Professional Documents
Culture Documents
APPENDISITIS
Pembimbing : Dr.Hadiyana Sp.B Disusun oleh : Anindita Rachmawati 110.2003.027
Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin Umur
Alamat
Agama Pekerjaan Tanggal masuk Nomer CM
Anamnesis
Keluhan Utama
disangkal oleh pasien. Pasien juga mengalami keputihan sejak lama yaitu > 2 tahun, tidak gatal dan tidak berbau, konsistensi encer sedikit berlendir, berwarna putih kekuningan. Pasien tidak mempunyai keluhan terlambat haid dan haidnya teratur tiap bulan, hari pertama mens terakhirnya tanggal 10 Maret 2009. Nyeri yang berasal dari pinggang yang menjalar ke perut disangkal.
perut kanan bawah yang terjadi secara mendadak dan disertai dengan mual muntah, kemudian pasien meminum obat warung dan sakitnya menjadi berkurang, namun tidak hilang. Bila pasien tidak meminum obat tersebut maka sakitnya timbul lagi. Sakit yang hilang timbul tersebut terus berlangsung selama 7 bulan, dan dirasakan memberat pada 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Anamnesis Sistem
Sistem Cerebrospinal
penglihatan dobel (-) Sistem Cardiovaskular : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-) Sistem respiratorius : Batuk (-), sesak nafas (-) Sistem Gastrointestinal : Mual (+), muntah(+), nyeri perut kanan bawah (+), nyeri suprapubik (-) Sistem Urogenital : Nyeri saat BAK (-), sering BAK (-), rasa tidak puas saat BAK, tidak bisa BAK (-), sering BAK malam hari (-), BAK menetes (-), BAK campur darah (-), keputihan (+) Sistem Integumentum : Gatal (-), edem (-) Sistem Musculoskeletal : Kelemahan anggota gerak (), kelumpuhan anggota gerak(-)
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS Kondisi Umum : Baik Kesadaran Mentis Status Gizi Status Antopometri Vital Sign :
: Tidak dinilai : Tidak dinilai TD: 120/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 18 x/menit, S : 36,8 C.
Status Generalis
Kepala
: Konj. Anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek pupil +/+ : Epistaksis -/-, deviasi septum (-) : Tidak ada kelainan : Trakhea ditengah, pembesaran KGB (-) : Hemitorak simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis dan dinamis : Fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri, Nyeri tekan (-) : Sonor pada kedua hemitorak : Pulmo : VBS kanan = kiri normal, ronki -/wheezing -/Cor : Bunyi jantung I -II murni reguler, murmur (-), Gallop (-)
Thorak
Inspeksi Palpasi
Perkusi Auskultasi
Status Generalis
Abdomen :
Inspeksi
: Flat, tak ada massa/benjolan, tak ada bekas luka/ bekas operasi, gambaran dan gerak usus tidak terlihat. Palpasi : Nyeri tekan kuadran kanan bawah (+), hepar/ lien tak teraba Perkusi : timpani, nyeri ketok costovertebra (-)/(-). Auskultasi : BU (+) normal
Status Generalis
Extremitas Superior dextra dan sinistra :
Inspeksi Palpasi Inspeksi Palpasi
: Simetris, kelemahan anggota gerak (-), clubbing finger (-)/(-) : Edem (-)/(-), nyeri tekan (-)/(-) : Simetris, kelemahan anggota gerak (-) : Edem (-),nyeri tekan (-)/(-)
Status Lokalis
Regio Abdominal Inspeksi : Perut tidak membuncit, darm countor tidak ada, venektasi tidak ada,sikatrik tidak ada. Auskultasi: Bising usus (+) normal Palpasi : Nyeri tekan (+) kuadran kanan bawah, hepar dan lien tidak teraba, defans muskular tidak ada, tidak teraba massa, ballotement tidak ada, buli-buli tak teraba. Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen Nyeri Ketok Costovertebrae (-/-)
Status Lokalis
Regio Abdomen Kuadran Kanan Bawah
Inspeksi
: Tidak tampak massa dan pembesaran, tidak ada sikatriks Palpasi : Nyeri tekan titik Mc Burney (+), tidak teraba massa. Obturator Sign : nyeri (+) Psoas Sign : nyeri (+) Rebound Sign : nyeri (+) Rovsing Sign : negatif
Regio Anal. Inspeksi : Tidak tampak massa. Palpasi : Nyeri tekan (-). Rectal toucher : Tonus sfingter ani baik, ampula rekti tidak kolaps, mukosa rectum licin, nyeri tekan di daerah jam 9 -11 Hand Scoon : feces (+), darah (-), lendir (-).
Differensial Diagnosa
Adneksitis
Limfadenitis Mesenterika
Pemeriksaan Penunjang
DARAH RUTIN
Hb : 13,7 Lekosit : 17.100 Trombosit : 229.000 Hematokrit : 40 Eritrosit : 4,77 Waktu perdarahan : 2 Waktu pembekuan : 830 SGOT : 18 SGPT : 16 Kolesterol total: 201 Ureum : 15 Creatinin : 0,67 GDS : 112
N : 14-18g/dl N : 4000-11000 N : 150-400.000 N : 40-50% N : 3,5 5,6 N : 1-3 menit N : 9-11 menit N : Pr : 0-31 N : Pr : 0-32 N : 100-220 mg/dl N : 10-40 mg/dl N : 0,6-1,2 mg/dl N : < 140 mg/dl Lk : 0-37 U/L Lk : 0-42 U/L
KIMIA KLINIK
Kimia Urin
Berat Jenis urin pH urin
: 1,025
: 5,5 Nitrit urin : negatif Glukosa urin : negatif Protein urin : negatif Keton urin : positif (+++) Urobilinogenurin : positif (++) Bilirubin urin : negatif
Eritrosit :13 Leukosit :46 Sel Epitel : 25 30 Bakteri : negatif Kristal : negatif Silinder : negatif Test kehamilan: negatif N : < 1 /lpk N : < 6 /lpk N : negatif N : negatif N : negatif
N : 1,002 1,030 N : 4,8 7,5 N : negatif N : negatif mg/dl N : negatif mg/dl N : negatif mg/dl N : 0,2 1 mg/dl N : negatif
Mikroskopis urin
Diagnosa Prabedah
Appendisitis kronis eksaserbasi akut
Penatalaksanaan
Operatif : Appendiktomi Konservatif : Istirahat tirah baring, antibiotic (cefotaxim 2 x 1gr inj, metronidazole 3 x 500 mg inf) Rehabilitatif : Motivasi bila sedang sakit istirahat, mobilisasi jangan terlalu berat dulu
Prognosis
Ad Vitam
Ad Sanam Ad Functionam Ad Cosmeticam
operasi
Komplikasi
APPENDICITIS
Pendahuluan
Penyakit yang sering dijumpai sehingga harus dicurigai sebagai keadaan yang paling mungkin menjadi penyebab nyeri akut abdomen Sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda
Insidensi tertinggi pada laki-laki pada usia 10-14
Appendicitis
Appendicitis adalah suatu peradangan pada appendix. Peradangan ini pada umumnya disebabkan oleh infeksi yang akan
menyumbat appendix
Anatomi Appendix
Suatu pipa tertutup yang sempit
yang melekat pada secum (bagian awal dari colon) Disebut juga dengan appendix vermiformis atau umbai cacing Terletak di bagian kanan bawah dari abdomen. Tepatnya di ileosecum dan merupakan pertemuan ketiga taenia coli Appendix dipersarafi oleh saraf parasimpatis dan simpatis Vaskularisasinya berasal dari a.appendicularis cabang dari a.ileocolica, cabang dari a. mesenterica superior.
Patofisiologi
Appendicitis pada umumnya disebabkan oleh obstruksi dan
infeksi pada appendix. Beberapa keadaan yang dapat berperan sebagai faktor pencetus antara lain sumbatan lumen appendix oleh mukus yang terbentuk terus menerus atau akibat feses yang masuk ke appendix yang berasal dari secum. Feses ini mengeras seperti batu dan disebut fecalith Adanya obstruksi berakibat mukus yang diproduksi tidak dapat keluar dan tertimbun di dalam lumen appendix. Obstruksi lumen appendix disebabkan oleh penyempitan lumen akibat hiperplasia jaringan limfoid submukosa. Proses selanjutnya invasi kuman ke dinding appendix sehingga terjadi proses infeksi. Tubuh melakukan perlawanan dengan meningkatkan pertahanan tubuh terhadap kuman-kuman tersebut. Proses ini dinamakan inflamasi.
Patofisiologi
Jika proses infeksi dan inflamasi ini menyebar sampai
dinding appendix, appendix dapat ruptur. Dengan ruptur, infeksi kuman tersebut akan menyebar mengenai abdomen, sehingga akan terjadi peritonitis. Pada wanita bila invasi kuman sampai ke organ pelvis, maka tuba fallopi dan ovarium dapat ikut terinfeksi dan mengakibatkan obstruksi pada salurannya sehingga dapat terjadi infertilitas. Bila terjadi invasi kuman, tubuh akan membatasi proses tersebut dengan menutup appendix dengan omentum, usus halus atau adnexsa, sehingga terbentuk massa peri-appendicular. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Appendix yang ruptur juga dapat menyebabkan bakteri masuk ke aliran darah sehingga terjadi septicemia.
Patofisiologi
Appendix yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan
perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang lagi dan disebut mengalami eksaserbasi akut .
Gejala Klinis
Nyeri Abdominal Mual-muntah biasanya pada fase awal. Nafsu makan menurun. Obstipasi dan diare pada anak-anak. Demam,
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan memegang perut. Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses appendiculer Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tanda-tanda peritonitis lokal yaitu: Nyeri tekan di Mc. Burney. Nyeri lepas. Defans muscular lokal. Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietal . Pada appendix letak retroperitoneal, defans muscular mungkin tidak ada, yang ada nyeri pinggang. Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat appendicitis perforata
Palpasi :
Auskultasi :
colok dubur
Tanda-Tanda Khusus
Psoas Sign Dilakukan dengan rangsangan m.psoas dengan cara penderita dalam posisi terlentang, tungkai kanan lurus ditahan pemeriksa, penderita disuruh hiperekstensi atau fleksi aktif. Psoas sign (+) bila terasa nyeri di abdomen kanan bawah .
Tanda-Tanda Khusus
Rovsing Sign Perut kiri bawah ditekan, akan terasa sakit pada perut kanan bawah
Tanda-Tanda Khusus
Obturator Sign Dilakukan dengan menyuruh penderita tidur terlentang, lalu dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul. Obturator sign (+) bila terasa nyeri di perut kanan bawah
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Abdominal X-Ray USG Abdomen Barium Enema CT-Scan Laparoskopi
Diagnosa Banding
Gastroenteritis Limfadenitis Mesenterica Peradangan Pelvis Kehamilan Ektopik Diverticulitis Batu Ureter Batu Ginjal
Penatalaksanaan
Bila diagnosis appendicitis akut telah ditegakkan, maka harus segera dilakukan appendektomi. Hal ini disebabkan perforasi
dapat terjadi dalam waktu < 24 jam setelah onset appendicitis.Penundaan tindakan pembedahan ini sambil diberikan antibiotik dapat mengakibatkan terjadinya abses atau perforasi
Prognosis
Mortalitas adalah 0,1% jika apendisitis akut tidak pecah
dan 15% jika pecah pada orang tua. Kematian biasanya dari sepsis, emboli paru, atau aspirasi; prognosis membaik dengan diagnosis dini sebelum rupture dan antibiotic yang lebih baik. Morbiditas meningkat dengan ruptur dan usia tua. Komplikasi dini adalah septik. Infeksi luka membutuhkan pembukaan kembali insisi kulit yang merupakan predisposisi terjadinya robekan. Abses intraabdomen dapat terjadi dari kontaminasi peritonalis setelah ganggren dan perforasi. Fistula fekalis timbul dari nekrosis suatu bagian dari sekum oleh abses atau konstriksi dari jahitan kantong atau dari pengikatan yang tergelincir. Obstruksi usus dapat terjadi dengan abses lokulasi dan pembentukan adhesi. Komplikasi lanjut mencakup pembentukan adhesi dengan obstruksi mekanis dan hernia.