
• Memberikan konsesi adalah suatu kekalahan
Interest Based
• Didasarkan pada kepentingan bersama (joint problem
solving)
• Para pihak melihat permasalahan yang ada tidak
hanya milik satu orang, tetapi permasalahan bersama,
sehingga dicari bagaimana cara menyelesaikan
persoalan yang ada

Perundingan berdasar kepentingan dimulai dengan:


1. Mengembangkan dan menjaga hubungan
2. Para pihak berusaha mendidik satu dengan yang
lain akan kebutuhan mereka
3. Mereka akan selalu mencoba menyelesaikan
masalah berdasarkan pada kepentingan atau
kebutuhan belah pihak
Ciri-Ciri Perundingan Berdasarkan Kepentingan

• Tujuannya adalah win-win


• Kebutuhan para pihak harus dibahas dalam rangka
mencapai tujuan
• Para negosiator adalah adalah individu yang
menyelesaikan masalah secara kooperatif
• Menjaga pola hubungan positif selama perundingan
• Mencoba mencari solusi, sehingga didapat
penyelesaian yang memuaskan
• Bagaimana mereka saling menjaga kepercayaan diri
dan kepercayaan pihak lain. Kunci negosiasi adalah
trust.
Mediasi
Proses Negosiasi Pemecahan Masalah

Pihak Mediator Pihak

• Informal
• Kerjasama
• Didasarkan kepada inti permasalahan, bukan kepada aturan
• Dapat disesuaikan dengan kebutuhan
Mediasi
 Mediator
Pihak ketiga yang netral atau tidak memihak
1. Membantu para pihak yang bersengketa untuk memperoleh
kesepakatan (negotiated agreement)
2. Tidak memiliki kewenangan untuk memutuskan sengketa di
antara para pihak
Empat Tahap dalam Mediasi

1. Menciptakan forum/kerangka kerja untuk proses tawar


menawar
2. Saling mengumpulkan dan membagi informasi
3. Tawar menawar pemecahan masalah
4. Pengambilan keputusan
Mediasi

• Menciptakan Forum
Pernyataan pendahuluan dari Mediator

Berunding mengenai peran dan wewenang

1. Menumbuhkan kepercayaan bagi mediator dan proses


2. Menjelaskan peran mediator, aturan dasar tentang
proses, aturan kerahasian, dan ketentuan rapat
3. Menjawab pertanyaan para pihak
4. Bila para pihak sepakat untuk melanjutkan perundingan,
meminta komitmen mereka untuk mengikuti semua
aturan yang berlaku
Rapat Bersama
• Pernyataan Pendahuluan Para Pihak
Mediator memberi kesempatan kepada masing-masing
untuk berbicara
1. Setiap pihak menyampaikan fakta dan posisi menurut
versinya masing-masing
2. Mediator bertindak sebagai “pendengar yang aktif”
dan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
3. Mediator menerapkan aturan kepantasan (decorum)
dan sebaliknya mengontrol aktivitas para pihak
Tahap Informasi
• Mengadakan Rapat
Mediator mengadakan pertemuan pribadi dengan para pihak
secara terpisah
1. Mengembangkan informasi lebih lanjut
2. Menyelidiki keinginan, kepentingan para pihak, dan
kemungkinan penyelesaiannya

Mediator membuat perumusan ulang:


berdasarkan informasi yang dikembangkan pada pertemuan-
pertemuan dan rapat-rapat bersama, mediator
“mengemukakan (rephrases)” inti persengketaan
Tahap Penyelesaian Masalah
• Mediator bekerja dengan para pihak secara
bersama-sama dan terpisah untuk

1. Mengidentifikasi isu-isu
2. Memberi pengarahan para pihak tentang
tawar menawar pemecahan masalah
3. Mengubah pendirian para pihak dari posisi
(positions) menjadi kepentingan (interest)
Tahap Pemecahan Masalah

 Mediator bekerja dengan para pihak untuk:

1. Membantu para pihak menaksir, menilai,


dan memprioritaskan kepentingan para
pihak
2. Memperluas atau mempersempit sengketa
bilamana perlu
3. Membuat agenda negosiasi
4. Memberikan penyelesaian alternatif
Tahap Menentukan Keputusan
• Mediator bekerja dengan para pihak untuk:
1. Membantu mereka mengevaluasi pilihan
2. Menerapkan “trade-offs” dan menawarkan
paket
3. Memperkecil perbedaan-perbedaan
4. Mencari basis yang adil bagi alokasi bersama

Mediator dapat juga:


1. Menekan para pihak
2. Menemukan rumusan-rumusan untuk
menghindari rasa malu
Mediasi
Peran dan Kegiatan Mediator
1. Melakukan diagnosa terhadap terhadap sengketa
2. Mengidentifikasi isu-isu dan kepentingan yang kritis
3. Menyusun agenda
4. Mempermudah dan mengatur komunikasi

Memberi Pengarahan para pihak:


Membantu para pihak untuk:
1. Mengumpulkan informasi penting
2. Memberikan pilihan-pilihan
3. Pemecahan masalah
Taktik-Taktik Mediator
Taktik menyusun kerangka keputusan
Taktik mendapatkan kewenangan
Taktik mengendalikan emosi dan
menciptakan suasana yang tepat
Taktik yang bersifat informatif dan
pemecahan masalah
Taktik menghindarkan rasa malu
Taktik pemaksaan
Taktik Kerangka
Keputusan
• Menyusun agenda
• Pengurutan isu-isu untuk
menghasilkan momentum penyelesaian
• Mempertahankan sasaran negosiasi
• Berusaha mengubah harapan para
pihak
Taktik Memperoleh Wewenang dan
Kerjasama

• Tetap bersikap netral


• Berbicara dengan bahasa para pihak
• Membina hubungan
• Mendengar secara aktif
• Menekankan pada keuntungan potensial, bukan
pada kerugian yang diperoleh
• Meminimalkan perbedaan-perbedaan, tapi
menitikberatkan kepada kebersamaan
Taktik Mengendalikan Emosi dan Menciptakan
Suasana yang Tepat
• Menyusun aturan dasar
• Mengendalikan perasaan bermusuhan
• Menggunakan humor
• Memberi teladan tingkah laku yang pantas
• Menaruh jauh-jauh isu-isu yang mudah
diperdebatkan

Taktik yang Bersifat Informatif


1. Memanggil untuk mengadakan pertemuan
2. Mendesak para pihak untuk berbicara
3. Mengajarkan proses tawar menawar
Taktik Pemecahan Masalah
• Menyederhanakan sengketa
• Mengembangkan kumpulan kepentingan yang
sama
• Membuat saran-saran yang nyata bagi
terciptanya suatu persetujuan
• Mengambil tanggung jawab bagi konsesi
Taktik Menjaga Nama Baik

 Mengambil tanggung jawab terhadap


usulan-usulan
 Merancang rumusan yang dapat
diterima atau membuat keputusan
bersama
 Bertindak sebagai pembicara yang
sportif terhadap pihak ketiga
Konsiliasi
 Sama dengan mediasi hanya saja di lekatkan pada
proses litigasi dan arbitrase
 Lahir di Jepang pada masa Tokugawa dg istilah
“Chotei”
 Konsiliator setelah mendengar perspektif para
pihak mengenai penyelesaian yang dikehendaki
menawarkan solusi penyelesaian sengketa
 Penyelesaian akhir tetap didasarkan keputusan
para pihak
 Konsiliator dapat juga menjadi arbiter jika konsiliasi
gagal.
Taktik Penekanan
 Menetapkan batas waktu
 Memberitahukan kepada para pihak
bahwa posisi mereka tidak realistik
 Menimbulkan keragu-raguan kepada pihak
tentang alternatif-alternatif penyelesaian
 Memberi tekanan pada biaya-biaya di luar
penyelesaian
Key Success Factor ADR

 Sengketa masih dalam batas “wajar”


 Komitmen para pihak
 Keberlanjutan hubungan
 Keseimbangan posisi tawar
 Prosesnya bersifat pribadi dan hasilnya
rahasia
Arbitrase
Arbitrase

Arbitrare Kekuasaan untuk menyelesaikan


sesuatu menurut kebijaksanaan

Ada kesan bahwa arbitrase menyelesaikan sengketa


tanpa memperhatikan hukum

Pandangan yang salah

Arbitrase menyelesaikan sengketa berdasar hukum


Pengertian Arbitrase (Pasal 1 angka 1 UU
No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa)

 Arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa


perdata di luar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa
Kompetensi Absolut Arbitrase
Kompetensi Absolut Arbitrase

Didasarkan:

Perjanjian Arbitrase

Factum De Compromitendo Akte Kompromis

Melekat dalam salah satu klausul Dibuat dalam


Perjanjian Pokok Perjanjian Tersendiri

Dibuat sebelum sengketa terjadi Dibuat setelah terjadi


sengketa
Hukum Acara Arbitrase

Pemohon Surat Badan – Sekretariat


Tuntutan Arbitrase

Termohon Pemberitahuan

Tanggapan Arbiter

Dengar Pendapat
Isi Permohonan (Tuntutan)
 Permohonan penyelesaian sengketa melalui
arbitrase;
 Nama dan alamat para pihak;
 Referensi pada perjanjian arbitrase yang dibuat
para pihak;
 Uraian tentang gugatan dan dasar
pembuktiannya;
 Uraian tentang penyelesaian yang diinginkan,
termasuk ganti rugi;
 Usulan tentang jumlah arbiter dan tempat
arbitrase, hukum dan bahasa yang dipergunakan
Tempat Arbitrase
Tempat Arbitrase

Tempat persidangan dilaksanakan

Dipilih oleh Para Pihak Jika para pihak tidak


menentukan, ditentukan oleh
arbiter
Memiliki arti penting:

Hukum materiil yang Berkaitan dengan Lex Arbitrari


harus dipakai
Misalnya berkaitan dengan tempat
gugatan pembatalan putusan
Hukum yang Dipakai

Arbitrase

Memeriksa - Mengadili

Hukum Ex Aquo Et Bono

Arbitrase Arbiter dapat memakai asas ini


Internasional jika ada permintaan dari para
pihak. Jika tidak ada, arbiter
harus menggunakan hukum
Choice of Law

Jika tidak choice, tempat arbitrase menentukan


Pengangkatan Arbiter

Arbitrase

Arbiter

Ditunjuk Para Pihak

Jika tidak ada Jika tidak ada penunjukkan, dapat


kata sepakat ditunjuk oleh badan arbitrase

Penetapan Ketua Pengadilan atau Badan Arbitrase


Pengangkatan Arbiter

Sengketa Perdata

Debitor Kreditor

Tunjuk Tunjuk

Arbiter Arbiter

Menunjuk Seorang
Ketua

Arbiter para pihak mewakili kepentingan


mereka, arbiter adalah hakim
Sifat Putusan Arbitrase

 Final, putusan tingkat dan terakhir. Tidak


ada upaya banding atau kasasi;
 Mengikat (Binding)

Pelaksanaan Putusan

Masalah paling krusial dalam arbitrase

Keberhasilan Arbitrase Bergantung Pada


Iktikad Baik Para Pihak
Pelaksanaan Putusan Arbitrase

Pelaksanaan Putusan
Arbitrase

Pelaksanaan Putusan Pelaksanaan Putusan


Arbitrase Nasional Arbitrase Internasional
• Bagaimana dengan Arbitrase Online?
• Bagaimana prosenya?
• Bagaimana keabsahannya?

You might also like